Selamat membaca!!
---
Diana memegangi pipi kanan nya, terasa sangat panas. Efek dari tamparan mama nya sangat terasa pagi ini. Jika ia mengatakan jujur sudah pasti sang mama akan sangat senang. Itu bisa jadi alasan fix Arcas di depak dari kediaman Aditama.
Dirinya tiduran di kasur, saat ini dokter Bianca tengah menganti infus di lengannya. Syukurlah suhu panas tubuhnya sudah pulih. Semalaman Diana menderita demam tinggi.
Ia dilarang berangkat ke sekolah hari ini.
"Diana."
Diana mendongak, nama nya di panggil begitu menyedihkan. Sudah pasti itu adalah Dokter Bianca. Yah, siapa lagi orang yang akan memberikan tatapan seakan pasien sekarat jika bukan wanita berkepala tiga itu.
Ekor mata Diana menatap dingin keberadaan dokter keluarga Aditama ini.
"Ini nggak sakit."
Dokter Bianca menghela nafas panjang. Sikap Diana tidak berubah jika bersama nya. Terlalu dingin dan sulit di sentuh.
Tapi Bianca bersyukur setidaknya, sifat asli milik Diana ini di tampakan padanya. Terkadang anak ini juga harus melepaskan topeng nya. Sampai batas mana Diana menahan diri nanti, membuat Bianca takut.
"Ini nggak akan selesai, apa tujuan kamu sekarang sayang?" Dokter Bianca duduk di pinggir kasur sembari melemparkan tatapan hangat.
Diana membuang pandangannya, ia memilih menatap arah jendela kamar nya. Pot bunga matahari nya bersinar cantik di balkon kamar nya.
Tujuan?
Mendengarnya membuat Diana tidak bisa menahan diri untuk tertawa.
"Ini bukan jam konsultasi dokter." Diana tergelak seperti orang gila.
Dokter Bianca menelan ludahnya ketakutan. Kata Bi Ijah, Diana sudah membaik?
Ini apanya yang membaik?
"Kamu bilang semakin membaik manganya saya tolerir kamu nggak dateng. Tapi Diana-"
Diana menghentikan tawa nya, ia menarik senyuman lebar nya.
"Obat yang baru ngaruh. Tenang aja."
Dokter Bianca memejamkan matanya sesaat. Keluarga ini semua nya mengerikan. Tidak ada yang membaik, justru tampilan Diana seperti mayat hidup sekarang. Dan kondisi jiwa nya sungguh..
Tangan Bianca menggenggam kuat jemari tangan Diana.
"Saya liat kakak kamu waktu dia mau berangkat."
"Ah.. Kak Arcas."
"Dia kelihatan khawatirin kamu, keliatannya kalian dekat kan?"
Sorot mata Diana berubah dingin tiba-tiba. Ia menoleh pada dokter Bianca. Dirinya sangat tau maksud dari ucapan ini.
Kedua tangan Diana mengepal menahan amarahnya nya.
"Jangan anda berani kasih tau kak Arcas, justru dia-"
"Harus tau kamu, kamu butuh bantuan dari keluarga kamu." Lanjut dokter Bianca tegas.
Air mata Diana meleleh, ia menggelengkan kepala nya.
"Dokter nggak tau apa-apa, kalo sampek kak Arcas tau semua nya..." Diana tidak bisa melanjutkan ucapannya sendiri karena membayangkannya saja sudah mengerikan.
Dokter Bianca meringis, genggaman tangan Diana sangat menyakitkan. Perempuan itu tengah menunjukan seberapa besar emosi nya.
"Mangkanya tolong kasih tau saya Diana, siapa yang giniin kamu? Apa kamu tidak ingin berdamai dengan masa lalu kamu? Masa depan kamu masih ada Dia-"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Drummer And His Sister | NAVIGASI SERIES
RomanceArcas si drummer band terkenal di SMA nya berniat balas dendam kematian ibunya. Ia mengajak pacaran Diana, siswi yang tidak pernah absen sama sekali jika menyangkut olimpiade sekolah. Mereka berdua akhirnya berpacaran tanpa tau niatan Arcas untuk m...