•••
10.
"Tunggu di sini, biar saya yang kejar!!" seru Odi kemudian berlari sekencang yang dirinya bisa.
Seperti di film-film, terjadi adegan kejar-kejaran yang intens dan menarik perhatian. Odi yang sempat kehilangan jejak diuntungkan takkala si pencuri menabrak seseorang hingga jatuh. Dengan begitu jarak di antara mereka terkikis banyak. Pemuda itu pun bersyukur dirinya yang sekarang dilengkapi sepasang kaki yang panjang dan cekatan, sebab harus diakui dulu ia merupakan pelari yang payah.
Kini fokus Odi bertambah, selain menangkap si pencuri, ia harus lebih gesit menyalip dan menghindar agar tak ada siapapun yang terluka karenanya.
Di situasi seperti ini Odi bukanlah tipe yang akan membuang tenaga untuk menyuruh pencuri berhenti, sebab teriakan sekeras terompet sangkakala pun tak ada gunanya. Penjahat bodoh macam mana yang mau menurut?
Ngomong-ngomong jika dipikir, sudah kali kedua Odi mengeluarkan tenaga ekstra hari ini, dan penyebabnya pun sama. Benda bernama dompet. Odi penasaran apakah ini hanya sekadar kebetulan. Siapa tahu ini kesempatan yang mungkin bisa melepaskannya dari rasa gelisah semenjak siuman di rumah sakit.
Tiba di sebuah lorong sempit di sekitar pertokoan yang sedang tahap renovasi, Odi akhirnya berhasil meraih bagian belakang tudung hoodie si pencuri setelah beberapa kali percobaan. Alhasil wajahnya ikut tersingkap.
"Aish, sial!" Sebuah umpatan lolos dari mulut orang yang kini Odi pegangi erat-erat. Raut wajah yang tercetak menunjukkan kepanikan.
Bukkk!
Terdengar suara sesuatu yang dipukul. Tanpa peringatan satu tinju melayang tepat di bagian tengah perut Odi. Tidak terlalu keras namun sanggup merobohkan tubuh tingginya. Pemuda itu meringis pelan.
Odi berusaha bangkit meski ingatan masa lalu tiba-tiba mengetuk pintu. Rasanya Déjà vu dan ia membenci momen itu.
Belum sepenuhnya berdiri, si pencuri beraksi kembali. Kali ini dengan menendang tubuh Odi kuat-kuat. Tidak siap dengan serangan tambahan itu, Odi pun terjengkang ke belakang, mengakibatkan sikutnya terantuk mengenai sebuah besi tua dan berdarah. Bukan lagi meringis, Odi kini mengerang kesakitan.
Sialnya pencuri itu sudah lenyap dari pandangan begitu Odi melihat sekeliling. Mencoba mengabaikan rasa sakit, ia bangkit untuk mengejar sekali lagi. Akan mengecewakan rasanya jika kembali dengan tangan hampa.
Sesampainya di ujung lorong, helaan napas pendek terdengar. Pencuri itu sudah hilang, berbaur di antara kerumunan orang yang silih berganti melewatinya. Odi gagal menangkapnya. Ketika hendak kembali dengan tangan kosong, di dalam tong sampah yang tak jauh dari tempatnya berdiri, Odi melihat sesuatu yang berkat warnanya yang cerah sangat menarik atensi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINKED; || bertautan
قصص عامةDisebabkan kecelakaan ketika berumur sembilan, Darius Odiseta terbaring di atas ranjang selama tujuh tahun. Saking tak adanya harapan siuman, keluarga yang menunggu dihinggapi rasa putus asa. Di tengah kebimbangan mengikhlaskannya pergi demi kebaika...