MT-9

3.9K 237 7
                                    

Reliya berseru panik saat melihat keran di dapurnya bocor. Tangannya meraih ponsel di atas meja ingin menelepon seseorang yang bisa membenarkannya. Namun, tangannya berhenti saat dia mengingat sesuatu.

Dia tak boleh sembarangan memanggil orang, apa lagi di saat dirinya sendiri seperti ini. Mengingat hari ini sudah malam, dan sedang gerimis membuat Reliya semakin bimbang.

"Mas Gama!" serunya sepontan.

Reliya berlari ke luar rumah menuju rumah yang tepat di samping rumahnya. Dia yakin Gama pasti belum tidur.

"Assamualaikum, Mas Gama?" Reliya mengetuk pintu rumah Gama beberapa kali, hingga ke luar laki-laki yang sedang bertelanjang dada tepat di hadapan Reliya.

Reliya memundurkan tubuhnya kaget, apa lagi saat menemukan tatapan tajam dari Gama.

"Kenapa?" tanya Gama.

"Anu, aduh itu." Alis Gama terangkat, menatap Reliya bingung.

"Keran aku bocor." Reliya mengangguk.

"Bisa bantuin?" tanyanya pelan, takut Gama menolak.

"Iya." Gama menutup pintu rumahnya, langsung menuju rumah Reliya diikuti oleh wanita itu.

Reliya menatap punggung telanjang Gama, dan dengan kurang ajarnya pikiran tentang saat mereka menikah dulu muncul.

"Aish!" Reliya memukul kepalanya dengan kepalan tangan, dan kembali sial saat melihat Gama yang juga sedang melihat ke arahnya.

"Kenapa?" tanya Gama. Suara seraknya makin membuat hati Reliya tak aman.

"Ada nyamuk, Mas. Ayo masuk aja!" Reliya berlari. Sungguh dia sangat malu, pasti Gama akan yang berpikir bahwa dirinya wanita mesum.

Reliya menyenderkan tubuhnya menatap Gama yang sedang fokus mengganti kerannya. Entah kenapa lagi-lagi pikirannya tak bisa dikontrol. Dia mengingat bagaimana dulu Gama selalu membantunya, bahkan sedari mereka kecil.

"Maaf ngerepotin," ucapnya di nalas anggukan oleh Gama.

Tak ada yang banyak berubah dari Gama. Wajahnya masih sama, sifatnya masih sama hanya saja entah kenapa Reliya merasa tubuh Gama semakin besar dengan otot-otot yang menghiasinya, dan Gama terlihat semakin dewasa

"Selesai." Lamunan Reliya buyar saat Gama berjalan mendekat ke arahnya.

"Lain kali sering diganti." Reliya mengangguk dengan senyum paksa. Tatapan Gama sungguh menakutkan, walau dia sedari dulu sudah biasa dengan hal itu. Hanya saja semenjak mereka menikah dulu, Gama terlihat seperti orang yang berbeda.

"Makasih banyak, maaf banget ganggu kamu malem-malem."

"Iya," balas Gama.

Gama langsung melewati Reliya begitu saja, sepertinya pria itu langsung pulang ke rumahnya. Reliya menatap punggung Gama yang sudah menghilang dari pandangannya.

"Kenapa mas Gama masih sebaik ini?lirihnya.

"Padahal aku udah banyak nyusahin mas Gama dari dulu, dan hubungan kita juga enggak sesederhana dulu." Mata Reliya berubah sayu. Luka itu masih ada, entah bagaimana cara menghapusnya. Yang Reliya tau itu tak akan sembuh dengan sendirinya.

***

Reliya menggeliat pelan, dan meringis saat merasakan kepalanya sangat pusing. Matanya mengerjap pelan, dan terbuka melihat sekelilingnya yang terasa berputar.

"Engh." Reliya berusaha bangkit walau terasa sulit.

"Jam berapa?" tanyanya entah pada siapa.

"Sepuluh!" Reliya menghela napas kasar. Dia telat datang ke butiknya.

Wanita dengan piama hitam itu turun dari ranjang dan ke luar menuju dapur. Tenggorokannya terasa sangat kering, sepertinya dia butuh minum.

"Aw." Reliya berjongkok saat kepalanya bertambah pusing.

Di lain tempat. Gama sedang menyantap sarapannya, yang bahkan bisa dibilang makan siang.

Hari ini dirinya libur, dan itu dimanfaatkannya untuk bangun siang.

Drrt

Gama menatap bingung ponselnya yang langsung tertera nama ibunya.

"Kenapa, Ma?" tanya Gama.

"Kamu tolong ke rumah Reliya, dong." terdengar kekehan dari seberang sana. Gama memutar bola mata malas.

"Mau ngapain, Ma?" tanyanya dengan nada malas. Karena dia sudah berencana tidak ke mana-mana hari ini.

"Suruh dia balas telepon mama, mama kangen."

"Ma pasti dia sibuk, hari ini juga pasti dia kerja," bantah Gama.

"Cek dulu aja, siapa tau dia juga libur."

"Iya," balas Gama pasrah. Jika tak dituruti Lina tak akan pernah berhenti menerornya.

Gama menaruh piring kotornya di wastapel, dan langsung ke luar dari rumah.

Gama bisa langsung menebak jika Reliya ada di dalam rumah, saat melihat mobil wanita itu masih terparkir rapi di depan rumahnya.

"Assalamualaikum?" Gama mengetuk pintu beberapa kali, tetapi tetap tak ada sahutan.

"Reliya?" Masih sama, bahkan Gama tak mendengar ada kegiatan di dalam rumah Reliya.

Namun, tak lama kemudian pintu dibuka, dan memperlihatkan Reliya yang masih dengan keadaan acak-acakan, apa lagi wajahnya yang pucat.

"Kena-"

"Reliya!" Gama berseru panik saat tiba-tiba tubuh Reliya luruh begitu saja. Untung saja dirinya cepat menangkap kejanggalan itu, hingga menangkap Reliya dengan tepat waktu.

"Reliya?" panggil Gama menepuk pelan pipi wanita yang berada dalam dekapannya.

Hola!
Aku buntu banget enggak tau mau nulis apa beneran deh. Tapi semoga kalian suka.

Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya.

Oh iya sekarang panggil aku Moma ya, karena aku momanya Reliya dan Gama hehe.

Mas Tetangga 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang