23; encounter

75 39 3
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Jika sia-sia, mengapa orang berdoa ketika bintang jatuh?"

23.

Tepat pukul sepuluh lewat empat belas, pintu kamar mandi terbuka, Odi keluar dari sana setelah lama membersihkan diri sekalian merenungi nasib. Dengan piyama bercorak monokrom di badan, pemuda itu mengeringkan rambut yang basah. Langkahnya kemudian tertuju pada kursi meja belajar di dekat ranjang.

Di ruangan yang sama, ada Alan yang tengah bermain ponsel sambil tengkurap di atas kasur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di ruangan yang sama, ada Alan yang tengah bermain ponsel sambil tengkurap di atas kasur. Rambutnya sudah kering sejak tadi. Sesuai rencana, ia menginap malam ini.

"Udah dingin tuh kepala abis mandi?" tanya Alan meski posisinya masih sama. "Muka lo dari tadi kayak mau makan orang, tau nggak?"

Tidak tahu harus merespon apa, Odi mengabaikan pertanyaan itu. Ingin fokus mengeringkan rambut saja. Tapi berhubung Alan termasuk manusia yang sulit tidur jika kelewat penasaran, ia bergegas memperbaiki posisi agar mereka bisa mengobrol face to face. Ponselnya juga sudah tergeletak di sebelahnya, enggan disentuh lagi.

"Ada luka, gak?" tanyanya lagi dengan pertanyaan baru. Odi menoleh ke kanan-kiri, itu salah satu hal yang patut disyukuri.

Alan berdecak gemas sambil mengusap-usap dagu. "Gue masih gak paham alasan lo lari terbirit-birit gitu, mana nyungsep lagi. What happened? Gara-gara salting diliatin cewek?"

Sesaat diam, Odi pun bersuara. "Salting itu apa?"

Alan menepuk jidatnya sendiri, "Salah tingkah, Di. Lo seriusan gak tau?"

Ditanya begitu, Odi manggut-manggut. Istilah gaul baginya terasa seperti bahasa latin.

"Mau tau ekspresi gue tadi? Kayak gini nih!"

Alan dengan mudah mengeluarkan raut wajah yang ia klaim muncul ketika melihat Odi jatuh tersungkur. Jika mau hiperbola, mulutnya yang terbuka lebar-lebar itu seakan bisa makan satu sapi utuh. Berbeda dengan Myah dan Ashra yang serempak menutup mulut mereka.

LINKED; || bertautanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang