19-Jodoh untuk Hawa

13 1 0
                                    

Sebelum sampai kosan, dengan lesu Hawa berjalan menuju warteg langganannya. Rupanya di sana sudah ada Jino, dengan dihadapannya seporsi nasi beserta lauk yang hampir habis sembari main game lewat ponsel.

"Bu, biasa ya."

"Telor dadar, tongkol sama kuah-kuahan, kan?"

Hawa hanya mengangguk

"Ya udah bentar ye wa."

Hawa duduk lemas dengan menopang kepalanya miring ke kiri, dia hiraukan disampingnya cowok yang selalu buat keributan dalam hidupnya.

"Bu, berapa?" Tanya Jino selesai main game.

"Jadi 17 ribu, Mas ganteng," jawabnya sembari bungkus makanan Hawa.

Ketika merogoh kantong celana panjangnya di kiri dan kanan, seketika Jino tertegun shock. Ketika dirogoh lebih dalam, hanya secarik struck minimarket. Kemudian Jino memejam kesal.

Jangan bilang kalau gue lupa bawa duit, pikirnya meringis

Saat menoleh kesamping kiri, dilihatnya Hawa.

"Em, eh..." Panggil Jino menepuk pelan bahu Hawa.

"Lo?" Ucapnya santai dan sebenarnya lagi malas buat ngobrol juga.

"Lo kan yang tinggal di kos-kosannya Bu Mawar? Dan yang kemarin ke kosan gue."

"Terus?" Lagi-lagi Hawa semakin memasang wajah melas.

"Nama Lo siapa? Gue lupa soalnya."

"Hawa, Mas ganteeeng," sahut Bu Warteg yang selesai bungkus pesanan Hawa.

"Ah iya, iya," Jino mengangguk-angguk.

"Em, Hawa... G-gue boleh minta tolong ga? Kali ini aja deh ya."

Hawa hanya diam menunggu perkataan selanjutnya

"Boleh tolong talangin makan gue dulu ga? Gue bener-bener lagi ga bawa uang di kantong. Nanti langsung gue ganti kalau udah di kosan."

Baru kali ini gue liat ekspresi dia melas gitu, pikir Hawa.

"Karena gue lagi baik hati, jadi ya udah gue bayarin."

"Hah? S-serius Lo?" Mata Jino terbelalak dengan senyum sumringah.

Hawa mengangguk, "tapi Lo ga usah ganti juga ga apa-apa."

"Lah kok gitu? Ga bisa dong, gue kan ga minta dibayarin."

"Ya ga apa-apa. Hitung-hitung itu amal juga buat gue."

Hawa segera bayar saat pesanannya dia dapat, dan saat itu pula Jino masih tertegun berpikir.

Dia cewe yang sama, yang kaya reog kemarin itu, kan?

"Pulang dulu ya, Bu."

Jino segera sadar ketika Hawa sudah ingin pulang.

"Iya neng hati-hati ya jagain si Mas ganteng," cletuk Bu Warteg yang memang kesemsem dengan Jino yang berjalan mengikuti Hawa dari belakang.

"Lo ngapain sih ngikutin gue?" Protes Hawa tak suka.

"Lah emang kosan kita kan searah."

"Ya tapi jangan deket-deket gini lah, di kira ada apa-apa lagi," omelnya cemberut.

"Tapi serius nanti uang makan di warteg gue ganti." Kini mereka berjalan berdampingan dengan santai.

"Yeeee di bilang ga usah, ya ga usah. Lo ngerti ga si?" Tekan Hawa jengkel.

"Kenapa tiba-tiba Lo jadi baik kaya gini? Lo ga ada maksud tertentu, kan?"

Hawa berhenti dan melirik sarkas Jino.

THE SIGNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang