Maaf bila ada typo(s)
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan spam komentar
Happy Reading, Enjoy.
.
.
.
.
28. Cinta Yang Tidak Sempurna
Hari masih terlalu pagi tapi Jennie sudah sibuk melakukan pekerjaan rumah. Sejak pukul lima pagi Jennie memulai hari dengan membersihkan kamar tidur tamu, mengganti semua sarung bantal dan berlanjut menghukum Taeyong. Setelah dibiarkan begitu saja diluar rumah selama berjam-jam, Jennie membiarkan Taeyong masuk dan mengarahkan suaminya untuk menunggu didalam kamar mandi. Tanpa memperdulikan bibir membiru Taeyong dan tubuh yang menggigil, Jennie mengguyur ujung kepala hingga kaki suaminya menggunakan air es batu.
Selesai memberikan sedikit pelajaran pada Taeyong, Jennie lantas berjalan keluar dari kamar mandi dan memberikan ruang untuk suaminya berganti pakaian. Lima menit menunggu, Jennie pun mendengar suara pintu dibuka dan tidak lama munculah Taeyong. Pria itu tampak sangat menggemaskan dengan piyama tidur bermotif bunga mawar kecil yang membungkus tubuh kekarnya.
"Kemari" panggil Jennie dengan gerakan tangan menepuk sisi kosong pada ranjang. Sementara Taeyong duduk diam pada tepian ranjang, Jennie justru berdiri diantara kaki sang suami sembari fokus mengeringkan rambut bayi besarnya. Selepas dirasa sudah cukup kering, Jennie kemudiam menjepit poni panjang Taeyong memakai jepitan cinnamoroll yang ia beli untuk Aaralyn.
"Babe, aku menerima semua hukumanmu. Tapi tolong jangan mendiamkanku terlalu lama. Itu lebih menyakitiku" Jennie tak mengindahkan pekataan Taeyong. Ia hanya menatap datar mata sang suami kemudian berlalu keluar dari kamar. Melihat respon Jennie yang sangat tidak bersahabat Taeyong hanya dapat menghela nafas kasar.
"Mianhae Ruby-a" gumam Taeyong pelan tanpa ada seorang pun yang mendengar kecuali dirinya sendiri.
Begitu punggung Jennie tak lagi dapat dilihat oleh mata, Taeyong segera merebahkan tubuhnya dan bersembunyi dibalik selimut sebatas pundak. Saat ini kepalanya benar-benar terasa pusing dan untuk bernafas pun rasanya begitu sulit sebab hidung yang tersumbat. Lama termenung memikirkan cara mendapatkan maaf dari Jennie, perlahan tapi pasti Taeyong mulai terkantuk dan pada akhirnya ia pun tertidur.
Bebeda dengan Taeyong yang sedang mengistirahatkan tubuh juga pikirannya, Jennie justru menyibukan diri di dapur sembari mengajak Aaralyn bermain. Bayi berusia hampir tiga bulan itu tidak berhenti tertawa setiap kali Jennie ajak bicara. Ia akan menggumamkan kata-kata tak beraturan yang membuat sang ibu ikut tertawa.
"Aaralyn, appa-ga joa, eomma-ga joa?" tanya Jennie seraya berjalan mendekat ke arah Aaralyn kemudian menundukan tubuhnya sejajar dengan wajah sang putri. Walau belum bisa menjawab, Aaralyn menunjukan reaksi terbaiknya dengan memainkan tangan juga kakinya sehingga membuat stroler yang ia tiduri bergerak maju dan mundur. Sebab terlalu gemas Jennie pun menciumi kedua telapak kaki, tangan dan seluruh area wajah Aaralyn sehingga membuat si bayi kegelian.
"Terima kasih sudah menemanii eomma memasak sarapan untuk appa. Sekarang Aaralyn main dengan halmoni dulu ya" ujar Jennie lembut yang kemudian menggendong Aaralyn dan membawa bayinya itu menemui sang nenek. Urusan Aaralyn selesai, kini Jennie beralih mengurusi suaminya yang tiba-tiba saja demam.
Tiba didalam kamar Jennie langsung mendudukan dirinya pada tepian kasur sembari memandang Taeyong yang sedang tertidur lelap. Suaminya itu tidur dengan posisi terlentang dan lengan yang menutupi sebagian wajah. Merasa jika posisi tidur Taeyong kurang nyaman, Jennie pun menurunkan sebelah tangan suaminya hingga tidak ada lagi sesuatu benda yang menghalangi. Ditatapnya lekat wajah pucat Taeyong dengan mulut kemerahan yang sedikit terbuka. Melihat hal tersebut sedikit banyak Jennie merasa bersalah karena sudah membiarkan Taeyong bermalam diluar rumah saat cuaca dingin sehabis hujan.

KAMU SEDANG MEMBACA
EPILOGUE
FanfictionSebagai sepasang kekasih yang bekerja di dunia hiburan kehidupan Taeyong dan Jennie tidak pernah lepas dari lensa kamera. Setiap harinya selalu ada saja pemberitaan tentang keduanya, entah itu berita baik, buruk, benar ataupun salah. Selama delapan...