41. Hari Pemakaman

262 3 0
                                    

Follow instagram :
@cloudxbellz
@tiaa.yerin
@devandra_adityaa
@urshanny_
@pryanka.hann
@alderishakayy

Bintangnya jangan lupa dipencet ya!!

Btw gimana? Udah siapin tisu? Nanti nanges....

Chapter kali ini gak bakal sad banget kok, lebih banyak emosinya. Jadi, siapkan mental kalian!!

Happy reading!!

Seorang suster telah masuk ke dalam ruangan untuk memindahkan jenazah ke dalam peti mati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang suster telah masuk ke dalam ruangan untuk memindahkan jenazah ke dalam peti mati. Suster itu menatap Devandra dengan intens, memastikan bahwa lelaki itu bukanlah orang asing.

"Permisi, Tuan muda Devandra. Saya izin memindahkan jenazah ke dalam peti mati," izin suster itu dengan sopan. Devandra perlahan mengangkat kepalanya, baru saja terbangun dari tidurnya.

Devandra menatap suster itu sejenak kemudian mengangguk. Suster itu melemparkan senyuman tipis dan menepuk-nepuk bahu Devandra untuk menguatkan. Tak lama kemudian, brankar itu didorong yang Devandra tebak akan dibawa ke rumah duka.

Devandra menghela napas berat. Sungguh berat untuk menerima kenyataan bahwa gadis itu benar-benar telah tiada. "No way...," lirihnya. Dia meraup wajahnya dengan kasar, ingin menangis namun rasanya air mata telah kering. Matanya juga terasa perih karena terus menangisi gadis itu.

Devandra perlahan beranjak keluar dari ruangan itu. Lelaki itu memilih untuk kembali ke markas sambil menunggu waktu jenguk untuk jenazah di rumah duka rumah sakit itu.

••

Seorang gadis bernama Mella itu kini benar-benar terlihat seperti psikopat. Sejak tadi ia menyiksa tiga gadis yang disebut-sebut sebagai bajingan.

Mella mencengkeram rahang Kayla dengan kuat menggunakan tangan kanannya. Kayla dapat merasakan kuku Mella yang menusuk permukaan wajahnya. Bisa jadi, pipi gadis itu terluka sekarang.

"Gue gak paham sama pemikiran lo, Kayla. Kalau emang lo nyerang Yerin karena iri, apa untungnya buat lo?" tanya Mella dengan tatapan tajam.

Kayla tertunduk diam, banyak pemikiran kusut di kepalanya. Ia ingin menjawab tapi entah mengapa lidahnya terasa kelu untuk berbicara.

"Gue gak tau... Selama ini gue cuma terbutakan sama rasa iri," jawab Kayla pada akhirnya.

"Masuk akal. Dan selama itu lo ngerasa hebat?"

Kayla terdiam, ia menatap Mella dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. "To be honest.. Iya. Tapi sekarang gue nyesel."

Detik selanjutnya, Mella menampar Kayla, Shanny, dan Monica bergantian dengan cepat. Ketiga gadis itu kehilangan keseimbangannya hingga tersungkur di lantai. "Iya, lo semua hebat buat jadi pembunuh."

DEVANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang