42. Kebenaran Terungkap

282 6 0
                                    

Follow instagram :
@cloudxbellz
@tiaa.yerin
@devandra_adityaa
@urshanny_
@pryanka.hann
@alderishakayy

Di chapter ini kita ketawain Shanny, Kayla, Monica, Pak Suki, sama Mrs. Riska rame-rame yok!!

Happy reading!!

Pagi ini, ketiga gadis itu sudah berseragam rapi dengan tas yang digendong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini, ketiga gadis itu sudah berseragam rapi dengan tas yang digendong. Ketiganya menahan rasa perih yang luar biasa di bagian perut. Namun, Mella memaksa mereka untuk tidak meringis sedikit pun di depan siswa-siswi yang lain.

"Jalan lelet banget sih?! Cepetan!" bentak Mella seraya mendorong mereka bertiga.

Mella membawa mereka ke tengah lapangan. Kemudian Devandra meraih mikrofon dan menyalakan benda itu.

"Pagi semuanya. Maaf gue tanpa izin pakai mikrofon. Gue cuma mau ngungkapin semuanya, mulai dari insiden malam gue ngelecehin Yerin, dan semuanya," sapa Devandra menarik perhatian seluruh penghuni sekolah termasuk guru-guru.

Devandra menjelaskan semuanya panjang lebar dengan tegas, beserta bukti rekaman suara yang dia putar dengan sengaja di depan mikrofon sehingga suaranya terdengar jelas.

Semuanya tampak terkejut bukan main. Rasa penyesalan juga langsung memenuhi diri mereka masing-masing.

"Jadi, Yerin sama gue gak pernah buat salah. Semuanya salah mereka yang lagi berlutut di tengah lapangan itu. Yes, they are the trouble maker," ungkap Devandra.

"Gue gak yakin, kalian berduka atas kepergian Yerin yang juga salah satu bagian dari sekolah ini. Tapi gue minta, jangan berprasangka buruk apa pun lagi tentang dia. Thank you," ucap Devandra, setelah itu dia meninggalkan tempat menyisakan keributan dari para siswa-siswi yang menyoraki ketiga gadis pembuat onar tersebut.

Mella menyeret ketiganya ke toilet. "Bersihin darah lo semua," kata Mella setelah melihat bercak darah yang mulai tembus di kemeja mereka.

Ketiganya menurut dan masuk ke dalam bilik toilet. Namun tak berselang lama, toilet itu menjadi sangat ramai dan geng perisak mulai berdatangan. Ada yang membawa ember berisikan air comberan, dan ada pula yang membawa ember berisikan dedaunan kering. Semua itu disiramkan ke dalam bilik toilet lewat atas.

Mella berdiri santai, menyandar pada wastafel dengan senyuman puas. Inilah yang ia tunggu selama ini.

Shanny, Kayla, dan Monica keluar bilik toilet dengan penampilan lusuh dan basah dengan dedaunan kering yang tersangkut di rambut mereka. Mereka ditertawakan dan direkam oleh para gadis. Tak jarang juga disoraki pembunuh.

Setelahnya, Mella mengikuti arah ke mana ketiganya akan pergi. Mereka pergi ke ruang kelas masing-masing, hendak mengambil tas untuk pulang karena tidak tahan dengan situasi yang tengah terjadi.

"Lo bertiga? Yang waktu itu nempelin gambar-gambar gak jelas di papan mading?" tanya Tia selaku senior. Tidak ada yang menjawab, ketiganya hanya tertunduk.

DEVANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang