13; old friend #1

58 18 3
                                    

Vote dulu atuh sebelum dibaca!•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dulu atuh sebelum dibaca!
•••

13.

Sinar matahari sore sudah mengetuk jendela kamarnya ketika Odi bangkit untuk mengambil air minum di dapur.

Kejadian Arion mengamuk membuat cowok itu memilih baca buku sebagai pelampiasan. Baginya cara terbaik mengatasi rasa kesal adalah melakukan sesuatu yang membuat kita semakin pintar. Ia berpandangan bahwa orang sulit berpikir logis dan lebih mudah tersinggung jika IQ dan EQ-nya* rendah.

[*IQ = kecerdasan intelektual; EQ = kecerdasan emosional]

Baru saja menutup kulkas seusai menenggak satu gelas air dingin, suara bel bersahutan memenuhi pendengaran Odi. Jarang sekali ada tamu jam segini, batinnya. 

"Selamat sore kawan!" sapa seseorang begitu pintu dibuka. Senyum di bibirnya menyamai cerahnya mentari pagi. Berbeda dengan kemarin, gaya berbusananya kini lebih ke arah sporty, dengan topi terbalik yang mungkin jadi ciri khasnya.

"Kamu?"

Sulit ditebak, sebuah pelukan tahu-tahu mengayun dari tamu yang tak lain adalah Alan. Odi menggerutu. Sial sekali jika ia kebobolan dua kali oleh orang yang sama.

Dengan cepat Odi menangkis pelukan ambigu tersebut dan langsung melempar tatapan tajam pada Alan.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa suka sekali memeluk orang tiba-tiba?"

"Gue jawab di dalam aja yah. Oh iya, ini hadiah buat lo." Alan mengulurkan totebag ukuran sedang kemudian menyelonong masuk ke dalam rumah.

Odi mengintip isi kantongan yang ternyata komik berbagai judul. Berhubung dirinya tak akrab pada bacaan sejenis ini, Odi hanya tahu cerita detektif remaja yang karena suatu kejadian menjadi anak kecil lagi.

Odi menghampiri Alan yang sudah duduk manis di ruang tamu. Langsung saja ia tanyakan alasan kedatangan Alan.

"Buat ketemu lo lah, kemarin kan gue udah janji. Lo cuma amnesia kan, bukan demensia?" balasnya kemudian mengedipkan satu mata. Meski aksi Alan menggelikan, Odi memilih mengabaikan.

"Terus ini?" Diletakkan di meja, Odi menunjuk pemberian Alan dengan dagu.

"Gue udah bilang, ini hadiah."

"Saya tidak suka membaca komik. Kamu ambil lagi saja."

"Belum lebih tepatnya."

"Eh?"

Alan tersenyum tipis. "Maksud gue, nanti juga lo suka kalau baca satu-dua. Yakin deh!"

"Kenapa bisa seyakin itu?"

"Yakin aja!" Alan menyengir lebar. "Di rumah gue, komik ada bejibun. Kalau mau refill tinggal bilang."

Odi memutar bola matanya ke atas, ekspresinya malas. Apa yang ia harapkan dari manusia yang terlihat susah serius ini?

LINKED; || bertautanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang