"Apa?! Mutasi ke Indonesia?" terkejut Jeonghan dan Minseok. Mereka tengah berada di kafe malam hari saat Yeon Jun baru pulang bekerja.
"Tapi setahun itu singkat kalau menurutku," timpal Minseok.
"Ya susah sih memang kalau sudah menjadi kaki tangan Pak boss. Tapi semoga saja kau betah di sana," balas Jeonghan.
"Yak, perkataanmu seperti jarum di balik jerami ya," balas Yeon Jun sedikit tertawa renyah.
Mereka pun membalasnya juga dengan tawa ringan di sela seruputan kopi Americano dingin.
"Tapi, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk bertemu denganku di sela kesibukan kalian," ungkap Yeon Jun sedikit serius.
"Hei, jangan sungkan begitu. Hubungan kita melebihi apa yang kau kira," balas Jeonghan.
"Dan tolong bilang ke manajer kalian ya... jangan ceroboh," ungkap Yeon Jun sedikit kesal.
"Memangnya ada apa?" tanya Minseok curiga.
"Yak, anggota termuda kalian berjalan santai di jalanan ramai. Kalian pasti tau lah risikonya. Kalau aku jadi leadernya, tidak akan aku izinkan dia," tekannya tegas.
"Cih... Yak, rupanya kau cukup serius dan khawatir juga," timpal Jeonghan dengan sedikit tawa ringan di akhir.
"Tak kusangka jiwa leadermu itu masih melekat," tambah Minseok.
"Dia hanya sedikit mencari udara segar, itu saja," balas Jeonghan dengan tatapan lembut. Seakan dia menyimpan masalah besar yang tertipu oleh tatapan dan gaya bicaranya.
Kalian berusaha menipuku rupanya, pikir Yeon Jun menatap tajam keduanya.
Sampai saat ini aku masih tak percaya, bahwa aku dan kedua sahabat seperjuanganku nyatanya berjalan di garis yang sudah tidak sama lagi.
"Nama-nama yang aku sebutkan hari ini, adalah nama yang terdiskualifikasi dan gagal debut untuk menjadi member Eighteen," ucap sang direktur utama perusahaan, Bae Joo Hyuk dengan auranya yang cukup berkharisma namun tegas dihadapan 16 orang dengan ekspresi tegang dan cemas.
"Yoon Shin Tae, Im Soo Hyun, Kim Jae Bum..."
"Hwang Yeon Jun."
Aku gugur menjadi seorang trainee di kualifikasi babak akhir penentuan anggota boygroup Eighteen.
Saat semua trainee menangis dengan perasaan bahagia, aku justru sebaliknya. Tidak ada yang bisa membedakan mana tangisan haru dan miris. Padahal aku sudah berjuang mati-matian, tapi berjuang saja tidak cukup. Kalau kau tidak memiliki keberuntungan yang memihak, itu akan sia-sia saja.
Setiap kali aku melihat mereka, jujur aku sedih. Karena otomatis, mereka mengingatkanku pada masa trainee. Di mana seharusnya aku menjalani kesibukan seperti mereka di depan kamera, bukan di belakang kamera. Tapi aku beruntung mereka masih mengingatku, mereka masih menjaga hubungan persahabatan kita. Dan setidaknya mereka bukan orang munafik yang menendangku begitu saja keluar kalau sudah tidak satu tuju.
"Oh iya, bagaimana dengan rencana masa depanmu?" tanya Minseok.
"Rencana masa depan?" tanya Yeon Jun bingung.
"Yak, ada juga dia yang menanyakan hal itu pada kita," cletuk Jeonghan.
"Dia cukup tau kalau kau memang tidak punya rencana apa-apa," balas Minseok tak mau kalah dan lebih tau segalanya dibanding Yeon Jun.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SIGN
Teen FictionChoi Yeon Jun, seorang trainee yang mendadak berubah sikap dan emosionalnya ketika bermimpi bertemu dengan seorang gadis misterius. Pertemuan itu nyata dia rasakan dan seperti game petualangan cinta. Dia tidak tau kelanjutan kisahnya dalam mimpi. Na...