19. Festival Sekolah

1.7K 93 1
                                    

Selamat membaca!!

---

"Jadi kalian sebagai generasi milenial harus menghargai jasa para pahlawan! Maka dari itu berbanggalah kalian bisa bersekolah-"

Bla.. bla.. bla

Pidato panjang dari Pak Radit kepala sekolahnya bak lantunan lagu Nina bobo di telinga Arcas. Siswa berseragam bak prajurit loreng-loreng itu menatap sayu pidato di depan. Arcas seperti koala butuh tidur ini berusaha untuk tidak memejamkan kelopak matanya.

Yang bisa ditangkap oleh Arcas sejak tadi hanya bla bla bla. Hei, tidak hanya dirinya yang mengantuk dan bosan di sini. Lihat teman-temannya yang lain.

"Sumpil nih upacara kapan selesainya dah." Dumel Nathan yang berbaris di sampingnya.

"Coba Lu matiin mic tuh orang." Balas Reggan datar, ia berbaris dibelakangnya.

Arcas menarik sudut bibir nya, "Gue lebih prefer Levin yang pidato."

"Atau lebih baik Lo pada diem." Kesal balik Levin, kan ia jadi tidak fokus mendengarkan pak kepala sekolah mereka.

Dirinya, Nathan dan Reggan berusaha menahan tawa. Hanya Levin teman antik mereka ini yang sejak tadi menatap serius dan mencermati pidato kepala sekolah mereka. Lihat ini, raut wajah lucu terganggu dari  si nomor satu di ranking IPS.

Mereka sontak terkikik geli, ekspresi Levin yang tengah jengkel adalah hiburan.

"By the way nih ye, Lu liat barisan anak dua belas IPA dua? Bisa gitu ye janjian baju nya." Nathan mengusap dagu nya.

Mendengar nama kelas dari Diana spontan membuat Arcas menoleh. Di sana terlihat kekasihnya yang berdiri  fokus menatap depan dari barusan nomor tiga depan. Mata nya mengamati penampilan Diana yang sangat cantik hari ini. Tapi Arcas lebih suka kata seksi menurut nya.

Cantik plus seksoyy

Reggan mendengus kesal, jadi karena ini Nathan ingin kembaran.

"Lo tiruin mereka kan?"

Lihat saja kaos yang tentara prajurit yang dikenakan Navigasi sekarang. Memang terlihat banyak yang ngembarin tapi di belakang punggung mereka ada logo mata angin khas Navigasi. Belum lagi dasi Pramuka merah putih di ikat di atas kepala. Lengkap sudah keempat nya terlihat aneh.

Nathan adalah orang yang selalu membuat ketiga nya sering mati malu.

"Enak aje, justru pasti sono yang tiru-tiru ide gue." Sebal Nathan tidak terima.

Ide dress code sudah dicetuskan oleh Nathan dari bulan kemarin. Anak itu sendiri yang membawakan baju nya.

"Lo liat kak Diana?"

"Gile cantik beut cuy! Nyesel gue kagak ikut jurnalistik."

"Gue sih lebih prefer kak Gabriel atau si Minie."

"Gue tim Mentari mending."

"Kalo yang ngerawat kak Diana sih gue betah di rumah sakit."

"Modus Lo, gue juga mau njir!"

"Kalo bisa sih perawatan plus plus."

"Anj*ng! Lo pikir pijet plus plus."

Arcas yang mendengar itu mendadak meradang. Para hidung belang berkumpul di sini. Sial, mood nya menjadi buruk. Apa mereka tidak pernah di hajar hingga jadi bahan bully hah?

Kedua tangan Arcas mengepal geram, sebisa mungkin menahan amukannya.

"Gile gile adik kelas kite kayak fan war! Tuh bocah semua fans nya si mbak Olim, banyak juge ternyata." Bisik Nathan memulai mengikuti topik perjulidan.

The Drummer And His Sister | NAVIGASI SERIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang