29. Melepas Topeng

1.6K 119 27
                                    

Selamat membaca!!

---

"Gimana bisa kamu lakuin ini ke aku?"

Bisa-bisa nya mereka menjalin hubungan mengerikan seperti ini.

Tidak satu dua kali Arcas dan Diana tidur bersama. Fakta itu membuat Diana ingin muntah saking jijik rasanya. Ia melakukan itu bersama kakak nya?

"Karena gue benci sama Lo."

Sorotan mata dingin Arcas seakan bisa menembus Diana. Itu adalah tatapan mata yang baru pertama kali ditunjukan pria itu kepadanya. Semarah nya Arcas selama ini, pria itu tidak pernah menunjukan aura kebencian seperti ini.

Air mata Diana menetes perlahan, "Arcasie Mahadewa, ak-aku adik kamu. Gimana bisa kamu lakuin ini ke aku?"

"Hmpptt! Hahaha!"

Arcas mendadak tertawa bak orang gila. Apa ini? Konyol sekali reaksi kekasihnya ini saat tau identitasnya sendiri. Ini adalah moment balas dendam sesungguh nya. Pengakuan jika ia adalah kakak nya dan mereka berbagi darah ayah yang sama.

Kaki nya melangkah mendekat, jemari tangan kasar Arcas mengusap air mata yang mengalir di pipi kekasih nya itu. Kasihan sekali, dasar adik bodoh.

"Jangan bilang habis ini Lo bakal panggil gue kakak hm? Yakin sayang?" Tantang Arcas tersenyum lebar.

Ucapan Arcas sukses membungkam Diana. Perempuan itu seakan tidak bisa bicara seketika.

"Ahh.. satu hal lagi sekedar informasi, rasa badan Lo nggak jauh beda sama jal*ng lainnya. Gimana kalo Lo cobak jadi pelac*r?" Sudut bibir Arcas tertarik ke atas.

Plakkk!

Satu tamparan di layangkan Diana tepat di pipi Arcas.

Air mata nya semakin bercucuran deras, nafas nya memburu. Perasaan nya sudah tidak karuan di dalam sini. Diana sangat malu saat ini hingga dirinya bisa-bisa melompat dari balkon kamar nya.

Arcas terkekeh kecil, ia menjilat bibir bawahnya. Well, itu baru sebuah sambutan selamat datang.

"Kamu baj*ngan!"

"Lo baru tau?"

"Aku percaya sama kamu Arcas-"

"Semua hal selama ini sama Lo nggak ada artinya buat gue."

Kaki Diana tidak bisa menahan tubuhnya hingga ia jatuh terduduk di lantai. Kenyataan ini terlalu mengerikan dan menyakitkan baginya. Ia menutup wajahnya, dirinya tidak mau melihat Arcas sekarang.

"Pergi dari kamar aku hikss.."

Arcas menatap datar Diana yang tidak berdaya di depannya saat ini.

"Mainin Lo cuman tiga puluh persen dari rencana bales dendam gue."

Setelah mengatakan hal tersebut Arcas meninggalkan kamar dengan dominan warna putih itu.

Meninggalkan Diana yang menangis tanpa henti. Tentu saja Diana menangis, ia tengah menyesali semua yang terjadi. Bagaimana ia dengan mudahnya jatuh dalam pelukan Arcas dan menjadi objek permainan bawa dendam anak itu.

Kamu jahat Arcas

***

Arcas memutar mutar stik drum miliknya. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam namun Arcas masih setia duduk di atas balkon kamar barunya ini.

Akhirnya dirinya bisa masuk ke rumah keluarga Aditama. Menjadi salah satu bagian dari mereka.

Pandangan matanya menatap kosong langit malam. Musik gaya Eropa sejak tadi mengalun di telinga nya. Suara nya berasal dari kamar Diana. Perempuan itu tidak menutup jendela kamar nya. Arcas mendengar suara orang jatuh berkali-kali.

The Drummer And His Sister | NAVIGASI SERIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang