•••
20.
"Tanyain nama gue dong."Alan lekas memulai percakapan begitu panitia memperbolehkan. Intonasi dan gayanya sok imut.
Merengut lah Odi. Apa perlu mereka melakukan ini? Keduanya kan sudah saling kenal bahkan sering tidur di kamar yang sama. Menatap ekspresi konyol Alan, Odi melengos. Kendati tebersit rasa penasaran bagaimana cara Alan memainkan matanya agar terlihat juling begitu? Di tubuh yang lama, ia selalu gagal menguasainya.
"Di, waktunya keburu abis nih. Tuh liat semua orang pada asik ngobrol. Tanyain nama gue cepet!" desak Alan seraya ujung sepatunya menyenggol punya Odi dua kali. Odi yang menganggap dirinya normal lagi-lagi mempertanyakan kewarasannya ketika bersama Alan.
"Oke-oke." Walau malas, Odi milih meladeni. "Hai! Aku Odi. Nama kamu siapa?"
Seharusnya dialog tersebut terdengar hangat dan berseri-seri, tapi malah seperti orang yang belum dikasih makan tiga hari.
Meski begitu, Alan tetap senang. Ia pun mengulurkan tangan bersalaman. Dibarengi kepercayaan diri ia berujar, "Hai Odi! Kenalin, gue Zaalano Pradipta. Salah satu kandidat kuat most wanted baru di sekolah ini. Gak muluk-muluk, lo cukup panggil gue Si Alan tampan."
Kedipan yang meluncur dari sebelah mata pemuda itu sontak membuat bulu tangan Odi bergidik. Ia sampai menengok kanan-kiri, takut ada yang menganggap aneh hubungan mereka. Odi yakin seratus persen jika bidadari auditorium yang melihat ini akan langsung ilfil atau setidaknya culture shock.
Memikirkan tanggapan yang cocok, tak lama bibir Odi tersungging senyum jahil. Sebuah lelucon melintas di kepalanya.
"Hah, apa?! Sialan tampan??!!" Odi mengonfirmasi ulang seraya menutup kupingnya satu. Berakting seolah ia salah dengar. Raut mukanya kaget dengan dosis yang berlebihan.
"Kamu sungguh dipanggil Sialan Yang Tampan?" serunya lagi. Begitu melihat senyum bangga Alan luntur, ia tahu keusilannya berhasil.
"Si-Alan tam-pan, budek! Panggilan bagus gitu lo plesetin sembarang." Penuh penekanan, Alan mendengus disertai wajah yang tertekuk.
Seraya menahan tawa, Odi ber-ah panjang. "Ternyata Si Alan bukan sialan, toh? Harusnya kamu lebih memperhatikan spasi. Aku kan jadi salah mengerti," ledeknya pura-pura tak berdosa.
"Ckck, gue tau lo sengaja. Skip deh, kesan pertama lo jelek banget. Bintang satu!" gerutunya memberi jempol ke bawah lalu memalingkan muka.
Tersisa beberapa detik sebelum tiga menit berakhir sementara Alan masih mempertahankan bibir manyunnya. Tapi Odi tahu itu juga akting. Terbukti cepat datang cepat pula perginya, wajah Alan kembali sumringah ketika imbauan untuk berpindah tempat bergema. Bagaimana tidak, Alan kini berpasangan dengan seorang gadis cantik keturunan Sunda-Bali.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINKED; || bertautan
General FictionDisebabkan kecelakaan ketika berumur sembilan, Darius Odiseta terbaring di atas ranjang selama tujuh tahun. Saking tak adanya harapan siuman, keluarga yang menunggu dihinggapi rasa putus asa. Di tengah kebimbangan mengikhlaskannya pergi demi kebaika...