02; death vs alive #2

299 95 75
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

2.

Matahari di ufuk barat akan segera terbenam, menandakan tiga hari telah berlalu sejak kecelakaan bus yang menggemparkan kota terjadi. Menurut berita yang disiarkan di TV secara berkala, kecelakaan tersebut menewaskan tujuh orang, tiga orang mengalami kritis, satu koma, dan belasan korban lainnya diharuskan rawat inap. Benar-benar tragedi yang mengenaskan.

Sekembalinya dari salat magrib sekalian membeli makan malam, Asiah tersentak di tempat saat beberapa orang termasuk Dokter yang diketahui bernama Satria kalang kabut melewatinya. Mereka berlarian dengan panik. Bagaimana tidak, dari salah satu ruangan insentif khusus anak, mereka menerima sinyal merah yang mana jantung seorang pasien tiba-tiba berhenti berdetak.

Bola mata Asiah terbeliak sempurna. Kresek hitam berisi makanan refleks ia jatuhkan ke lantai ketika menyadari ruangan mana yang orang-orang itu masuki. Padahal belum lama hatinya mantap berpegang pada kuasa Tuhan dan harapan, namun kini mimpi paling buruk kembali menyapa ibu satu anak itu tanpa permisi.

"Maaf, ibu dilarang masuk!!" cegat seorang perawat laki-laki di ambang pintu.

"Anak saya di dalam, kenapa saya tidak boleh masuk?!!" Wanita itu melemparkan tatapan tajam namun suaranya bergetar hebat. "TOLONG MINGGIR!!!' teriaknya lagi seraya mencoba menerobos masuk. Sayangnya tenaga Asiah tak cukup mumpuni untuk menembus pertahanan perawat tersebut.

Sementara itu di dalam ruangan, Dokter Satria bergegas mengambil alih tubuh pasien dari seorang dokter residen yang sebelum ia datang berjuang mengulur waktu dengan Resusitasi Jantung Paru* sebagai pertolongan pertama. Seusai vital pasien diperiksa, Satria meminta Defibrillator* agar secepatnya disiapkan.

(Resusitasi Jantung Paru atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama Bantuan Hidup Dasar pada orang yang mengalami henti napas karena sebab-sebab tertentu seperti henti atau serangan jantung.)

(Defibrillator = Alat Kejut Jantung.)

Baju pasien lekas dibuka, menampilkan dada ramping miliknya. Saat persiapan alat selesai, Satria mengisyaratkan semua untuk menjauh. Dosis sinergi kejut listrik dimulai 120 joule.

Percobaan pertama dilakukan. SHOCK! Tubuh tak sadarkan diri itu terangkat.

Tak membuang waktu sedetik pun, Satria memeriksa napas dan denyut nadi. Sayangnya tak ada perubahan berarti, detak jantung pasien belum kembali. Di dalam ruangan itu hanya raut tegang berbalut kasihan yang mendominasi di sana. Sementara menunggu percobaan berikutnya, RJP singkat kembali dilakukan. Kali ini oleh seorang perawat laki-laki berambut agak kecokelatan.

SHOCK! ... SHOCK!! ... SHOCK!!!

Percobaan kedua, ketiga, hingga ketujuh teralur dengan intens. Sayup-sayup tempat bercat putih itu diselimuti rasa putus asa yang sulit ditepis. Tapi tidak dengan Satria, dokter itu sudah hampir sepuluh menit melakukan resusitasi. Keringat hebat telah membasahi baju kebanggaannya. Tak bisa ia biarkan perjuangan anak ini ditukar dengan bendera kuning, batinnya menegaskan diri. Pasien masih muda, punya mimpi yang bahkan belum dimulai. Ia juga punya ibu yang ingin anaknya pulang ke rumah. "Jangan begini, Tuhan," pinta dokter itu dalam hati.

LINKED; || bertautanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang