5. Selangkah Lebih Dekat

1.6K 110 8
                                    

Selamat membaca!!

---

Diana bangun dari tidur nya setelah mendengar pernyataan dari Arcas. Ia duduk tegak di ranjang kasur yang besar nya tidak seberapa itu. Ternyata seluruh kebaikan ini karena pria itu menyukainya.

Sebelum itu tenangkan diri dulu, jangan panik. Semaksimal mungkin Diana berusaha untuk berhenti memainkan jemari nya.

"Arcas maaf."

Buru-buru Diana berniat menolak pria itu.

"Lo nggak suka gue?"

"Emm.. kamu orang baik Arcas. Ak-aku nggak bisa bales perasaan kamu karena aku udah suka sama orang lain." Gugup Diana berusaha membalas tatapan mata Arcas.

Tapi itu sangat sulit! Mata itu seakan bisa melahapnya haya dengan satu kali suapan sendok makan rasanya.

Hening mendera ruangan ini sesaat sampai dirinya merasa Arcas mendekatinya. Hell, Diana ingin kabur saja, seharusnya ia menolak ajakan Arcas tadi. Tapi pria itu sudah mengobati nya.

"Diana." Panggil Arcas lembut.

Panggilan lembut itu sukses membuat Diana terpana.

"Bisa Lo kasih gue kesempatan?"

"Eh? Arcas ta-"

"Gue nggak sebaik itu di mata Lo, nggak mungkin Lo nggak pernah denger rumor anak berandalan kayak gue." Ejek Arcas tersenyum remeh.

Tentu saja tidak ada yang tidak tahu rumor Arcas. Nama anak itu bahkan sangat tabu untuk dibicarakan jika mereka lewat ke gedung SMK tepat di sebelah sekolah mereka. Musuh Arcas berkumpul jadi satu di sana.

Jantung Diana langsung menggelar konser dadakan saat Arcas menggenggam kedua tangannya.

"Gue hobi ganti perempuan, gue pemabuk, gue ngerokok, gue balapan, gue tawuran. Lo nggak bakal percaya banyak hal negatif dari gue. Emang nggak pernah ada hal bagus di hidup gue." Kekeh Arcas menertawai hidup bodohnya.

Mata Diana melebar mendengar pengakuan Arcas.

Takut? Sangat, ia sangat takut sekarang. Ini apa selanjutnya? Apa dirinya akan diancam oleh Arcasie Mahadewa?

"Lo takut sama gue?"

Diana menggeleng gugup, "Arcas-"

"Gue punya alasan Diana, gue kesepian. Gue nggak punya siapa-siapa di hidup gue."

Bahu Diana terasa berat saat kepala Arcas bersandar, "Kalo Lo nggak bisa kasih kesempatan, apa ngga bisa Lo jadi temen gue?"

"Ke-kenapa harus aku?" 

"Gue ngerasa tenang di samping Lo."

"Mungkin kamu bisa coba sama perem-"

"Gue bisa lakuin apapun buat Lo Diana asal Lo mau jadi tempat sandaran gue, bahkan kalo Lo mau, gue bisa jadi tempat sandaran buat Lo." Bisik Arcas menarik sudut bibirnya.

Seluruh ucapan bak sihir dari Arcas membuat Diana kesulitan menanggapinya.

***

Arcas kini tengah berada di toilet, kegiatan yang dilakukannya sejak lima menit lalu adalah mencuci tangannya. Sorot mata Arcas menatap pergelangan tangannya dingin. Rasanya tidak akan cukup bersih, bahkan jika ia menghabiskan seluruh sabun cuci tangan di wastafel sekolah ini.

Tadi dirinya menggenggam tangan perempuan itu. Bahkan ia bersandar di bahu nya. Haruskah Arcas membuang seragam ini juga?

Setelah selesai mengusap kasar tangannya hingga memerah. Sejenak ia menatap ekspresi wajahnya di delan cermin. Dengan susah payah Arcas menata raut wajah penuh kebenciannya sebelum pergi meninggalkan toilet siswa.

The Drummer And His Sister | NAVIGASI SERIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang