MT-21

3K 179 7
                                    

Alih-alih seperti tetangga yang menumpang, Reliya dan Gama malah terlihat sebagai sepasang suami istri.

Beberapa pasang mata menatap keduanya dengan tatapan bermacam-macam, Reliya cukup risih dengan itu berbeda dengan Gama yang bersikap seakan tak peduli.

Saat ini keduanya sedang berada di supermarket, sebenarnya Reliya ingin pergi sendiri, tapi Gama memaksa untuk ikut.

Reliya sebenarnya sedikit kesal, karena Gama bertingkah seperti pengangguran yang hanya bisa mengikutinya ke mana-mana.

Bagaimana tidak, Gama itu cukup pemilih. Beberapa sayuran yang Reliya pilih akan dia komentari atau bahkan dia ganti dengan sayur kesukaannya.

"Bayam enggak enak, lebih enak ikan." Reliya menghela napas kasar saat Gama meletakkan kembali bayam dan malah mengambil ikan.

"Mas Gama banyak uangkan? Lebih baik beli dua-duanya!" Gama mengangguk tak peduli dengan ocehan Reliya.

Wanita itu hanya bisa mengelus dada berusaha sabar. Sepertinya dia akan cepat tua jika harus bersama dengan makhluk kulkas di sampingnya ini.

"Jangan—"

Reliya membalikkan tubuhnya menatap garang Gama. Gama menyengir kaku melihat itu, langsung berlalu pergi begitu saja meninggalkan Reliya.

Reliya sedikit membeku, dia merasakan deja vu. Merasakan jika pernah berada di posisi ini. Entah kenapa dengan mengingatnya dada Reliya seketika langsung berdesir aneh.

"Reliya?" Reliya tersentak langsung membalikkan tubuhnya.

"Kenapa masih di sana?" Reliya menggeleng langsung berjalan cepat menuju kasir.

Gama yang melihat itu merasa bingung, apa lagi saat menyadari ekspresi gugup Reliya. Padahal sebelumnya wanita itu bersikap galak kepadanya.

                                  ***

"Reliya?" Reliya menoleh sekilas kepada Gama.

"Mau saya bantuin?" Gama duduk berdiri di sebelah Reliya yang sedang menyusun berbagai sayuran serta makanan di kulkas.

"Enggak perlu, Mas," tolak Reliya.

Tetapi Gama memanglah keras kepala. Gama merebut sayuran di tangan Reliya hingga kulit mereka bersentuhan.

Reliya cepat-cepat menarik tangannya dari sana. Memundurkan tubuhnya berusaha menjaga jarak, Reliya sadar berdekatan dengan Gama sangat tidak baik untuk jantungnya.

Dia meruntuki dirinya yang malah bersikap seperti anak remaja yang baru saja kasmaran. Padahal sebelumnya dia merasa biasa saja, tapi entah kenapa saat ini begitu gugup.

"Aku ke kamar, Mas." Reliya berlalu pergi begitu saja tanpa persetujuan Gama.

Gama menoleh menatap Reliya yang sudah berlalu dengan tatapan bertanya. Merasa aneh dengan sikap Reliya yang selalu menghindarinya sejak pagi.

Di dalam kamar Reliya langsung merebahkan tubuhnya. Berusaha meredam detak jantungnya yang berdetak lebih cepat. Dia benar-benar meruntuki dirinya atas hal ini.

Sebenarnya dia selalu menyadari ini. Bahwa perasaannya memang tidak sesimpel yang dia pikirkan. Perasaan itu masih sama, bahkan dari sejak awal.

Reliya masih kecewa pada dirinya sendiri, masih kecewa dengan masa lalunya sendiri. Karena itu Reliya tidak ingin selalu tenggelam dalam rasa menyakitkan itu.

Semuanya memang sudah lama berlalu, tetapi Reliya merasa luka itu masih tetap basah sampai detik ini.

Memang semakin hari Reliya sadar. Perihal kehilangan itu bukan siapa-siapa yang salah. Semua adalah takdir yang sudah ditentukan, tetapi sulit untuk meyakinkan diri.

Reliya mengecek ponselnya, dia harus cepat-cepat mencari cara agar bisa pergi dari rumah ini secepatnya. Selain tidak ingin merepotkan Gama, Reliya juga tak ingin semakin mengacaukan hatinya.

                                  ***

"Masakan kamu enak," puji Gama entah sadar atau tidak.

Reliya berdehem sebentar, tersenyum tipis sebagai jawabannya. Lidah Reliya terasa kelu hanya untuk mengeluarkan suara.

"Kamu kenapa?" Reliya mengernyit heran dengan pertanyaan Gama yang entah menjurus ke mana.

"Seharian ini." Reliya sekarang paham.

Sepertinya Gama menyadari Reliya yang berusaha menghindar seharian ini.

"Aku cuma enggak enak badan," jawab Reliya berharap Gama mengerti dan memilih tidak membahasnya.

Gama mengangguk paham, seperti keinginan Reliya Gama diam saja sambil menyantap makanannya dengan khidmat.

Reliya bernapas lega, karena akhirnya Gama memilih tidak melebarkan permasalahan ini.

"Aku ke dalam duluan." Gama mengangguk.

Setelah mendapat anggukan dari Gama Reliya langsung pergi dari ruang makan menuju kamarnya. Berniat menonton drama Korea untuk menghapus segala pikiran yang mengganggunya selama seharian ini.

Baru satu jam menonton tiba-tiba suara pintu kamarnya diketuk. Reliya mengernyit heran saat melihat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam tetapi Gama malah mengetuk pintunya.

"Tunggu!" Reliya mematut dirinya di cermin. Memastikan penampilannya pantas untuk menemui Gama.

Ceklek

Saat pintu dibuka wajah datar Gamalah yang terlihat. Reliya menggaruk belakang kepalanya merasa canggung.

"Kenapa, Mas?" tanyanya.

"Ini."

Reliya menatap bingung kantung plastik yang Gama sodorkan kepadanya.

"Apa ini?" Reliya menerimanya dan menatap Gama butuh penjelasan.

"Obat." Reliya melongo dengan jawaban Gama.

"Kamu harus minum obat biar cepat sembuh." Reliya mengangguk kaku.

"Cepat sembuh." Tubuh Reliya seperti tersengat listrik saat tanpa diduga Gama malah mengelus pucuk kepalanya.

Reliya melebarkan mata tak percaya, hal seperti ini di luar dugaan Reliya.

Tanpa perasaan Gama pergi dari sana. Selain mengacak rambut Reliya, Gama juga mengacak perasaan Reliya yang semakin berantakan.

Reliya menyentuh pucuk kepalanya yang baru saja disentuh Gama. Reliya masih melamun, seolah jiwanya telah pergi dari raganya.

"Cepet sembuh?" gumamnya konyol.

Padahal Reliya tidak benar-benar sakit. Saat berkata tidak enak badan tadi Reliya hanya berusaha menghindari dari Gama. Sungguh hal seperti ini di luar ekspetasi Reliya.

Reliya menyentuh dadanya yang semakin berdetak lebih cepat. Sepertinya keputusannya untuk cepat-cepat pergi dari sini adalah hal yang tepat.

Semua ini sangat tidak baik untuk kesehatan jantungnya, serta otaknya.

Jangan lupa follow Instagram @dillamckz untuk info update atau bahkan mau saling sapa.

Mas Tetangga 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang