Tujuhbelas: brokenheart.

31 7 0
                                    

Fajri melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi, dirinya hanya pergi menuju satu tempat yang sebetulnya Fajri takuti. Rambutnya nampak tak beraturan, serta dirinya yang merasa sedang kelelahan, bahkan kegiatannya yang membuat dirinya kewalahan.

Sedikit kehampaan terasa dihati Fajri terlebih semenjak malam itu, tak ada jawaban yang bisa diputuskan sang wanita dan meninggalkan beribu tanda tanya pada sosok pria. Fajri merasa seperti digantungkan dan diombang-ambing dalam ketidakpastiaan, walaupun begitu ia masih berusaha keras untuk memperjuangkan wanita yang begitu ia sayang.

Hampir sama dengan sosok Reina yang saat ini berdiri mematung, sekelilingnya begitu ramai tetapi dirinya sedang termenung. Reina seperti ingin berteriak tetapi tak ada yang bisa membuatnya bergerak, walaupun kakinya sudah tak kuasa lagi menopang tubuhnya yang sedang merasakan hatinya seperti tertembak.

"Na yang sabar ya, gue tau lo kuat" Fenly mengelus bahu Reina perlahan, berusaha keras untuk memberinya rasa tenang walaupun ia tau sehancur apa yang harus Reina rasakan.

"Kita disini buat lo kok Na" Saut Zweitson yang muncul dari belakang, Reina memalingkan wajahnya menatap kawannya yang sedang terlihat kasihan kepada dirinya. Reina benci, ia merasa dirinya terlalu tangguh untuk dikasihani.

"Thank you guys, i know kok Son, makasih ya" Reina mengusir rasa gusarnya, ia menyunggingkan senyum dibibirnya.

Bu, ini sakit. Tapi Bu, rasa sakit ini udah ngga terasa lagi untuk Reina batin wanita itu yang masih berdiri memandangi sang Ibu yang berpakaian rapih serta polesan makeup yang membuat sosoknya terasa tak berbeda.

Reina yang tak kuasa membendung rasa sedihnya hanya mampu menggenggam tangan sang Ibunda, entah bagaimana hidupnya setelah ini, akan seberat apalagi cobaan yang akan dirinya hadapi. Lirih hatinya berharap semoga saja ia bisa menghadapinya sendiri, walaupun tak munafik juga ia ingin bersama Fajri.

✨✨✨

Perjalanan yang harus Fajri tempuh cukup lama dan jauh, terlebih karna kemacetan di Ibu Kota yang membuat siapapun merasa jenuh. Syukurlah pria itu sampai dengan selamat ditujuannya, tempat yang membuat Reina tak kunjung selesai menitihkan air mata. Fajri menemukan sosok wanita yang sedang berdiri, menjulurkan tangannya untuk mengelus pipi sang Ibunda yang sudah berpergi.

"Re, you have to know that she loves you" Fajri membawa Reina ke dalam pelukannya, sang wanita tak sanggup lagi menahan segala kesedihannya yang bersarang didada. Isak tangis Reina terdengar lirih membuat Fajri bisa merasakan hatinya perih.

"If she loves me, why did she left me here all alone? Just like everyone else" Ucapan itu mencelos dari bibir wanita yang berada dipelukan Fajri.

"She left you now because she knew that her daughter is a whole different person now" Fajri mengelus surai coklat milik Reina, kemudian mengecup kening sang wanita berharap hal ini bisa menyembuhkannya. Reina mengepalkan kedua tangannya, kemudian kembali tenggelam dalam kepalanya yang hanya diisi dengan segala sesal yang tersisa.

✨✨✨

Reina memandangi lemah ke arah pusara sang Ibunda, tak ada lagi rasa yang mampu ia ekspresikan untuk menjelaskan bagaimana rasanya. Fajri berdiri disebelahnya sembari mengelus bahu milik si wanita, tak henti-hentinya perasaan cemas dan bingung membuat Fajri hanya terdiam disamping Reina. Tak ada patah katapun yang mengusik kesunyian diantara mereka berdua, hanya racauan berisik yang berada dikepala.

Dari titik yang berbeda ada sepasang mata yang hanya bisa menitihkan air mata, tak sempat mengucap turut berduka pada Reina, sosok itupun memutuskan untuk segera pergi karna sudah tak sanggup lagi menahan sedih.

Dreamcatcher II - Fajri Un1ty FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang