17. All I Want For Christmas Is You

472 69 9
                                    

Maaf bila ada typo(s)

Jangan lupa meninggalkan jejak dengan vote dan spam komentar

Happy Reading, Enjoy

.

.

.

.

.

17. Yang Aku Inginkan Untuk Natal Adalah Kamu

Malam bertabur keberkahan yang begitu dinantikan oleh seluruh umat kristiani di penjuru dunia akhirnya tiba. Gemerlap lampu gantung beraneka warna bersanding dengan suara gema lonceng serta nyanyian rohani menggaung hingga ke sudut terdalam kota. Bahkan dinginnya malam bersalju kalah dengan tawa hangat kegembiraan dari setiap insan manusia.

Di sebuah rumah berlantai dua dengan banyak pernak-pernik khas natal menghiasi, tampak satu keluarga besar sedang menikmati waktu bersantai mereka. Selepas dari melaksanakan ibadah di gereja dan serangkaian tradisi keluarga, kesembilan orang beragam generasi tersebut duduk berkumpul sembari menyaksikan tayangan film pada layar proyektor. Berkisahkan tentang seorang santa claus yang pergi mengelilingi dunia untuk membagikan hadiah natal menjadi daya tarik dari film kartun tersebut. Sebab hanya dengan menatap layar datar penonton dapat merasakan suasanan natal dari berbagai negara.

Pukul sebelas tiga puluh malam saat film baru berjalan setengahnya, Jennie melengkuh karena merasakan nyeri pada punggung bagian bawahnya. Setiap lima menit sekali Jennie mengubah posisi duduknya yang tidak pernah mencapai kata nyaman. Semua posisi sudah wanita itu coba, mulai dari memiringkan tubuh ke kanan, ke kiri hingga duduk setengah berbaring. Mengetahui sang istri yang terus bergerak gelisah dan sesekali merintih kesakitan, Taeyong langsung mengalihkan pandangannya ke samping kanan.

"Kenapa?. Ada yang membuatmu tidak nyaman?. Apa Bom-a sedang rewel?" tanya Taeyong seraya mengusap permukaan perut Jennie. Berharap dengan sentuhannya itu Jennie bisa sedikit lebih nyaman.

"Pinggangku sakit, perutku juga terasa kencang" ringis Jennie berbisik.

"Kemari, duduk didepanku. Biar aku bantu pijatkan" titah Taeyong seraya menepuk sisi kosong pada sofa. Jennie yang sudah kepalang tak kuat segera berpindah tempat dan memposisikan dirinya untuk duduk diantara kedua kaki terbuka sang suami. Pelan-pelan Jennie mulai bisa merasakan pijatan di kedua sisi tubuhnya.

"Oppa tolong lebih kuat sedikit" pinta Jennie yang tak langsung Taeyong kabulkan.

"Mau aku siapkan kantong air panas?" tanya Taeyong tanpa mengurangi maupun menambah kekuatan pada pijatannya. Dibawah redupnya cahaya lampu Jennie mengangguk lemah sebagai jawaban.

"Kalau begitu tunggu sebentar" Taeyong berlari melewati para orang tua. Karena terlalu terburu-buru dan kurang berhati-hati Taeyong sampai menabrak kaki meja makan hingga membuat jari kelingkingnya terasa ngilu.

"Jennie-a, apa yang terjadi dengan suamimu?" tanya nyonya Kim menyenggol putri tunggalnya. Ringisan Taeyong dari arah dapur ternyata terdengar sampai ke ruang tengah dan membuat semua orang yang semula fokus menonton film menjadi terdiam penuh tanya.

"Jennie-a wae geurae (ada apa)?. Kenapa kau terus memegangi pinggangmu seperti itu?" tanya nyonya Kim pada Jennie yang sejak tadi berkacak pinggang. Ibu hamil itu menggantikan tugas Taeyong untuk mengurut sisi tubuhnya yang terasa nyeri.

"Pinggangku sakit tapi hanya sedikit, seperti digigit semut merah" jawab Jennie disertai tawa dan cubitan kecil di udara seolah mengilustrasikan rasa sakitnya.

EPILOGUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang