MT-10

4.9K 239 13
                                    

Mata yang dihiasi bulu mata lentik itu perlahan mengerjap hingga dapat sepenuhnya terbuka. Matanya mengedar ke segala arah.

"Di mana?" tanyanya entah pada siapa.

Reliya bangkit dari ranjang, memaksakan dirinya bangun dari sana. Karena tiba-tiba rasa khawatir menggerogoti hatinya.

"Udah bangun?"

"Mas Gama?" Reliya menatap bingung Gama yang sedang membawa nampan berisi makanan ke arahnya.

"Makan dulu." Reliya menatap bubur yang Gama bawa. Entah kenapa dia merasa tak selera.

"Ini di rumah Mas Gama?" tanyanya dibalas anggukan oleh Gama.

"Makasih banyak udah nolongin aku, Mas." Reliya tersenyung canggung. Merasa tak enak selalu merepoti Gama.

"Enggak masalah, lagi pula mama yang nyuruh aku jagain kamu." Reliya menunduk. Sejujurnya dia ingin menjauhi Gama, tetapi dia tak enak dengan Lina. Mau bagaimana pun Lina sudah dia anggap sebagai ibunya sendiri.

"Kamu enggak usah canggung," ucap Gama yang tau ke mana arah pikiran Reliya.

"Makan." Setelah memberi bubur dan teh hangat ke arah Reliya Gama memutuskan ke luar dari kamar. Membiarkan Reliya lebih leluasa.

"Dia masih aja peduli, walau kelihatannya cuek." Mungkin bagi mereka yang tak pernah bertemu Gama akan menganggap lelaki itu adalah pria sombong yang tak peduli sekitar.

Nyatanya Gama memang dingin, tetapi dia tak bisa mengabaikan sekitarnya. Apa lagi menyangkut keluarganya.

"Aku harus cepet-cepet pulang." Reliya melahap buburnya denga cepat. Bukan lapar, tetapi dia sudah ingin cepat-cepat pergi dari rumah Gama. Dia tak mau keduanya menjadi omongan tetangga.

***

"Kenapa sih melamun terus?" Maria menyentuh lengan Reliya sengaja, membuat sang empunya tersentak kaget.

"Apaan sih?" Reliya merengut kesal menatap Maria.

"Dari tadi melamun bukannya kerja," protesnya. Reliya memutar bola mata jengah menanggapinya.

"Mikirin siapa, sih?"

"Kepo," balas Reliya ketus. Maria berdecak sebal mendengar balasan Reliya.

"Padahal gue peduli, loh." Reliya mencubit pipi wanita dengan kulit sawo matang itu hingga sang empunya memekik karena kesakitan.

"Sakit tau!" protesnya memukul tangan Reliya.

"Lagian siapa suruh kepo. Aku melamun masalah pekerjaan kok." Maria menggerakkan bibirnya mengejek, tak percaya dengan ucapan sahabatnya itu.

"Pekerjaan atau Gama?" ejeknya langsung mendapat delikan sebal dari Reliya.

"Aku emangnya kamu yang mikirin cowok terus!" Reliya menoyor dahi Maria pelan.

"Dosa lo noyor-noyor gue!" Reliya menatap Maria malas. Maria memang tak bisa mengecilkan suaranya sedikit saja.

"Beneran Gama?" tebak Maria.

"Mau lanjut kerja." Reliya bangkit, memilih mengabaikan Maria. Maria yang tak terima menarik tas Reliya. Yang karena hal itu tas milik wanita dengan rambut panjang gelombang itu putus, hingga isinya bertaburan ke mana-mana.

"Maria!" pekiknya tanpa sadar.

Maria membantu memunguti barang-barang Reliya, hingga matanya tak sengaja menemukan sebuah foto yang sudah terlihat kumal.

"Maria!" Reliya kalah cepat, karena Mari lebih dulu mengambilnya.

"Gue enggak pernah salah." Maria menganggukkan kepalanya bangga. Dia menemukan foto pernikahan Reliya dan Gama yang masih tersimpan, bahkan dibawa-bawa oleh pemiliknya.

"Balikin!" Reliya merebut paksa foto miliknya, dan menatap Maria tak suka.

"Lo kenapa sih masih mikirin masa lalu, gue enggak mau lo tambah kecewa." Reliya menghela napas, meraih kasar tasnya yang masih berada di lantai.

"Jangan tanya sama orang yang bahkan enggak ngerti sama hatinya sendiri." Reliya membalas dengan suara lirih, setelah itu pergi dari sana membawa tasnya yang sudah tak bisa dipakai.

"Gue cuma peduli sama lo," ucap Maria.

Hai!
Apa kabar, nih?
Jangan lupa jaga kesehatan.

Oh iya jangan lupa juga follow instagram @dillamckz ya. Hehe siapa tau ada yang mau kepoin aku, dan ngobrol di sana.

Jangan lupa vote, komen, follow, dan share.

Love you guys!

Mas Tetangga 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang