03

803 84 5
                                    


23.47

Jinni baru saja sampai di mansion-nya, dia masih enggan turun dari mobil dan masuk ke dalam mansion. Jika ditanya mengapa, dia akan menjawab di dalam sangat sepi.

Jinni membuka ponselnya. Disana ada dua pesan masuk, dari mami dan juga sepupunya.

Mami
"Sayang kau dimana?"
"Apa sudah makan?"
"Jangan melewatkan makan malam mu Yunjin-aa, mami tidak ingin kau sakit"
"Tidurlah dengan nyenyak, mami menyayangimu"

Haewon unnie
"Jinni-ya kau dimana?"
"Seperti kau tidak dirumah"
"Jangan biasakan pulang larut malam"
"Jangan lupa makan malam"

Gadis itu termenung menatap pesan yang dikirimkan oleh maminya. Jinni dia benar-benar merindukan maminya ahh lebih tepatnya dia merindukan suasana didalam mansion-nya.

Jinni menghela nafasnya setelah itu menepuk-nepuk pipinya "Sekarang waktunya beristirahat"

Dia mulai melangkah memasuki mansion itu, hening benar-benar hening. Hingga suara seseorang membuatnya terkejut.

"Dari mana saja Choi Yunjin!!?" I-itu seperti suara mami.

Dan benar saja. Maminya 'choi yena' menatapnya tajam, bahkan ia masih menggunakan pakaian kerjanya.

"Jam 00.14 kau baru pulang? Apa guru yang mengajar mu baru selesai mengajar jam segini!!!" Bentaknya membuat Jinni terkejut tapi segera menetlarkan ekspresinya.

Yena benar-benar kesal, dia kesal karena rasa khawatirnya pada Jinni selalu berlebihan, ia takut terjadi sesuatu pada anak gadisnya. Ya anak gadis satu-satu yang ia punya.

Dengan langkah besarnya Yena mendekati Jinni. Jinni sudah siap jika maminya akan menamparnya saat ini juga, tapi.....

Ia merasakan pelukan hangat maminya. Yena memeluknya dengan erat "Ma-mami khawatir Jinni-ya. Mami tidak ingin terjadi sesuatu padamu, Mami...... hiks.. hiks Yuri-yaa maafkan aku" Jinni terkejut saat merasakan pundaknya basah "Ma-maafkan aku.. hiks aku aku benar-benar orang tua yang tidak berguna aku-" Pelukannya terbalas.

"Berhenti menangis. Aku tidak suka jika kau menangis karena ku"

~~~~

Matahari mulai menampakkan dirinya, cahaya matahari masuk melalui celah-celah gorden yang terbuka membuat tidur gadis itu terganggu.

"Aisss sialan. Aku benar-benar membenci pagi"

Dia bangun dari tidurnya, menatap kosong kearah depan. Hingga sekelebat bayangan itu-

"Berhentilah bersikap dingin seperti ini, mami tidak suka"

"Mami ingin kau kembali seperti yang dulu, menjadi Jinni yang ceria dan selalu tersenyum pada orang lain"

Dia berdecih. Memuakkan

~~~~

06.57

Jinni keluar dari mobilnya, ini masih terlalu pagi untuknya. Jika tidak ada maminya mungkin saat ini ia masih tertidur.

Dia melangkahkan kakinya masuk ke gedung sekolah, banyak siswa yang menatap Jinni dengan kagum bahkan ada juga yang memberinya kotak bekal.

"Selamat pagi Jinni"

"Hai Jinni... Pagi ini kau sangat cantik"

"Aku membawakan bekal untuk mu"

"Ayo makan siang bersama"

Suara mereka terhenti saat seorang gadis menabrak Jinni dari belakang, Jinni sedikit terhuyung ke depan. Berbeda dengan gadis itu yang langsung jatuh.

"Aduhhh dahi ku" Sambil mengusap dahinya.

Jinni menatap gadis yang masih berada di bawahnya tanpa ada niat membantunya berdiri, hingga gadis itu berdiri sendiri dan menatap Jinni.

"Huhh!!"
"Astaga Sullyoon bodoh, apa yang kau lakukan. Seharusnya kau tidak perlu berlari seperti itu" Ya itu Sullyoon, dia meruntuki dirinya sendiri karena menabrak Jinni.

"Kenapa" Tanya Jinni dengan wajah datarnya membuat Sullyoon menundukkan kepalanya, entah mengapa saat ini dia gugup. Apalagi ada beberapa siswa yang menatap kearah mereka.

Jinni yang melihat Sullyoon menundukkan kepalanya perlahan mendekat, Sullyoon yang merasa Jinni mendekatinya perlahan memundurkan langkahnya.

"Ya Tuhan ada apa dengan jantung ku"

Jantungnya semakin berdetak saat ia merasakan punggungnya menyentuh tembok "A-apa yang kau lakukan?" Sullyoon menyentuh pundak Jinni dan mendorongnya.

Jinni mengukung lalu menatap wajah Sullyoon "Ya... Sebenarnya apa yang sedang aku lakukan" Jinni masih menatap wajah Sullyoon hingga tatapannya turun ke bibir gadis itu.

Dia mendekatkan wajahnya dan itu benar-benar membuat jantung Sullyoon rasanya ingin meledak.

"HEI!!!! MENGAPA KALIAN MASIH BERADA DILUAR!!! Jam pelajaran sudah dimulai" Teriakkan itu membuat Jinni tersentak dan langsung memundurkan wajahnya.

"Sial. Apa yang-"

Jinni menatap Sullyoon "Kembalilah ke kelas mu" Katanya lalu meninggal Sullyoon yang masih membeku.

Sullyoon menatap punggung Jinni yang semakin lama semakin jauh darinya "Apa yang baru saja dia lakukan. Apa dia sadar telah melakukan hal kriminal?" Wajahnya tiba-tiba memanas.

Kenapa dia tidak langsung mencium ku saja pikirnya. Sullyoon menggeleng cepat "Astagaaa apa yang aku pikirkan" lalu dengan langkah cepat menuju kelas.












Oke tbc.
Aneh yaa? Hahaha gapapa deh. Ahhh iya aku sengaja buat Jinni jadi anaknya Yenyul biar agak greget.

Jangan lupa kritik dan saran hehe :))

be mysun | Sulljin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang