"Awa belajar dulu ya, Pak. Bapak kalau ngajar di pondok jangan ganjen-ganjen sama santriwatinya. Ingat Bapak udah punya Awa sekarang! Awa gak mau berbagi dengan siapapun." Syazwa pun mencium punggung tangan suaminya itu. Lalu, dibalas dengan Ehan yang mengecup kening Syazwa dengan lembutnya.
"Kamu kali yang ganjen sama siswanya," timpal Ehan tidak setuju dengan ucapan Syazwa barusan.
"Ih, Awa gak pernah ganjen, ya! Mereka aja yang ngedekatin Awa. Secara, Awa itukan cantik, jadi wajar dikagumi banyak cowok."
"Kamu senang?" tanya Ehan yang langsung mengubah ekspresi Syazwa. Syazwa paham dengan maksud pertanyaan Ehan ini, tapi mau bagaimana lagi, dia sangat ingin mengerjai Ehan.
Dengan polosnya, Syazwa mengangguk. "Siapa sih yang gak senang dikagumi banyak orang, Pak? Bapak pasti juga senang, kan? Ngaku aja, deh."
" Siapa bilang saya senang? Malah saya risih Syazwa."
"Terus, kalau Awa kagum sama Bapak, Bapak juga risih?"
"Itu lain cerita, kamu istri saya jadi aman. Kalau ada yang lain itu baru gak aman."
"Ah, Awa males ngomong sama Bapak," ucapnya pura-pura merajuk dan hendak meninggalkan Ehan.
Bukan Ehan namanya, jika tidak menahan Syazwa dahulu sebelum pembicaraan selesai.
"Saya tidak suka jika kamu disukai banyak orang. Hanya saya yang berhak menyukai kamu. Paham, kan?"
"Ih, Paksunya Awa lucu banget, deh. Jadi makin sayang buat ditinggalin."
"Awa gak akan tertarik sama mereka kok, Pak. Ngapain tertarik sama kerak kuali kalau sudah dapat isi kualinya?" ucap Syazwa dengan bangganya.
"Ha? Kamu bilang apa tadi? Isi kuali? Kamu kira saya apa Syazwa?" syok Ehan langsung membuat Syazwa gagap sendiri.
"Aa ... itu. Em ... ma-maksud Awa, ka-kan kalau isi kuali itu berarti makanannya kan, jadi makanan itu pasti bikin kenyang. Nah, Bapak ini bikin Awa kenyang dengan cinta dan kasih sayang, gak kaya kerak kuali yang bikin Awa kesal aja bersihinnya."
Blush!
Bukannya komplain, Ehan malah blushing sendiri dengan ucapan Syazwa.
"Ah, sudahlah. Cepat masuk sana, nanti kamu telat lagi," usirnya yang langsung dituruti oleh Syazwa. Namun, sebelum meninggalkan Ehan, Syazwa menoel pipi Ehan begitu saja seraya berucap, "Assalamualaikum Paksunya Awa yang gantengnya ngalahin genteng rumah Awa!"
Mendengar ucapan Syazwa, membuat Ehan membulatkan matanya. Namun, dengan santainya Syazwa masih melambaikan tangannya kepada Ehan di luar mobil seraya menuju gerbang sekolah.
"Awas kamu Syazwa!" jeritnya benar-benar kehilangan akal sebab tingkah laku istri kecilnya itu.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," lirihnya yang akhirnya memutuskan untuk meninggalkan tempat itu bersama dengan mobilnya.
...
Setibanya di kelas, Syazwa langsung disambut dengan ramah oleh Ratna. "Hei!" sapanya dengan senyuman yang membuat Syazwa risih sendiri.
"Ih, kok gitu sih?" tanyanya di saat Syazwa malah mengabaikan sapaan dari Ratna tersebut.
"Syazwa, saya berbicara dengan kamu loh," ucap Ratna benar-benar semakin membuat Syazwa heran.
"Kenapa?" tanya Syazwa dengan dinginnya.
"Gue minta maaf ya," ucap Ratna, seraya mengulurkan tangannya kepada Syazwa. Syazwa yang mendapatkan perlakuan Ratna seperti itu malah ragu. Dia ragu, jika Ratna hanya mempermainkannya saja.
"Ya," hanya itulah jawaban yang diberikan oleh Syazwa. Setelahnya, gadis itu memilih untuk segera beranjak menuju keluar kelasnya.
"Ting!" Tiba-tiba ponsel Syazwa yang berada di sakunya pun berbunyi. Langsung saja dia memeriksa ponselnya tersebut.
Zauji❤️
|Assalamualaikum zaujati
|Udah sampai kelas?
|Oh iya, saya lupa ngabarin kamu, nanti siang saya mau ke rumah Mba Syafira, kamu mau ikut?Maulah, masa Bapak aja|
Eh, Wa'alaikumussalam||Yaudah, nanti saya jemput
|Sekarang belajar dulu yang rajin
|Ini juga udah belkan?Siap Bapak!🤧|
|Kamu sakit?
Eh, enggak kok|
|Terus, emoginya kenapa?
Kangen☹️|
|Tumben?
Auah!|
|Udah, sana belajar dulu. Saya juga mau ngajar dulu.
|Assalamualaikum zaujati❤️Wa'alaikumussalam zaujinya Awa😘|
Syazwa tak henti-hentinya untuk tersenyum sepanjang koridor yang dia lewati. Membuat orang-orang yang melihatnya melayangkan tatapan aneh kepada dirinya.
"Ih, senyum-senyum sendiri!"
"Kayanya udah mulai keganggu deh ini!"
"Takut deh!"
"Kenapa sih, gak jelas banget!"
"Palingan dapat mangsa baru!"
"Ye ... simurahan!"
Dan masih banyak lagi lontaran yang tertuju kepada Syazwa, namun gadis itu sama sekali tidak mempedulikannya. Karena bagi Syazwa yang paling utama itu adalah bagaimana dia bahagia, bukan bagaimana dia sedih dengan cacian mereka semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exploring Love (End)
SpiritualSyazwa Analisa Syafa Maher. Gadis keturunan arab dan mesir. Anak perempuan satu-satunya dari keluarga Maher yang terpandang seorang pembisnis. Namun, walaupun Syazwa terlahir dari keluarga yang sangat berkecukupan, tetap saja gadis itu tidak pernah...