Arcas si drummer band terkenal di SMA nya berniat balas dendam kematian ibunya. Ia mengajak pacaran Diana, siswi yang tidak pernah absen sama sekali jika menyangkut olimpiade sekolah.
Mereka berdua akhirnya berpacaran tanpa tau niatan Arcas untuk m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hushhhusshh buat bocil sementara yaww..
---
Arcas menggandeng tangan Diana memasuki apartemen nya. Setelahnya menutup pintu dirinya langsung menyudutkan kekasihnya itu di dinding.
Tanpa basa basi Arcas meraih bibir menggoda milik Diana. Malam ini sudah diputuskan, dirinya akan membuat adik tiri nya ini mendesah kan namanya sepanjang malam.
"Hmpptt.."
Suara cumbuan mereka berdua menjadi satu-satunya suara di dalam apartemen nya yang hening ini.
Bagaimana jadinya jika Petra tau apa yang dilakukan kedua anak nya saat ini. Hahaha, Arcas jadi ingin tau bagaimana raut wajah datar orang tua itu. Saat di mana dirinya menghancurkan putri keluarga Aditama.
Adiknya, Ardiana Mahadewi.
Arcas melepaskan ciumannya, ia tersenyum misterius menatap Diana. Perlahan dirinya berlutut sesaat untuk melepaskan sepatu yang dikenakan oleh kedua nya.
"Arcas."
"Hm?"
"Apa kamu nggak apa?"
Deg
Tubuh Arcas mendadak kaku sejenak, ia hanya menarik sudut bibir nya ke atas. Setelah berakhir melepaskan sepatu sandal yang dikenakan Diana dirinya, ia berdiri.
Bibir nya mencium sekilas pucuk kepala Diana. Sebenarnya siapa yang butuh ketenangan di sini? Arcas hampir saja goyah dengan rencana nya. Melakukan s*ks dengan adik mu adalah kejahatan tidak termaafkan.
Dan Arcas siap jika dirinya perlu menanggung dosa itu agar Diana hancur.
"Why? Lo ragu?" Kedua tangan Arcas berada di kedua sisi kepala Diana.
Mengunci pergerakan kekasihnya itu agar tidak kemana-mana.
Diana menggeleng, "Aku justru khawatirin kamu."
Raut wajah Arcas menegang, Diana memeluk tubuhnya erat. Telinga Arcas mendengar degupan jantung mereka yang bersahutan satu sama lain.
Entah kenapa mendadak rasanya sesak sekali di area dadanya.
"Aku sayang sama kamu Arcas." Bisik Diana pelan.
Arcas menatap arah lain, "Gue juga."
Diana mendongak lalu mengelus pipi nya. Lembut, jemari Diana sangat lembut dan hangat.
Tangan Arcas menggenggam tangan itu lalu menciumnya dengan sangat lama. Sebisa mungkin Arcas kembali mengumpulkan seluruh emosi marah dan kebenciannya agar rasa bersalah ini menghilang.
