13-Strategi Ulang

6 2 0
                                    

Di sebuah rumah gedong mewah dengan nuansa serba putih, terdapat satu keluarga yang tengah menyantap sarapan pagi dengan lauk yang beraneka ragam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah rumah gedong mewah dengan nuansa serba putih, terdapat satu keluarga yang tengah menyantap sarapan pagi dengan lauk yang beraneka ragam. Mulai dari ayam goreng, capcai, hingga sop iga. Tak lupa di tengah hidangan selalu terselip kimchi, lauk wajib warga Korea Selatan.

Ya, tak heran memang pemilik rumah itu adalah keluarga Lee alias Lee Ji Han, Direktur utama Athena Corp.

Di meja makan, Najwa sibuk melayani Ji Han untuk mengambil lauk.

"Segini cukup?" tanya Najwa

"Cukup," jawab Ji Han dengan mengangguk.

Tak lama Jino turun dari lantai dua, alias dari kamarnya dengan pakaian casual anak kuliahan plus tas gemblok yang hanya satu sisi dia gantung di lengan.

"Pagi Jino," salam Najwa.

Namun, Jino bablas melewati meja makan dengan mukanya yang ketus bahkan tak menoleh sedikit pun.

"Eh, eh, Jino," panggil Ji Han.

Jino baru berhenti. Memasang muka melas saat berbalik.

"Ga sopan begitu. Ayo sini sarapan dulu," peringat Ji Han keras.

Sedangkan Najwa menatap Jino dengan tak enak.

"Jino ga laper," jawabnya dingin dan langsung berbalik.

"Eh, eh... Semalam kamu kenapa pulang telat lagi, hah? Apa masih sama kacung-kacung kamu itu?"

Jino berbalik dan menatap tajam Ji Han.

"Ingat ya pah, mereka teman-teman Jino bukan kacung Jino!" tekannya melotot.

"Lantas apa namanya kalau ga memanfaatkan status temannya?"

"Aku ga merasa dirugikan ya pah berteman dengan mereka. Mungkin Papah aja kali yang kurang luas bergaulnya. Bergaul tapi cuma sama orang kaya," balasnya tersenyum miring.

"Ya tapi pantas sih Papah sikapnya begini. Karena Papah ga pernah merasakan kan nikmatnya makan bareng di kosan temen? Papah juga ga pernah merasakan gimana sedihnya liat temen sendiri kesulitan untuk bayar biaya kuliah?"

"Itu semua ga akan aku rasakan kalau aku terus ikutin kemauannya Papah yang ga open minded!"

Ji Han tersenyum dan menaruh alat makannya di piring yang masih tersisa makanan.

"Kamu sekarang sudah mulai berani terang-terangan menentang dan melawan Papah ya?"

"Oke kalau kamu mau aset keluarga ini dan semua ATM kamu Papah sita ya silahkan lanjutkan bergaul dengan orang-orang norak dan kampungan itu."

Dengan menahan gejolak api di dalam hatinya, Jino membuka tas dan mengeluarkan semua kartu ATM di dompetnya. Kemudian dia taruh dengan tegas di depan mata Ji Han.

"Nih... Aku bukan pengemis, Pah. Aku masih punya harga diri. Seenggaknya harga diri aku ga di hargai dengan jumlah materi."

"Dan Papah juga harus ingat, semua harta dan aset yang Papah punya, setengahnya atas hak patennya Mamah!" tekannya dengan tatapan menukik tajam sebelum berbalik pergi.

THE SIGNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang