"Kalau bunuh diri diperbolehkan, dari dulu juga banyak yang milih untuk bunuh diri."
***
Setahun lalu...
"Wa, bangun woy lo ga mau nyari duit?" tanya Jessica di depan pintu kamar Hawa yang sebelumnya baru keluar dari kamar dengan nyawa yang belum terkumpul di pagi hari.
"Waa," panggilnya sekali lagi sembari mengetuk pintu, di lanjut dirinya yang menguap.
Ketika memegang gagang pintu, kamar terbuka, "lah ga di kunci?"
Jessica langsung menyalakan lampu kamar dan betapa terkejutnya dia melihat Hawa sudah tergeletak di lantai. Tak hanya itu, dia juga melihat ada pisau yang tak jauh dari tempat Hawa.
"Waaaa?" Jessica mulai panik dan mengguncang-guncangkan tubuh Hawa.
"WAAAAAAA!" pekiknya.
Hawa perlahan membuka matanya yang bengkak dan merah dengan lemas. "bisa lebih pelan ga manggilnya?" tanyanya pelan.
"Ya Tuhan lo ngapa dah, hah? Bikin jantung gue mau copot aje lo," omelnya dan langsung menuntun Hawa ke kasur.
Hawa berbaring dengan terkulai lemas, seakan separuh nyawanya sudah di kerongkongan.
"Bentar gue ambilin air dulu," ujar Jessica dan Hawa tak membalas sama sekali perkataan sahabatnya.
"Hmm untung aja Bu Mawar udah pergi ke pasar, coba kalau dia liat lo kaya gini," oceh Jessica yang membantu Hawa untuk minum, karena memegang gelas saja terlihat ga sanggup.
"Liat noh muka lo dah kaya mayat hidup tau ga."
"Emang. Bentar lagi juga gue jadi mayat beneran," cletuk Hawa dan langsung mendapat pukulan di lengannya oleh Jessica.
"Jangan sotoy deh lo wa!" tunjuk Jessica. "Ngaku lo sekarang, lo tadi habis ngapain, hah?! Pake acara pisau ada di kamar."
Hawa tersenyum miring, "gue mau cepet ketemu sama Allah," ucapnya pelan.
"Maksud lo, lo mau bundir?" tanya Jessica shock. "HEH! Jan ngadi-ngadi ya lo, wa!" tekannya serak sembari menunjuk Hawa yang terlihat seperti mayat hidup.
"Lo kalau ada masalah cerita sama gue waaaaa, jangan lo pendem sendiriiiiii," tekannya gemas sekaligus kesal. "Emang lo ada masalah apa sampai mau bunuh diri begitu, hah?" Jessica menurunkan dan memperlambat ucapannya menjadi sangat simpati.
"Gue juga bingung jes musti cerita apa. Gue juga ga tau, apa masih ada orang yang peduli dan selalu ada buat gue," ungkapnya tak bertenaga dengan mata sayu dan merah.
"Dan perlahan, orang yang di sisi gue, mereka pada pergi ninggalin gue, mereka ga ada yang peduli. Mau gue jatuh ke jurang juga ga ada yang peduli."
"Kok lo bisa ngomong kaya gitu? Selama ini lo anggap gue apa? Batu?" tanya Jessica. "Apa ini kaitannya sama nyokap lo yang baru nikah kemarin, jadi lo merasa udah ga ada yang merhatiin lo kaya dulu?" tambahnya.
Hawa meringkuk dan tertunduk, "dia blokir nomor gue, jes," ungkapnya bergetar dan semakin tertunduk dalam.
"Gue bingung salah gue di mana ya," ungkapnya menahan tangis. "Kok sampai gue baru tau kalau dia nikah, sampai nomor gue di blokir." Air mata mulai jatuh satu per satu. "Semuanya jadi kacau setelah Hana udah ga ada. Seakan, mereka cuma punya satu permata, sisanya hanyalah batu hiasan."

KAMU SEDANG MEMBACA
THE SIGN
Roman pour AdolescentsChoi Yeon Jun, seorang trainee yang mendadak berubah sikap dan emosionalnya ketika bermimpi bertemu dengan seorang gadis misterius. Pertemuan itu nyata dia rasakan dan seperti game petualangan cinta. Dia tidak tau kelanjutan kisahnya dalam mimpi. Na...