Selamat membaca!!
---
Arcas menguap, matanya menatap malas jam yang menunjukkan pukul hampir delapan pagi.
Pelajaran olah raga sangat membosankan bagi nya. Jika Pak Ferdi sang guru olah raga tidak berdiri di tepi lapangan maka sudah dipastikan Arcas akan merebahkan tubuhnya di tribun lapangan bola ini.
"Gue bosen hidup gue." Guman Arcas pelan.
Dirinya jadi merindukan masa-masa menjadi anak nakal. Membolos, minum dan tawuran. Sayangnya teman-temannya sangat anti dengan tabiat nya yang berbau negatif semua itu.
Seseorang duduk di samping nya, Arcas mengambil botol di samping nya lalu memberikannya.
"Niat banget hidup Lo Vin." Sindir Arcas sinis.
"Gue bukan pengangguran." Kekeh Levin sebelum meminum minumannya.
Arcas adalah orang yang lebih mirip bayi koala saat ini. Jika dulu sulit di kontrol oleh teman-temannya melihat bagaimana aura negatif anak itu. Dengan penuh usaha para sahabatnya berusaha untuk mengalihkan dunia Arcas yang suram itu dengan bermain band.
Dan Levin sebagai sahabat Arcas berusaha membantu anak itu berubah meskipun penuh usaha untuk menyeretnya ibadah pagi di gereja secara rutin.
Diantara seluruh sahabat nya tentunya Levin adalah orang paling berdedikasi untuk membantu nya berubah ke arah lebih baik. Anak Tuhan itu memang paling berbeda diantara sahabat bangs*t nya yang lain.
Meskipun dirinya perlu mengancam Nathan dan Reggan untuk tutup mulut pada satu tabiat yang tidak bisa diubah oleh nya agar tidak di dengar Levin. Balapan motor, yah jika Arcas menghentikan kegiatan itu maka ia tidak akan punya penghasilan.
Bukan nya miskin, Arcas mendapatkan sangu tapi pria itu jijik menggunakan uang itu.
"Hahaha, Lo emang lucu Vin. By the way, udah Lo bilangin kan?" Arcas menunjuk dagu nya pada guru olah raga mereka.
Levin memutar bola matanya malas, "Berhenti bagi-bagi dosa Lo ke gue, ini terakhir kali gue bohong ke Pak Ferdi."
Arcas tergelak, yahh mau gimana lagi kan dirinya sangat malas. Kenapa juga ujian lari mengelilingi lapangan ada di dunia ini?
Tidak tau kah mereka jika Arcas saja malas memandangi lapangan itu, apalagi di suruh berkeringat dan memutari nya. Dirinya bukan kategori orang kurang kerjaan seperti itu.
"Gue pingin ngerokok bro." Adu nya menoleh kanan kiri.
Mata Levin melotot, "Saku Lo kagak nyimpen coklat?"
"Gue habisin semalem." Cengir nya santai.
Cara agar Arcas berhenti merokok adalah anak itu akan menyetok coklat di saku nya.
Arcas tersenyum lebar sembari menarik turunkan alis nya saat ide terlintas di kepala nya. Sayangnya sahabat taat nya ini sudah mencium gelagat buruk ide. Sangat terlihat dari mata menyipit Levin.
"Kagak bisa, enak aje Lo udah gue ijinin-CAS! Arcas anj*ng balik gak Lo!" Maki Levin melotot menahan bentakan nya.
Kaki Arcas sudah semakin menjauh sembari melambaikan tangan pada sahabatnya itu.
Hahaha, rasanya menyenangkan mengerjai Levin yang polos itu hingga memaki nya.
Arcas bersiul sembari berjalan ke arah lift sekolah. Tujuannya adalah atap sekolah di mana itu adalah tempat yang sangat cocok untuk merokok hingga jam istirahat nanti.
Sepanjang lift naik hanya ada dirinya, bagaimana tidak apabila jam istirahat masih satu jam lagi. Kira-kira dirinya akan mentraktir apa agar Levin nanti tidak marah. Yah, setidaknya membujuk Levin marah lebih mudah dibandingkan dengan Reggan yang mengamuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Drummer And His Sister | NAVIGASI SERIES
RomanceArcas si drummer band terkenal di SMA nya berniat balas dendam kematian ibunya. Ia mengajak pacaran Diana, siswi yang tidak pernah absen sama sekali jika menyangkut olimpiade sekolah. Mereka berdua akhirnya berpacaran tanpa tau niatan Arcas untuk m...