"Yuk, turun!" ajak Ehan yang langsung diangguki oleh Syazwa. Gadis itu terlihat sangat bersemangat untuk segera menemui mertuanya.
"Assalamualaikum!" salam keduanya di depan pintu.
"Wa'alaikumussalam," pintu rumah itupun terbuka, menampilkan sosok Fatimah yang tengah mengendong bayi kecil di pangkuannya. Itu adalah Kiano, keponakan kecil kesayangan Ehan.
"Maa Syaa Allah, anak Ummy sudah pulih?" tanya Fatimah begitu senang.
"Alhamdulillah sudah My," jawab Ehan yang langsung menyambut pelukan ibunya.
"Maafin Ummy tidak datang menjenguk dan merawatmu." Terlihat jelas, Fatimah begitu sedih dengan ucapannya dan itu tidak luput dari penglihatan Syazwa.
"Tidak apa, Ummy. Ehan tau kok Ummy dan Abi juga baru pulang dari Kairo."
"Om Ehan!" panggil Kiano dengan cadelnya.
"Hai, ada keponakannya Om? Aduduh, sini!" ucap Ehan yang langsung mengambil alih Kiano dari gendongan ummy-nya.
"Wah, Kiano tambah berat, ya?" ucapnya yang langsung mendapatkan gelak tawa dari Kiano.
"Kiano makan apa aja sih, di sana?" tanya Ehan yang langsung ditunjuki sebuah cokelat di tangan anak itu.
"Cokelat?" anak itupun mengangguk dengan polosnya. Membuat Ehan mencubit pipi Kiano dengan gemasnya.
"Abi Kiano gak marah?"
"Malah, tapi Kiano cuka." Lagi-lagi, Ehan mencubit pipinya dengan gemas.
"Cakit, Om!" adunya yang langsung mendatangkan gelak tawa Ehan dan Fatimah.
Keberadaan Syazwa di sini seolah-olah tidak dianggap, membuat Syazwa hanya bisa diam menyaksikan semuanya. Ingin ikut tertawa, tapi tidak tau siapa anak kecil itu. Ingin bertanya, tapi sepertinya nanti saja.
"Om, itu ciapa?" tanya Kiano akhirnya mengalihkan atensi semuanya.
"Oh iya, Astaghfirullah! Om sampai lupa. Kenalin, ini istrinya Om, namanya tante Awa." Akhirnya, penantian Syazwa berakhir.
"Astaghfirullah, Ummy sampai tidak ngeh ada menantu Ummy di sini. Ya sudah, ayo kita masuk dulu. Maafin Ummy ya, Sayang!" ucap Fatimah penuh sesal yang hanya bisa ditanggapi dengan senyuman canggung oleh Syazwa.
Akhirnya, mereka pun memasuki rumah itu. Sesampainya di ruang tamu, Kiano meminta untuk turun dari gendongan Ehan. Dan Ehan pun menurutinya. Awalnya, Ehan mengira anak itu akan menghampiri ibunya yang sedang duduk di sofa, tapi ternyata tidak. Dia memilih untuk berbalik arah dan mengembangkan tangannya kepada Syazwa. Itupun membuat Syazwa bingung pada awalnya. Sedangkan yang lainnya melototkan mata mereka terkejut. Bahkan, Ehan saja sampai terkekeh melihat tingkah keponakannya itu.
"Tante, gendong!" jelasnya yang membuat Syazwa mengerti. Langsung saja, Syazwa membawa Kiano ke dalam gendongannya. Lalu, mengikuti Ehan yang duduk di sofa dan duduk di sebelahnya.
"Ini Syazwa, bukan?" tanya kakaknya Ehan—Hayra.
"E-eh iya, Mba" jawabnya gugup.
"Jangan gugup gitu, Dek. Kita ini sudah keluarga toh, bersikap biasa saja," ucap Hayra yang hanya direspon akan senyuman oleh Syazwa. Dia bingung sekarang, padahal sebelumnya dia begitu senang, tapi entah mengapa sekarang dia malah gugup seperti ini.
"Kamu kenapa?" bisik Ehan yang langsung mendapatkan gelengan dari Syazwa.
Ehan tau, istrinya ini pasti sedang gugup saat ini. Perlahan, dia pun meraih tangan Syazwa yang tengah sibuk meremas ujung jilbabnya. Memberikan gadis itu kekuatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exploring Love (End)
SpiritualSyazwa Analisa Syafa Maher. Gadis keturunan arab dan mesir. Anak perempuan satu-satunya dari keluarga Maher yang terpandang seorang pembisnis. Namun, walaupun Syazwa terlahir dari keluarga yang sangat berkecukupan, tetap saja gadis itu tidak pernah...