Yeon Jun masih tertegun menganga menatap Hawa yang masih bermain game. Sampai Ji Hoon berbalik dan sadar ke mana arah mata sahabatnya tertuju.
"Argh ngapain si pake nelpon," gerutu Hawa kesal.
"Halo, apaan si ganggu gue aja. Nanggung nih tinggal satu ronde lagi juga," lanjutnya mengomel.
"Ya elah PMS banget sih lo," jawab Poppy dari seberang telepon. "Ini gue nitip es teh dong sama telor gulung. Si Inong juga pengen tuh katanya talangin dulu," jawabnya ketika sudah sampai kantor.
"Eh wa buruan Lo tar di cariin babeh mampuy dah," potong Tiwi yang menyambar telepon Poppy.
"Alah babeh tinggal dibeliin nasi Padang yang sepuluh ribu juga darah tingginya turun lagi. Udah itu doang? Kalau udah gue tutup yak, bye."
"Mas, kenapa liatin saya begitu? Naksir sama saya?" Tiba-tiba Hawa berbicara pada Yeon Jun yang rupanya tertangkap basah tengah memperhatikannya.
"Ya elah Mas, noh di gedung samping aja kalau nyari pacar yang bisa di pamerin ke tongkrongan atau ke sosmed. Pada glowing2 semua kaya artis K-Pop."
"Bu, tambah es teh manis dua yak," ucapnya ketika Ibu warung memberi 1 gelas plastik berisi es kopi.
"Em..." Yeon Jun sedikit tertunduk menghadap Hawa, kemudian menggaruk kepala belakang. Terlihat dia sedikit tegang hingga membuat Ji Hoon menahan tawa.
Yeon Jun hanya menggaruk tengkuk sembari menghela nafas. Terasa bahwa mulutnya seperti terkunci, pikirannya juga ngelag.
"Ini neng."
"Oh, em b-biar aku aja yang bayar," sahut Yeon Jun.
Hawa membeku beberapa detik menatap Yeon Jun ketika tengah memegang dompet.
"Eh, eh ga usah Mas. Cuma harga sepuluh ribu doang saya mah mampu."
"B-beneran kok, biar aku aja yang bayar ya," jawab Yeon Jun terbata dan masih tegang.
"Ah yang mana nih jadinya yang mau bayar?" Tanya ibu penjaga warung.
Hawa dan Yeon Jun sama-sama mengangkat tangan kanan.
"Ya elah kalau kaya gini mending dua-duanya aja yang bayar," cletuk ibu penjaga warung.
"Ya udah kita suit aja gimana?" Tawar Hawa pada Yeon Jun.
Yeon Jun pun mengangguk.
Hasilnya adalah Hawa yang menang. Karena dia mengeluarkan gunting sedangkan Yeon Jun kertas.
"Ahaaa, Bu nih ya saya bayar," ucapnya tersenyum lebar penuh kemenangan.
"Makasih ya Neng."
"Kalau gitu pamit dulu ya Bu."
"Em, aaa... T-tunggu..." Yeon Jun tergesa ingin mencegah Hawa pergi. Tapi Hawa sama sekali tak menoleh padanya.
Ketika ingin mengejar, tiba-tiba Sena menelepon. Dan itu membuat Yeon Jun menahan kesal dengan mengerjapkan mata dan merapatkan mulut.
"Ya halo."
"Yeuh kumaha sih, kalian teh di mana? Ini mau pada ke apartement ga? Tadi Bu boss nyariin kalian suruh istirahat dulu di apartement sebelum rapat."
"I-iya, iya. Kami akan ke kantor," jawab Yeon Jun dengan wajah yang masih sedikit kesal.
Dia menekan tombol mati telepon dengan keras, kemudian bertolak pinggang dengan pandangan mata memandang lurus ke jalan raya perkampungan. Di mana jalan itu dia masih melihat Hawa, tapi sekarang wanita yang tengah dia cari sudah hilang dari pandangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE SIGN
JugendliteraturChoi Yeon Jun, seorang trainee yang mendadak berubah sikap dan emosionalnya ketika bermimpi bertemu dengan seorang gadis misterius. Pertemuan itu nyata dia rasakan dan seperti game petualangan cinta. Dia tidak tau kelanjutan kisahnya dalam mimpi. Na...