03; puzzling luck

260 86 59
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Pernahkah dirimu mempertanyakan kelahiranmu meski hanya sekali? Layaknya perjanjian dan tawar-menawar, apakah orang tuamu atau bahkan dirimu sendiri menganggap hadirmu sepadan atau malah sebagai beban?"

3.

"Bagaimana, Dok?"

Seusai menganalisa beberapa hasil pemeriksaan dari layar komputer, dokter bernama Adam kembali memusatkan perhatian pada wanita di depannya. Sebelum membuka mulut, ruangan lelaki berkacamata itu diselimuti keheningan selama lima detik. "Sejauh ini perkembangannya bagus. Rencana kepulangan bisa dilakukan sesuai jadwal."

"Apakah ia akan baik-baik saja jika keluar dari rumah sakit?" ucap wali pasien itu sedikit cemas.

"Jika diamati dari statistik, tak ada yang perlu dikhawatirkan." Dokter Adam menautkan ke sepuluh jarinya.

"Sudah pernah saya katakan, kasus anakmu ini adalah keajaiban. Bukan hanya bagaimana ia sadar setelah 7 tahun berlalu, kecepatan penyembuhannya juga mencengangkan. Dalam kasus umum, penyintas sepertinya akan sulit berjalan lagi. Jika pun bisa menjalani terapi jalan, membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan tahunan. Tapi anakmu berbeda, kurang dari dua bulan ia sudah bisa berjalan normal setelah beberapa kali terapi. Saya terheran-heran sekaligus takjub dengan itu."

Nara, sosok wanita berusia 48 tahun itu tampak belum puas dengan penjelasan sang dokter. "Tapi bagaimana dengan ingatannya? Sudah dua bulan, tapi anak saya belum ingat apapun tentang dirinya."

Dokter Adam menghela napas sejenak kemudian bersuara lagi. "Ingatan pasien bisa kembali sewaktu-waktu atau tidak sama sekali. Sulit untuk memprediksinya. Apalagi hasil pemeriksaan MRI selalu menunjukkan tak ada kerusakan saraf yang berhubungan dengan memori. Untuk saat ini kita hanya bisa menunggu. Dan saya sarankan, jangan pernah memaksa pasien untuk ingat."

"Maksudnya memaksa?"

"Misal ketika di rumah nanti, pasien terus-menerus dijejali foto-foto atau mengunjungi tempat-tempat masa kecilnya dulu. Bukannya membantu, itu akan membuatnya tertekan."

"Jadi apa yang sebaiknya saya lakukan, Dok?"

"Pertama, buat ia nyaman di rumahnya sendiri. Ciptakan suasana hangat di mana ia bisa beradaptasi. Alih-alih ingat kamu ibunya, yang terpenting adalah ia percaya kamu ibunya," jelas Dokter itu. Tentu saja ia merasakan simpati atas apa yang menimpa wanita di hadapannya ini. Bagaimana pun juga dirinya orang tua sama seperti Nara.

"Oh iya, ada yang lupa saya tanyakan. Apa beberapa waktu belakangan, anakmu menunjukkan emosi yang meluap-luap atau berperilaku tak biasa?"

Bola mata kecokelatan Nara seketika naik yang mengisyaratkan dia tengah mode berpikir. Otaknya mulai menyeleksi informasi yang sesuai berdasarkan apa yang dia lihat dan dengar selama menjaga sang buah hati. "Semua normal saya rasa, malahan ia lebih banyak diam dan sering melamun. Tingkah laku anak saya berbeda sekali dari awal-awal ia bangun. Apa menurutmu dokter itu aneh?"

LINKED; || bertautanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang