•••
"Apakah hidup yang penuh penderitaan masih patut diperjuangkan?"
24.
"Odi!" panggil Alan berusaha menghentikan langkah Odi yang secara konsisten mengarah ke lorong rawat inap. "Oi!"Alan menepuk pundak pemuda jangkung itu sebelum makin menjauh. Bak tersadar dari efek hipnotis, Odi tersentak lalu menengok ke belakang.
"Lo mau ke mana?" tanya Alan menyipitkan mata. Odi menggaruk belakang kepalanya terlihat kebingungan.
"Dari tadi dipanggilin juga!" Alan menaikkan satu tangan ke pinggang. "Gue tanya lo mau ke mana?"
Sebab tak kunjung ada respon, Alan menarik lengan Odi untuk kembali ke tempatnya semula. Setelah duduk, Alan menyodorkan air mineral yang dibelinya di kantin rumah sakit. Sementara dirinya memegang gelas plastik berisi kopi hitam yang masih panas.
"Jangan keluyuran dong! Kalo Tante Nara dateng terus lo-nya gak ada, gue bisa diulti."
Odi menerima botol air sekaligus omelan Alan. "Maaf," balasnya lirih namun matanya terus memandang lurus, begitu serius.
"Lo liatin apaan sih sampai segitunya?"
Odi yang merasa bersalah pada Alan dengan ragu-ragu menunjuk lorong panjang di depan mereka. "Tadi... di ujung koridor sana aku lihat seorang pasien."
Alan merotasikan bola matanya ke atas kemudian melengos. Campuran antara rasa tidak tertarik dan sedikit kecewa. Padahal ia kira ada sesuatu.
"Ya, terus? Rumah sakit isinya emang pasien kali, Di. Mereka di sini buat berobat bukan liburan," celetuk Alan kemudian mengaduk kantong kresek hitam berisi cemilan demi menemukan permen yang katanya setara segelas susu. Gara-gara rasa pahit dari kopi rumah sakit yang berbeda di level lain, ia butuh sesuatu yang manis untuk menyeimbangkan indera pengecapnya.
Odi menggaruk pelipis yang kebetulan gatal. "Iya aku tahu, hanya saja pasien itu sedikit aneh."
"Aneh bagaimana?" Alan langsung menyahut meski perhatiannya masih berkutat untuk membuka bungkusan permen.
Odi mengubah sorot matanya menjadi sayu. "Ada yang aneh dari tatapannya, seperti tak bernyawa."
Sebenarnya masih ada yang lebih patut dipertanyakan dari itu, tapi Odi sengaja bungkam karena pasti tidak akan ada yang percaya. Dan ia yakin Alan juga demikian.
Di lain sisi, Alan merasa heran. Odi seperti orang yang baru pertama kali ke rumah sakit. Kalau lihat orang pakai bikini atau baju astronot di rumah sakit, jelas masuk akal untuk terkejut. Lah ini seorang pasien, memang istimewanya di mana? Terkait tatapan yang tidak bernyawa tentu saja banyak orang seperti itu di sini. Akibat kewalahan melawan penyakit yang diderita, banyak dari para pasien yang sudah menyerah akan hidup sebelum waktunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINKED; || bertautan
General FictionDisebabkan kecelakaan ketika berumur sembilan, Darius Odiseta terbaring di atas ranjang selama tujuh tahun. Saking tak adanya harapan siuman, keluarga yang menunggu dihinggapi rasa putus asa. Di tengah kebimbangan mengikhlaskannya pergi demi kebaika...