2. insiden

1K 88 5
                                    


**

Lucas dengan gesitnya mendribble bola basket menuju ring lawan, dan shoot, bola basket itu berhasil di masukkan Lucas ke ring. Ke empat rekan tim nya bersorak sembari memeluknya.
Tatapan sinis terpatri pada wajah sang lawan. Ini adalah latihan penting bagi mereka yang ingin menjadi captain basket selanjutnya. Ada dua kandidat, yaitu, Lucas dan Gara, seseorang yang menatap sengit Lucas.

Pertandingan pun dilanjutkan. Mereka tampak asik merebutkan benda bulat itu.
  "Lucas, oper." Derry, salah satu rekan timnya berteriak sembari memposisikan diri untuk menerima operan itu.
Dan ya... Lucas berhasil mengopernya dan setelahnya, tubuh Lucas yang terjatuh berhasil membuat bola basket itu tidak lagi menjadi prioritas.

Derry, Dejun, Johan, dan Jihan berlari mendekat. Menatap Lucas yang meringkuk kesakitan dengan tatapan khawatir.

"Lucas, Lo gak papa?" Derry memapah Lucas menuju ke tepi lapangan di bantu dengan Dejun. Sementara Johan, mantap nyalang pada seseorang yang menyebabkan Lucas kesakitan, Gara.

Johan mendorong seseorang itu dengan emosi.
  "Maksut Lo apa ha?" Johan meninggikan suaranya, yang membuat Gara menyeringai.

"Nggak maksud apa-apa. Temen lo emang payah," balas Gara. Johan ingin menonjok wajah tampannya, akan tetapi, Jihan sang saudara kembarnya menahannya.

"Udah Jo, jangan di ladenin," ucapnya seraya menarik Johan menuju Lucas yang masih meringis kesakitan.

"Coach mana? Lucas butuh pertolongan cepat," ucap Derry dengan panik. Dari keempat rekan timnya, Derry lah yang paling dekat dengan Lucas.

"Gue fine. Coach tadi ijin pulang duluan ada urusan," ucap Lucas pelan.

"Baik gimana? Wajah Lo pucet terus dada lo memar anjir," ucap Derry.

"Kita kerumah sakit aja ya. Takut ada apa-apa," sahut Dejun yang sedari tadi diam.

"Ngga perlu De. Gue baik. Sekarang mending lo bantuin ambilin tas gue. Juno udah jemput di depan."

Dejun menurut. Ia mengambil tas Lucas di loker dan menyerahkannya kepada pemiliknya.

"Gue antar sampai depan deh ya." Derry.

"Kalian siap-siap pulang aja. Gue bisa kok. Oiya... Permainan kalian tadi bagus, ada peningkatan, terusin ya." Setelahnya, Lucas beranjak dengan tertatih-tatih.

Lucas menghampiri sang kakak yang menunggu di atas motor.
  "Udah lama Lo?" Tanyanya dengan nada senormal mungkin. Ia tak ingin kakaknya tau bahwa dirinya terluka saat latihan. Takut di cepuin ke bunda dan berakhir ia di larang untuk latihan. Kan Lucas ingin jadi captain basket.

"Lumayan," Jawab Juno sembari memberikan adiknya helm.

Motor bebek Juno melaju dengan kecepatan sedang. Lucas memeluk tubuh kakaknya dari belakang.

"Jangan peluk-peluk Lo bau keringat."

"Lo juga bau oli."

Juno terdiam mendengar balasan Lucas. Benar juga sih, kan Juno habis pulang PKL (praktek kerja lapangan) di salah satu bengkel besar yang ada di kotanya.

"Tapi adek suka," lanjut Lucas lagi.

"Kakak, mampir ke supermarket dulu ya. Adek pingin es krim."

"Di kulkas masih ada es krim," balas Juno.

"Tapi adek mau yang baru kak."

"Nggak boleh kata bunda harus di habisin dulu yang ada di rumah."

Dan jawaban Juno, membuat Lucas mendengus kesal. Ia menyilangkan tangannya di depan dada dengan nata yang berkaca-kaca.

Lu(C)AsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang