•••
9.Jam menunjukkan pukul sembilan kurang lima belas ketika Odi mendapati seseorang sedang memasak di dapur.
"Loh, ibu sudah pulang?"
"Iya, baru sampai sejam yang lalu. Gak tenang hati ibu ninggalin kamu lama-lama."
Nara menoleh sekali disertai senyuman sebelum kembali sibuk dengan penggorengan.
Diiringi helaan napas singkat, Odi berjalan ke arah kulkas dan membukanya. Diraih sebotol air mineral kemudian bergegas mencari tempat duduk. Akibat insiden malam tadi, pemuda itu berjanji sebisa mungkin tak akan pernah minum berdiri lagi.
Perkara lukanya, Odi dan Arion sepakat untuk merahasiakan itu dari Nara. Demi keselamatan bersama katanya. Odi bahkan sudah mencuci bersih baju yang terkena noda darah selepas mandi dan bertekad memakai baju lengan panjang hingga lukanya benar-benar mengering. Sementara Arion berkata akan tutup mulut.
Sepertinya kakak-beradik itu satu kepala jika menyangkut 'omelan' sang ibu. Meski tetap saja Odi sedikit heran mengapa Arion mau bekerja sama.
"Seharusnya ibu istirahat. Apa tidak lelah?" ujar Odi seusai menandaskan segelas air dingin.
"Ibu akan istirahat setelah membuatkanmu sarapan," ucap Nara tanpa menoleh. Dari aromanya, Odi mudah saja menebak yang sedang dimasak adalah nasi goreng.
Dipandanginya punggung sang ibu dari belakang. Ada perasaan sedih sekaligus bangga di benak pemuda itu melihat kerja keras yang Nara lakukan.
Tapi tak lama Odi lekas menggeleng-gelengkan kepala. Tak sepatutnya ia bersikap begitu mengingat sosok Nara hanyalah orang asing baginya. Dirinya harus tahu diri.
Tanpa sepengetahuan Nara, Odi mendekat ke arahnya.
"Ibu sebaiknya istirahat saja. Kalau memasak yang simpel aku juga bisa, kok. Aku bisa membuat nasi goreng, telur dadar atau ceplok."
Nara mematikan kompor. Kini perhatiannya tertuju pada Odi yang sudah berdiri di sampingnya. "Yang benar kamu bisa? Belajar dari mana, nak?"
Mampus! Bibir Odi langsung terkatup menyadari dirinya salah bicara.
"Aku kan sering lihat ibu masak tiap hari dan itu kelihatannya mudah." Odi memberikan satu-satunya alasan yang terlintas di otaknya. Tidak buruk-buruk amatlah.
Mendengarnya Nara lantas terkekeh. "Memasak itu juga seni, Nak. Kalau asal-asalan hasilnya akan mengecewakan."
Cengengesan, Odi mengaruk pelipis. Nara menepuk-nepuk pipi pemuda tersebut sebelum berlalu mengambil wadah nasi goreng dan menyajikannya di meja makan. Odi pun tak mau tinggal diam, ia ikut membantu menata alat makan dan minum.
"Nah, ayo dimakan!" Duduk berhadapan, Nara mempersilakan. Di atas meja sudah terhidang nasi goreng, omelet dan ikan goreng. Tak lupa setoples kerupuk udang yang selalu tersedia di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINKED; || bertautan
Aktuelle LiteraturDisebabkan kecelakaan ketika berumur sembilan, Darius Odiseta terbaring di atas ranjang selama tujuh tahun. Saking tak adanya harapan siuman, keluarga yang menunggu dihinggapi rasa putus asa. Di tengah kebimbangan mengikhlaskannya pergi demi kebaika...