***
Satu bulan setelah kepergian Lucas, mereka baru berani membuka file di flashdisk yang di titipkan Lucas kepada Kian di hari terakhirnya. Kini, bunda, ayah, Juno, dan Kian berada di depan sebuah laptop.
"Hai ayah, bunda, kakak, samchon." Dalam video itu, Lucas tersenyum ceria.
"Apa kabar? Semoga kalian sehat dan bahagia, adek juga bahagia kok, hehehe...
Adek cuma mau bilang terimakasih karena telah di lahirkan oleh bunda yang hebat."Bunda meneteskan air matanya, terlampau rindu dengan bungsunya.
"Bunda, terimakasih sudah melahirkan adek, sudah merawat adek yang sakit-sakitan ini. Maaf kalau selama ini adek suka bikin bunda nangis, adek suka bandel, suka nyomot kue bunda yang enak..... Banget....
Pokoknya, bunda nggak boleh Lupain adek ya. Janji sama adek kalau bunda harus selalu bahagia , nggak boleh nangis lagi, harus senyum kalau kangen adek. I love you more bunda.""Untuk ayah, ayah adalah ayah terkeren sedunia. Adek sukaaaa banget lihat ayah pakai seragam pilot. Tapi adek nggak suka setiap kali ayah berangkat untuk flight. Adek takut ayah kehabisan bensin kan di langit nggak ada pom."
Mereka terkekeh mendengar candaan Lucas.
"Adek selalu bersyukur punya ayah yang sayang sama keluarga. Terlebih ayah suka manjain adek. Ayah suka cium pipi adek, hehehe... Terimakasih sudah jadi ayah untuk adek. I love you ayah."
"Kali ini untuk kakak, kakak kok keren banget sih, sudah pintar jago bikin robot lagi. Adek bangga banget lho punya kakak kak Juno. Kak, kalau kakak rindu, Kakak bisa lihat bintang, bintang yang paling terang itu adek lho.
Kakak jangan nangis-nangis lagi. Kakak kan cowok. Sana gih, cari cewek biar nggak kesepian di tinggal adek hehehe. Adek sayang banget Lho sama kakak. Maafin adek ya kak, adek suka jahil sama kakak. Tapi... Kakak juga suka jahil sama adek sih. Pokoknya, adek sayang banget sama kakak.""Kakak juga sayang adek," batin Juno.
"Yang terakhir untuk samchon, nggak panjang-panjang sih, karena samchon selalu baik. Adek sayang samchon banyak-banyak. Terus bahagia ya samchon. Semoga kalian selalu berlajan di jalan yang berbunga. Sampai jumpa di lain waktu. I love you."
"Mark... Mark, sudah selesai Lo boleh masuk," teriak Lucas dalam video itu.
"Lo ngerekam apaan anjir lama banget."
"Ketampanan gue."
"Anjir PD banget Lo Bagong. Eh, belum mati anjir."
Lucas dengan segera mematikan video tersebut.
Mereka berempat terkekeh melihat tingkah dua bocah itu. Dalam hati masing-masing, mereka berusaha mengikhlaskan dan hidup dengan bahagia sesuai keinginan Lucas.
**
Pertama kali Mark bertemu Lucas itu saat ini bermain di rumah Juno. Saat itu ia masih berusia enam tahun dan tidak tau kalau Juno punya adik.
Kata Juno, bunda dan adiknya meninggalkannya. Waktu itu, Juno juga tidak ingin Mark berteman dengan Lucas.Saat itu, Mark asik bermain dengan Juno. Dari kejauhan, Lucas melihatnya dan melambaikan tangannya sembari tersenyum lebar. Mark membalas lambaian itu dan menyuruhnya untuk mendekat.
"Hai, aku Lucas."
"Aku sudah tau. Kamu adik kak Juno kan?"
Lucas mengangguk. Ia membagikan mobil-mobilan kecil untuk Mark.
"Kamu jauh-jauh dari Mark." Juno datang dan mendorong tubuh Lucas hingga terjatuh. Lucas pun menangis dan bunda dengan segera menggendong Lucas.
"Kakak nggak boleh kasar sama adeknya ya."
Juno mendengus kemudian kembali melanjutkan mainanya.
"Kak Juno, kenapa tidak suka sama Lucas. Dia lucu tau, gemes. Mark juga punya adik kembar di rumah tapi Mark menyukainya.""Itu karena dia ambil ayah sama bunda dari Juno. Dia suka nangis dan berisik. Kamu jangan temenan sama dia ya."
Jika mengingat waktu itu, Mark ingin kembali ke masa itu. Mark menatap foto mereka bertiga waktu kecil sembari terkekeh.
"Apa Lo sudah bahagia disana, Lucas?"***
Kian mencari Juno untuk mengajaknya makan malam dan ia menemukannya di taman belakang. Sedang melamun padahal cuaca sedingin ini. Ia berjalan mendekatinya dan duduk di sampingnya.
"Lagi cari penyakit Lo," ucapnya. Juno menoleh sebentar kemudian tersenyum tipis.
"Lucas kedinginan nggak ya disana?"
"Lo salah besar kalau berfikir seperti itu Jun. Lucas sudah ada dalam rengkuhan tuhan. Mana mungkin Lucas merasa tidak nyaman."
Juno tidak menjawab. Ia hanya menunduk. Isakan kecil terdengar. Rupanya, pemuda tujuh belas tahun itu menangis.
"Lucas pernah bilang, kalau lo rindu Lucas, cari bintang yang paling terang. Ia akan jadi bintang di hati kita."
"Lo bener Hyung."
"Jangan larut dalam kesedihan. Lucas tidak akan menyukai itu."
Juno mengangguk. Kemudian ia mendongak. Mencari bintang yang paling terang di antara jutaan lainnya.
"Itu dia," ucapnya sembari menunjuk. Ia tersenyum lebar walaupun air mata belum ia hapus.
"Adek akan menjadi bintang di hati kakak. Sampai jumpa di kehidupan selanjutnya ya. Sekarang, kakak akan hidup menjadi lebih baik lagi, untuk adek, kakak janji itu."
Mendengarnya, Kian tersenyum.
"Nah, sekarang, ayo kita makan."Setelahnya, keduanya berjalan beriringan memasuki rumah.
End..
Kapan-kapan aku upload versi happy endingnya.
Kalian mau tidak???

KAMU SEDANG MEMBACA
Lu(C)As
FanfictionIni tentang si bungsu, yang hatinya sangat luas dalam menerima garis takdir sang pencipta. Kata orang hidupnya sangat sempurna. mari kita lihat, sesempurna apa hidup si bungsu.