04; a survived boy #1

179 48 7
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

4.

Sekitar dua bulan lalu aku mengalami kesialan beruntun. Sebenarnya itu hal biasa di hidupku, hanya saja hari itu skalanya luar biasa fatal.

Pertama, buku catatanku yang berharga jatuh entah di mana. Duh, akan sangat memalukan jika ada yang menemukan apalagi membaca isinya. Kedua, aku diusir lagi. Tujuanku tak jahat padahal, hanya ingin menanyakan sesuatu, namun respon orang itu begitu dingin. Terakhir, bus yang kutumpangi terguling dan hampir meledak. Nyaris aku jadi kambing panggang.

Takdir sepertinya punya masalah denganku.

Ketika kecelakaan telah terjadi, kepalaku sakit tiada kira. Darah mengucur keluar dari dalam sana. Sekujur tubuhku seakan remuk akibat tertimpa benda berat yang tak kukenali namanya. Aku pikir hari itu akan menjadi momen terakhirku sebagai orang hidup, bersama beberapa orang yang keadaannya tak jauh beda denganku.

Sebelum benar-benar tak sadarkan diri, aku melihat seseorang yang dikelilingi cahaya putih. Ia diguyur hujan namun anehnya tak nampak basah sama sekali.

"Tolong aku."

Itulah kata-kata terakhir yang kuucapkan pada orang asing itu meski tahu suaraku tak akan terdengar olehnya.

===÷===

Bersamaan dengan mata yang membuka, pendar cahaya mulai masuk memenuhi penglihatan ku. Ruangan serba putih dengan aroma yang khas. Sangat jelas aku berada di rumah sakit.

Tunggu! Jadi aku masih hidup?

Setelah melepaskan selang infus di hidung, aku mulai bertanya-tanya dengan manik mata yang tak bisa diam. Tanganku sibuk meraba-raba, memastikan tak ada bagian tubuh yang hilang.

Aneh, aku tak merasa sakit sama sekali. Serius aku selamat dari kecelakaan itu? Sayang, ruangan tempatku dirawat kini kosong. Tak ada siapa pun yang bisa ditanyai untuk memuaskan rasa penasaranku.

Seperti sebuah kebiasaan, aku menyisir rambut dengan satu tangan ketika terlalu banyak berpikir. Namun yang ada satu daftar keanehan kembali bertambah. Ada yang menjanggal. Sejak kapan rambutku sepanjang ini? Hampir menyentuh bahu pula.

Berniat menghilangkan sesak dan pusing akibat dilanda kebingungan, kuputuskan mendekati toilet yang untungnya tersedia di ruangan ini. Berharap sentuhan air dingin pada wajah bisa menyegarkan pikiranku yang lagi semrawut.

Kakiku menapak lantai, namun sensasinya yang kudapatkan amat berbeda. Seperti sudah lama tak merasakan dinginnya ubin. Aku mencoba berdiri dengan tiang infus sebagai penopang. "Astaga, kaku sekali. Kakiku seperti lama tak digunakan." Aku memijat-mijat kedua paha.

LINKED; || bertautanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang