**
"Penyakitnya sudah semakin parah. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin dan sekarang Lucas masih dalam masa kritis."
Saat ini, Lisa dan Tata sedang menghadap dokter di ruangannya. Setelah menunggu hampir dua jam akhirnya para medis keluar dari ruangan UGD.
"Lalu apa langkah selanjutnya dokter?"
"Kami sudah mencantumkan nama Lucas di urutan pertama penerima transplantasi jantung. Untuk sementara, anda harus selalu memperhatikan kesehatannya. Kalau boleh jujur tadi kami sempat kehilangan detaknya."
Lisa kembali menangis tersedu.
"Tolong lakukan yang terbaik untuk anak saya dok.""Itu pasti Bu. Kami akan memberikan yang terbaik untuk Lucas. Asal dia tidak mengabaikan kesehatannya. Semua itu juga balik kepada diri Lucas sendiri. Tadi Lucas collapse karena kelelahan juga banyak tekanan."
"Terima kasih dok, kami akan selalu memantaunya. Sekali lagi terima kasih." Setelahnya keduanya keluar dari ruangan itu.
"Ayah, kita harus bagaimana yah. Bunda nggak mau kejadian dulu terulang lagi."
"Berdoa Bun, dan yakin, yakin bahwa bungsu kita akan kembali sehat. Sekarang ayo kita temui adek."
Bunda mengangguk. Mereka berjalan menuju ruang ICU. Karena Lucas kritis, maka ia di tempatkan di dalam ruang ICU.
Bunda menghampiri Mark yang menatap Lucas dari balik pintu kaca.
"Mark, terimakasih ya nak sudah menolong Lucas," ucap bunda."Sama-sama Tante. Tapi... Lucas baik-baik aja kan Tan?"
"Doakan yang terbaik buat Lucas ya. Semoga bisa cepat sadar dan bisa main lagi sama kamu. Sekarang Mark pulang dulu ya, pasti Mark capek."
"Nggak Tan. Mark nggak capek. Mark mau disini saja nunggu Lucas bangun."
Bunda tersenyu tipis menatap anak sahabatnya itu.
"Mark pulang dulu, nanti di antar supirnya Tante."Mark menghela nafas pelan sembari mengangguk.
"Mark pamit dulu ya om, Tante, kak." Setelahnya Mark pergi dari tempat itu dengan berat hati.
**
Seorang pemuda tengah memarkirkan motor maticnya di depan sebuah restoran. Ia berjalan pelan memasuki restoran itu. Dilihatnya seseorang yang sangat dirindukannya tengah duduk di sebuah kursi. Perlahan ia menghampirinya.
Kedua pasang mata itu saling bertemu. Tetapi pemuda, yakni, Derry dengan cepat memutus kontak dengan wanita paruh baya yang masih cantik itu.
"Henderry." Airin beranjak dan memeluk tubuh anaknya. Anak yang sangat dirindukannya. Sementara Derry mematung. Ada rasa rindu yang kian meluap dalam hatinya, tapi itu semua masih terkalahkan dengan rasa benci yang selama ini dimilikinya. Dengan cepat Derry melepas pelukan itu.
"Derry ikut ibu ya, ibu sudah mampu ambil hak asuh kamu nak."
"Kenapa ibu dulu tinggalin Derry."
Airin menggeleng. Ia mengajak anaknya itu untuk duduk di tempatnya tadi.
"Sekalipun, ibu tidak pernah tinggalin Derry. Ibu selalu di sisi Derry walaupun harus sembunyi dari ayahmu. Waktu itu, ibu kalah dalam persidangan untuk hak asuh kamu. Ibu kalah karena ibu nggak punya apa-apa untuk menjamin kehidupan yang layak untuk Derry, ibu minta maaf untuk itu nak. Tapi, sekarang ibu sudah mampu. Berkat keluarga Kim yang baik hati.""Ibu tau nggak, seberapa tersiksanya aku waktu itu. Aku masih butuh sosok ibu dan ibu tinggalin aku tanpa noleh sekalipun."
"Maafin ibu nak." Airin mengusap air matanya. Ia menatap anaknya dengan lekat.
"Aku udah maafin ibu." Mendengar ucapan sang anak, membuat Airin tersenyum. Ia menggenggam tangan Derry.
"Ibu akan ambil hak asuh kamu."
"Terserah."
"Apa ayah dan ibu baru mu memperlakukan kamu dengan baik?"
"Mereka memperlakukan Derry dengan baik."
"Syukurlah, ibu akan sangat berterima kasih dengan mereka berdua."
"Boleh ibu peluk kamu sekali lagi," lanjut Airin yang mendapat anggukan oleh Derry. Dengan cepat Airin kembali memeluk buah hati yang terpisah hampir lima tahun itu.
"Terimakasih nak, terimakasih sudah mau menerima ibu lagi."
"Apa ibu hidup dengan baik selama ini?"
"Ya, selama ini, keluarga Kim cukup sering membantu ibu."
Derry hanya terdiam. Tidak berniat membalas ucapan ibu dan hanya menikmati dekapan yang hampir lima tahun tidak pernah ia rasakan.
**
Juno menggenggam tangan Lucas yang tidak diinfus. Ia menatap lekat wajah pucat adiknya, pun dengan kabel yang melilit dada adiknya.
Juno menghela nafas pelan. Setetes air mata jatuh dari kelopak matanya.
"Gue harap, Lo akan segera bangun dek. Jangan tinggalin kita karena Lo adalah cahaya bagi keluarga kita. Bangun dek, Kakak merindukan adek kakak yang manja ini," ucap Juno dengan penuh harap.Bunda menghampiri Juno. Ia mengelus surai anaknya itu dan membawanya kedekapannya.
"Kakak harus yakin, adek pasti kembali pada kita. Adek tidak akan pergi kemana-mana.""Iya bun, adek harus selalu di samping kita."
Bunda tersenyum. Ia mengusap air mata sulungnya.
"Sekarang, ayo kita keluar. Giliran ayah yang mau ketemu adek."Juno mengangguk. Kemudian keduanya keluar dari ICU setelah sebelumnya melepas pakaian seteril yang telah di sediakan.
Ayah memasuki ruangan tempat bungsunya memperjuangkan hidupnya. Dilihatnya bungsunya yang terbaring lemah dengan mata yang tertutup. Entah kapan mata itu akan terbuka lagi, ayah harap, mata bulat anaknya itu akan segera terbuka.
"Hay anak ayah, betah banget sih tidur disini. Katanya, adek sangat membenci rumah sakit, jadi, ayo sadar dan sehat supaya adek tidak perlu lagi kesini." Ayah menghela nafas panjang sebelum melanjutkan ucapannya.
"Ayah akan mengusahakan yang terbaik untuk anak nakal ayah ini. Jika bisa, ayah ingin menggantikan sakitmu nak. Tubuh ayah siap menerima sakit yang selama ini adek rasa." Setetes air mata keluar, dengan cepat ayah menghapusnya.
"Maaf, ayah nangis di depan adek."
"Janji besok bangun ya dek. Ayah tunggu di luar ya." Kemudian, ayah kembali meninggalkan ruangan itu karena jam besuk sudah habis.
Ayah menatap istrinya dan sulungnya yang tengah melamun di kursi tunggu itu.
"Kak, mau doa bareng ayah nggak. Ayah mau ke gereja sebentar," tawarnya yang mendapat anggukan dari Juno."Bunda tunggu adek disini aja. Siapa tau nanti adek bangun," ucap bunda.
"Ayah pergi dulu ya Bun." Kemudian kedua lelaki berbeda umur itu pergi setelah sebelumnya ayah mengecup dahi bunda singkat.
Jangan lupa vote
Jangan lupa komentar
Jangan lupa followGamsamida yeorobun 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Lu(C)As
FanficIni tentang si bungsu, yang hatinya sangat luas dalam menerima garis takdir sang pencipta. Kata orang hidupnya sangat sempurna. mari kita lihat, sesempurna apa hidup si bungsu.