•••
7.
Mari kembali ke beberapa jam sebelumnya, ketika Odi masih bersantai di atas gedung kosong itu. Siapa yang menyangka ia akan bertemu seseorang di sana. Seorang paman yang aneh.
Matahari perlahan mulai naik, teriknya masih lemah menciptakan rasa hangat alih-alih membakar. Odi kini sedang sibuk-sibuknya merenung. Di depannya, beberapa langkah dari tempatnya duduk terbentang pemandangan langit yang luasnya tak terbatas. Dalam arti lain, ia tak boleh berpikir aneh-aneh jika tak ingin mati muda.
Jangan katakan pemuda itu sedang cari mati, sebab menurutnya, ia akan baik-baik saja selama tak ada kejutan dari angin topan atau muncul orang iseng yang mendorongnya dari belakang.
Kata seseorang yang ia kenal dulu, atap gedung merupakan tempat terbaik untuk berpikir. Ia ingin membuktikan hal itu.
Apa yang sebenarnya terjadi padaku?
Odi mulai mempertanyakan banyak hal terus membuatnya resah. Entah ada yang sadar atau tidak, ia kerap menyembunyikan rasa gelisahnya. Jika tidak dikontrol, pikirannya akan melayang entah ke alam semesta yang mana.
"Sejak awal tak ada yang masuk akal." Dengan suara rendah, Odi berbicara pada dirinya sendiri.
"Apa aku akan terjebak selamanya? Tapi kenapa? Untuk apa? Takdir menginginkan apa dariku?"
Pemuda itu merasa bersalah setiap hari. Terdesak karena perubahan drastis dalam hidup, ia memilih menukar semua identitas yang dirinya punya. Ia menjadi egois demi mendapatkan tempat tinggal dan keluarga yang bisa menampungnya untuk sementara.
Remaja berumur 16 tahun tersebut menghela napas kemudian menyisir rambut dengan tangan. Air mukanya frustrasi. Ia berada di posisi yang begitu sulit. Ingin kabur tapi mau ke mana? Ia tak memiliki apa-apa atau pun siapa-siapa. Bahkan tubuhnya sendiri saja sudah tak ada.
Jika ada penghargaan dengan kategori hidup ternaas, seratus persen ia yakin menjadi pemenangnya.
"Mau mati yah?!"
Begitu suara itu mencapai gendang telinganya, Odi kaget setengah mampus. Terkesiap sampai nyaris terjengkang ke belakang. Ekor matanya sontak menyamping, membutuhkan waktu sejenak sebelum benar-benar menoleh.
Sial, apakah itu orang iseng yang tadi kupikirkan meski cuma bercanda?
Bangkit dari tempatnya berleha-leha, Odi berbalik cepat dan menangkap sosok seseorang pria. Napasnya terengah-engah, tampak keringat menetes dari ujung dahinya. Namun hal yang sukses membuat Odi mengerutkan kening adalah tampilan orang itu.
Bagaimana yah mengatakannya? Terlihat kusut dari sisi mana pun. Rambut gondrong diikat seadanya. Rambut lebat menghiasi dagunya. Sudah begitu outfit yang dipakainya tabrak warna. Kaus polo oranye, celana panjang biru, dan jaket hijau army. Pokoknya kacau sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINKED; || bertautan
General FictionDisebabkan kecelakaan ketika berumur sembilan, Darius Odiseta terbaring di atas ranjang selama tujuh tahun. Saking tak adanya harapan siuman, keluarga yang menunggu dihinggapi rasa putus asa. Di tengah kebimbangan mengikhlaskannya pergi demi kebaika...