Follow instagram :
@cloudxbellz
@tiaa.yerin
@devandra_adityaa
@urshanny_
@pryanka.hann
@alderishakayyBintangnya jangan lupa dipencet prend!
Happy reading!
Keadaan Devandra terasa semakin memburuk, dari hari ke hari. Rambut cowok itu bahkan sudah tidak lebat lagi, bahkan sangat tipis.
Devandra melepas rambut palsu yang dipakainya. Ia menatap wig yang penuh rontokan rambutnya itu cukup lama dengan tatapan sendu.
Devandra memegang dadanya yang terasa sakit di area jantung. Namun sebenarnya, tak hanya dadanya yang sakit, melainkan sekujur tubuhnya.
Kemarin, ia disiksa lagi oleh Simon.
"Kemari kau!" panggil Simon menggelegar kepada putra semata wayangnya itu.
Devandra melangkah mendekati Simon, tak perlu berucap apa pun, ia segera mengambil posisi telungkup di atas kasur yang berada di depan Simon.
Seperti biasa, dengan senjata andalannya, Simon menggunakan cambuk berduri untuk menyiksa Devandra.
Perlahan, ia mengayunkan cambuknya pada punggung Devandra. Entah apa yang dipikirkan oleh pria gila ini.
Devandra meremas bantal dengan kuat untuk menyalurkan rasa sakitnya. Cambuk itu, terasa seperti sedikit dipanaskan, sehingga rasanya lebih sakit ketika cambuk itu mencapai permukaan kulitnya.
Punggung Devandra yang penuh dengan bekas luka, kini penuh dengan cairan kental berwarna merah.
"Salah Devan kali ini apa, Pa?" ucap Devandra.
"Hei, hari ini, hari kematian Liona bukan? Saya hanya ingin menunjukkan ini kepada perempuan itu. Kalau inilah akibatnya, jika ia melepaskan tanggung jawabnya sebagai ibu," desis Simon kejam.
Emosi Devandra seketika naik. "Mama udah meninggal, Pa! Dan itu takdir! Mama gak lepas tanggung jawabnya sebagai seorang ibu!"
"Omong kosong!" jawab Simon.
Elena masuk ke dalam kamar mansion, dengan wajah yang penuh luka, seperti orang yang selesai berkelahi. Gadis itu hanya ingin mencari Simon. Sedetik setelah Elena memasuki ruangan itu, bau anyir darah Devandra langsung menyeruak pada indra penciuman Elena.
Simon menatap Elena yang terlihat babak belur dengan datar. "Dari mana kamu? Jam segini anak perempuan baru pulang, hah?!"
"Maaf... tadi Lena dikeroyok preman," jawab Elena dengan napas terengah-engah.
"Duduk di sini," ucap Simon sambil menepuk kasur yang ditiduri oleh Devandra.
Elena menatap adiknya iba, hatinya terasa tersayat setiap ia mendapati adiknya, mendapat penyiksaan. Ia merasa terpukul. Tadi ia berkunjung ke makam Liona, untuk memperingati hari kepergian sang ibunda. Namun, ia tahu bagaimana Simon. Simon akan menyiksa anak-anaknya di tanggal kematian Liona. Elena juga ingin datang lebih cepat, namun ia dikeroyok oleh dua orang preman, jadilah ia terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANDRA
Teen Fiction[ CERITA SUDAH DIREVISI! BACA DESKRIPSI SEBELUM MEMBACA! ] Devandra Aditya Wijaya, seorang remaja yang memimpin suatu geng motor bernama D'Eagle. Devandra terkenal pintar, berprestasi, ahli bela diri, raja jalanan kedua di kotanya, dan terkenal deng...