Selamat membaca!!
---
Hanya suara sendok garpu berdenting di ruang makan keluarga Aditama. Sisa nya hening tanpa percakapan sama sekali. Keluarga ini tengah sarapan bersama tanpa ada senyuman dan ramah tamah sama sekali.
Suasana ini adalah lumrah diantara mereka bertiga. Hanya pembahasan penting yang boleh di bahas di meja makan. Itu adalah peraturan wajib tidak tertulis.
"Ku dengar Diana ikut olimpiade sains Nasional lagi?" Petra membuka suara sembari masih fokus pada makanan nya.
Diana hampir tersentak dengan deheman Elly mama nya. Ia terlalu berkutat pada pikirannya sendiri tanpa menyadari sekitar. Dengan cepat dirinya meletakkan peralatan makannya.
"Iya Pa, Diana ikut."
"Kau sudah kelas tiga untuk apa masih mengikuti lomba." Tanya Petra, tidak mau itu menggangu fokus ujian nasional Diana.
Elly menggeleng tegas, "Diana harus mengikuti nya hingga ia dapat peringkat satu."
"Anak mu tidak bisa melakukannya setiap tahun Elly."
Takkk!
Mata Elly memerah marah, wanita itu membanting peralatan makanannya.
Diana mulai ketakutan dengan situasi ini. Jemari tangannya turun di pangkuannya. Ia memainkan kuku nya berusaha untuk tidak panik.
"Diana bisa! Dia akan jadi peringkat satu nanti! Dan akan menang olimpiade tahun ini!" Tekan Elly tajam.
Kedua orang itu saling menatap tajam satu sama lain.
"Jika anak itu tidak juara satu lagi, dia hanya mempermalukan nama Aditama! Harusnya kau tau itu Elly." Setak Petra geram.
"Jika dia hanya diam tanpa ikut apapun, kau pikir ada bahan yang bisa dibicarakan saat perkumpulan?!" Balas Elly mengepalkan kedua tangannya marah.
Diana berusaha untuk mengatur nafas nya. Semaksimal mungkin dirinya harus tetap duduk tegap dan menjaga ekspresi nya.
Jangan goyah, jangan terpengaruh, lakukan seperti biasa. Diam seperti orang mati adalah tindakan yang harus di lakukan nya jika ada percakapan adu mulut kedua orang tua nya.
Setelah perang dingin selama beberapa menit itu Diana dibiarkan pergi sekolah. Ia diantarkan oleh sopir untuk berangkat sekolah seperti biasa.
Namun yang tidak biasa adalah tubuhnya. Diana kembali tidak tenang, tangannya gatal untuk segera mengambil obat di saku nya. Seluruh dunia disekitarnya membuat dirinya ingin lari saja.
"Makasih pak Asep."
"Siap non, ini pulang nya non mau di jemput atau pulang sendiri kayak ke-"
"Saya mau belajar di perpus lagi jadi nggak perlu pak."
Setelah nya Diana berjalan terburu-buru. Namun mendadak langkah kaki nya berhenti di tengah lorong sekolah yang ramai.
Mata Diana menatap sekitar ketakutan, seakan dirinya bisa di telan oleh mereka semua. Saking fokus dengan halusinasi nya. Seseorang melangkah mendekati tepat di mana ia berdiri. Seorang siswa berdiri di depannya, tanpa sadar sepatu Converse berwarna putih dikenakan Diana mundur perlahan lahan.
Wajah Diana berubah pucat saat bayangan paling ditakuti nya kini berdiri, berniat menggapainya. Kedua tangannya langsung menutup wajah berlindung.
"Ng-nggak, ja-JANGAN SENTUH!" Bentak Diana nyaring.
"Tuh anak kenapa dah?"
"Anjir kak Arcas perasaan kagak ngapa-ngapain."
"Dih aneh banget njir jadi cewek!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Drummer And His Sister | NAVIGASI SERIES
RomanceArcas si drummer band terkenal di SMA nya berniat balas dendam kematian ibunya. Ia mengajak pacaran Diana, siswi yang tidak pernah absen sama sekali jika menyangkut olimpiade sekolah. Mereka berdua akhirnya berpacaran tanpa tau niatan Arcas untuk m...