15

697 73 6
                                    



Featers Cafe'~




"Terimakasih direktur Ahn. Saya harap kerjasama kali ini sukses besar" pria paruh baya itu menjabat tangan Yujin.

"Hahahahah! Tentu saja"

"Kalau begitu saya akan kembali ke kantor sekarang. Sekali lagi terimakasih" pria itu menunduk kearah Yujin begitupun sebaliknya.

Setelah rekan kerjasamanya keluar, Yujin mendudukkan dirinya. Ia tersenyum saat melihat pesan yang dikirimkan Minju padanya.

Meminum kopinya sekali lagi lalu membereskan dokumen-dokumen yang ia bawa tadi. Dia harus kembali ke kantor sekarang.

Karena terlalu fokus menatap layar ponselnya, Yujin menabrak seseorang membuat tas dokumen yang ia bawa jatuh.

"Aissss ceroboh sekali" Yujin yang tadinya menunduk mengambil tas dokumennya, segera menegakkan badannya saat mendengar suara itu. Suara yang sudah lama tidak ia dengar.

"Maafkan aku nona. Aku-"



"Yena unnie"

"Yujin"







~~~~







"Putri ku mengenal putri mu?"

Yujin mengangguk semangat "Aku tidak menyangka akan bertemu dengan anak mu, dia gadis yang cantik tapi sedikit ketus dan tidak sopan sama seperti mu"

Yena hanya tersenyum menanggapi Yujin "Dia memang cantik, sama seperti bundanya" senyumnya luntur.

Yujin yang melihat itu juga berhenti tersenyum. Pikirannya berkecamuk.

"Sahabat mu Jo Yuri. Dia sudah meninggal"

Suara Jinni terngiang-ngiang di telinga Yujin. Ia menatap Yena, terlihat dari matanya Yena seperti sedang menahan air matanya.

"Unnie..."

Yena berdehem. Ia masih enggan mengangkat kepalanya, ia tidak mau terlihat menyedihkan di hadapan Yujin.

"Aku ingin bertemu dengan Yuri unnie"








.....

Semilir angin menerbangkan helaian rambut kedua wanita yang hampir berkepala tiga itu. Mereka berdua menyusuri jalan menuju makam seseorang. Jo Yuri.

Terlihat dari kejauhan seorang gadis menangkup kedua tangannya dan menutup matanya. Sepertinya sedang berdoa.

"Sepertinya Jinni"

Mereka mendekat, bertepatan dengan gadis itu membuka matanya. Sedikit terkejut karena ada yang berdiri di sampingnya.

Jinni menatap Yena dengan tatapan lesunya. Ia tidak menangis tapi hatinya yang menangis.

Gadis muda itu melewati mereka. Baru saja Yujin akan menahannya tapi Yena langsung menggeleng.

"Biarkan saja, aku akan berbicara dengannya nanti"

Yujin mengangguk pelan, matanya menatap makam yang ada di hadapannya. Makam Jo Yuri.

Yujin mendudukkan dirinya, mengelus batu nisan Yuri "Unnie" Tubuhnya mulai bergetar "Unnie.. hikss"

be mysun | Sulljin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang