Bab 25

107 7 0
                                    

Ceklek!

Pintu ruangan itupun terbuka. Tak lama kemudian, Aletta masuk ke dalam ruangan itu dengan membawa sekantong kresek di tangannya.

"Awa?" heran Aletta yang mendapati putrinya di samping brankar Ehan.

"Eh, Ummy?" cengirnya tanpa merasa bersalah.

"Kamu kenapa di sini?"

"Maksud Ummy? Awa gak boleh di sini ya, My?"

"Bu-bukan gitu Sayang, Um-"

"Gak pa-pa kok, My. Awa sudah tau kebenaran itu. Ummy rahasianya gak asik. Masa main rahasianya sampai nyiksa pak Ehan kaya gitu. Ummy ta sendiri kan, gimana putri Ummy. Masa Ummy malah menjodohkan Awa dengan pak Ehan."

Deg.

"Nak, ka-kamu-"

"Iya Ummy, Awa sudah tau semuanya di hari kecelakaan itu."

"Ja-jangan katakan kalau kecelakaan itu-"

"Ummy benar, kecelakaan itu terjadi karena Awa. Awa jahat ya My? Awa malah nyiksa pak Ehan kaya gini. Memang Awa gak pantes buat pak Ehan yang udah baik banget sama Awa." Aletta hanya terdiam mendengarkan perkataan putrinya. Lidahnya terasa kelu untuk berbicara saat ini.

"My, gak masalah kan kalau pak Ehan sembuh nanti kita berpisah?"

"Maksud kamu?" terkejut Aletta.

"Awa gak mau nyiksa pak Ehan dengan kehadiran Awa, My. Awa sadar diri bagaimana Awa. Kasihan pak Ehan, My." Tanpa sadar, air mata Syazwa menitik begitu saja.

Aletta yang melihat itu merasa tidak tega. Dia paham bagaimana kondisi putrinya saat ini. Namun, dia hanya ingin yang terbaik untuk putrinya.

"Sayang." Aletta memeluk putrinya lembut. "Kamu gak salah dan gak ada yang salah di sini. Hanya waktunya saja mungkin yang belum pas. Ingat perkataan Ummy! Tidak akan ada perpisahan di antara kalian. Semuanya pasti akan baik-baik saja. Dan Ehan pasti akan tetap menerima kamu apa adanya. Jika dia memang tidak menyukai kamu, seharusnya dari awal dia sudah memutuskan hubungan itu dan tidak berusaha sejauh ini. Kamu hanya perlu belajar untuk menerima takdir dan menerima Ehan sebagai suamimu. Dan yang paling penting, belajarlah untuk mencintai apa yang seharusnya kamu cintai."

"Ummy tau, putri Ummy tidak seburuk itu. Dan Ehan juga tau itu. Ummy bisa lihat sendiri selama ini. Betapa Ehan peduli dengan kamu. Tiap hari dia selalu ke rumah dengan bertanya apa saja perihal kamu. Lantas, bukankah itu sebuah pertanda jika Ehan menerima kamu?"

"Tapi, Ummy."

"Sudah, jangan khawatir. Ummy akan selalu ada di samping kamu." Setelahnya Aletta kembali memeluk putrinya itu dengan erat. Memberikan kehangatan dan ketenangan untuk Syazwa.

Tak lama di saat keduanya tengah sibuk berpelukan, tiba-tiba jari-jemari Ehan bergerak. Dan bola matanya terlihat bergerak ke kanan dan ke kiri. Hingga akhirnya, mata itupun terbuka.

Berusaha untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya, akhirnya Ehan mampu melihat dengan jelas. Dan melihat kedua wanita yang saat itu tengah berpelukan hangat.

"Sya-syazwa," lirih Ehan pertama kalinya. Dan itu langsung membuat Syazwa melepaskan pelukannya dari Aletta.

"Pak Ehan?" lirihnya merasa tidak percaya.

"Ba-bapak sudah siuman?" lirihnya lagi masih tidak percaya. Syazwa membekap mulutnya, hingga tanpa sadar dia langsung memeluk tubuh Ehan begitu saja. "Alhamdulillah, Yaa Allah!"

"Nak, jangan terlalu erat. Kasihan nak Ehan belum pulih."

"Tidak apa-apa, Ummy," balas Ehan dengan suara seraknya, seraya membalas pelukan Syazwa.

"Hei, kenapa?" tanya Ehan heran di saat Syazwa melepaskan pelukannya, tapi malah menitikkan air matanya.

"Em ... kayanya Ummy keluar dulu, ya? Assalamualaikum!" Aletta pun beranjak dari sana. Membiarkan kedua insan itu berbincang terlebih dahulu.

"Wa'alaikumussalam." Setelah menjawab salah Aletta. Ehan pun kembali menatap gadis kecilnya itu.

"Ada apa?" tanyanya.

"Maafin Awa! Awa gak sengaja buat Bapak kaya gini." Syazwa hanya bisa menunduk mengatakannya.

Tak ada respon apapun dari Ehan. Lelaki itupun hanya terdiam, seraya menatap Syazwa dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

"Pak, Awa tau salah. Tapi, A-"

"Kamu masih tetap akan meminta hal itu pada saya?" tanya Ehan memotong ucapan Syazwa.

Pertamanya, Syazwa menggelengkan kepalanya. Namun, ntah mengapa dia malah menganggukkan kepalanya. Membuat Ehan mengerutkan dahinya.

"Yang benarnya apa?"

"Awa gak mau maksa Bapak buat tetap bertahan. Tapi, Awa harus bisa ikhlas terhadap keputusan Bapak. Lagian, ini semua karena keterpaksaan. Awa tau, Bapak pasti tersiksa dengan perjodohan ini. Dan Bapak juga tidak menyukai A-"

"Huh ... Syazwa, dengarin saya!" potong Ehan dengan lembut. Perlahan, Ehan meraih tangan dingin Syazwa. Dan di genggamnya dengan mengusap punggung tangan Syazwa perlahan-lahan.

"Saya tidak akan pernah bermain-main tentang pernikahan. Karena saya tau, pernikahan bukan suatu hal yang pantas untuk dipermainkan. Jika saya sudah menikahi kamu, itu artinya kamu adalah pilihan terbaik saya dan begitu juga dengan Tuhan. Ini sudah menjadi takdir Tuhan untuk kita bersama. Saya hanya ingin menjadi imam yang berguna bagi keluarga saya. Dan saya gak meminta untuk mendapatkan istri yang paham dengan agama dengan baik. Karena bagaimanapun setiap kita pasti memiliki kekurangan. Setidaknya, saya bisa membimbing kamu secara perlahan-lahan."

"Ingat kata-kata saya. Saya tidak akan pernah membiarkan pernikahan kita berhenti sampai di sini saja. Saya akan berusaha untuk membuat kamu nyaman dengan pernikahan ini. Dan jika bisa, saya akan membuat kamu mencintai saya, hingga tergila-gila," canda Ehan dengan kekehannya. Membuat Syazwa sedikit tersenyum karenanya.

"Maafin Awa ya, Pak? Andai Awa tau semuanya dari awal. Dan andai Awa gak nolak perjodohan itu dan gak milih buat kabur, mungkin semuanya gak serumit ini. Jujur, Awa menyesal dengan pilihan Awa dulu. Dan hari ini, Awa merasa paling beruntung, karena dipertemukan dengan Bapak. Awa minta, Bapak ajarkan Awa tentang semuanya. Awa pingin menjadi lebih baik lagi. Sampai Awa bisa dikatakan pantas bersanding dengan Bapak."

Ehan tersenyum mendengar hal itu. Dia bersyukur jika Syazwa sudah bisa menerimanya. Dan itu semua adalah di luar dugaan Ehan selama ini bersama dengan mertuanya. "In Syaa Allah, saya akan selalu bantu kamu."

Exploring Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang