MT - 29

3.6K 191 25
                                    

Reliya berusaha beradaptasi dengan sifat Gama yang benar-benar sulit ditebak. Reliya juga harus menguatkan hati saat Gama sering asal pegang sana-sini terhadap tubuhnya. Sama seperti Gama, Reliya juga harus terbiasa dengan status keduanya kali ini.

Reliya juga berusaha memahami Gama saat pria ini ingin diperhatikan atau sedang mengambek. Jika di pernikahan pertama Reliya yang selalu bersikap kekanakan dan selalu minta diperhatikan.

Kali ini berbeda, Reliya bersikap lebih dewasa, dan Gama yang malah semakin terlihat seperti anak kecil. Setiap libur bekerja Gama tak pernah berhenti mengganggunya, menempelinya ke mana pun Reliya pergi.

Seperti saat ini. Reliya hanya bisa menghela napas lelah saat Gama terus bersandar padanya saat menonton drakor, sampai Reliya tak fokus pada drama dari negeri gingseng tersebut.

"Lebih gantengan oppa Korea kamu dari pada aku?" Gama menatap wajah Reliya dengan wajah memelas.

"Iya," balas Reliya malas.

Hal itu sukses membuat Gama mencebikkan bibir. Reliya mendorong tersenyum paksa melihat itu, sebenarnya ke mana sifat dingin pria itu.

"Gantengan kamu." Reliya mengelus kepala Gama dengan senyum lebar, membuat Gama yang tadi menatap memelas langsung tersenyum senang dan langsung menciumi seluruh wajah Reliya.

"Kamu juga yang paling cantik." Reliya tertawa mendengar ucapan Gama, "aku emang cantik." Dengan percaya diri Reliya mengibaskan rambut panjangnya hingga mengenai wajah Gama.

"Kepedean kamu," ucap Gama sambil mencubit pelan hidung mungil istrinya.

"Makasih," ucap Gama lirih menatap dalam pada mata Reliya yang kini juga menatapnya.

"Makasih dan maaf untuk semuanya. Aku enggak mau kehilangan kamu lagi, jadi tolong jangan pernah pergi lagi." Tanpa bisa dicegah air mata yang selama ini Gama tahan jatuh begitu saja ke pipinya.

Selama ini Gama mencoba bersikap biasa saja, menutupi segala perasaannya dengan sikap dinginnya yang mungkin banyak melukai orang lain.

Gama tak ingin menangis dan dianggap lemah karena dirinya laki-laki. Bahkan Gama memutuskan pindah rumah dan tinggal sendiri untuk menghindari kedua orang tuanya. Saat melihat mereka Gama dapat melihat kekecewaan dari mata keduanya.

Gama paham akan hal itu, dia sudah tumbuh bersama dengan Reliya, Gama melewatkan banyak hal dengan Reliya. Perpisahannya dengan Reliya cukup membuat kedua orang tuanya merasa kecewa, karena merasa salah membuat Gama menikahi Reliya.

"Aku enggak akan pernah pergi, udah jangan nangis kan laki-laki." Reliya menghapus air mata Gama. Namun, kali ini malah dirinya yang menangis tanpa bisa dicegah.

"Aku seharusnya enggak bersikap kekanakan, waktu itu kita berdua sama-sama merasa kehilangan." Gama membawa Reliya ke dalam pelukannya, membiarkan Reliya menangis di sana sepuasnya.

Keduanya sama-sama hening, hanya diisi oleh isakan kecil Reliya. Gama hanya memejamkan mata menikmati momen ini, momen yang selama ini hilang dalam dirinya.

***

Tidak seperti dulu, sekarang Reliya dapat memasak banyak makanan. Bahkan Reliya sudah lebih rajin dan dapat melakukan semuanya sendiri.

Dari situ Gama dan Reliya sadar. Waktu itu mereka berdua terlalu dini untuk menikah dan sama-sama belum dewasa untuk saling memahami apa arti rumah tangga sebenarnya untuk hidup mereka berdua.

"Masak apa?" Gama memeluk Reliya dari belakang, mengecup beberapa kali tengkuk wanita itu.

"Lama-lama kamu aku lempar, nih. Awas dulu aku lagi masak." Reliya membalikkan tubuhnya, menjauhi tubuh Gama dari tubuhnya.

"Kenapa sih, aku lagi kangen." Reliya mundur saat Gama akan kembali memeluknya.

"Aku lagi masak, kalau kena api gimana?" Gama menyerah. Dengan itu Gama kembali ke kursinya dengan wajah lesu.

Reliya menggelengkan kepalanya tak habis pikir, dia masih bertanya-tanya ke mana sifat angkuh pria itu. Sepertinya inilah sifat asli Gama, sifat waktu itu hanyalah topeng untuk Gama.

"Katanya mau masak, malah melamun!" Suara keras Gama membuyarkan lamunan Reliya.

Reliya memelototi Gama membuat pria itu tertawa puas. Gama memperhatikan Reliya yang sedang memasak dengan saksama, senyum lebar terbit dari bibir pria itu.

"Terima kasih Tuhan, kali ini aku enggak akan menyia-nyiakan kesempatan kali ini," ujar Gama lirih.

***

"Kamu lihat, Pa?" Lina tersenyum senang melihat pemandangan di depannya.

Saat ini Reliya dan Gama sedang berkunjung ke rumahnya, dan keduanya begitu menikmati momen kebersamaan mereka.

"Aku yakin sejak awal mereka saling mencintai, aku bersyukur mereka berdua dapat menurunkan ego masing-masing. Aku berharap mereka selalu bahagia, mereka berdua anak aku."

Anton mengangguk paham, mengelus bahu sang istri yang masih terus melihat interaksi antara kedua orang yang begitu dia sayangi selama ini.

"Aku hanya berharap mereka berdua tidak pernah berpisah, dan selalu bahagia," ucap Lina.

"Aku yakin Tuhan selalu memberkati mereka berdua," balas Anton.

Ini termasuk double update ga sih hehe.

Terima kasih antusias kalian semua.

Aku seneng banget saat kalian komentar vote bahkan baca cerita yang masih banyak kekurangan ini.

Mohon dukungannya selalu teman-teman.

Jangan lupa follow Instagram aku dong. Kayaknya kalian gaada yang mau follow Instagram aku hehe.

@dillamckz

Ditunggu!

Mas Tetangga 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang