🌹

549 55 23
                                    


**

Juno membuka matanya, ia memijat kepalanya yang terasa pening. Menatap sekeliling karena ia merasa asing dengan ruangan ini. Rupanya, ia berada di rumah sakit setelah ia merasakan tangannya yang kebas karena infus pun dengan ruangan yang berbau obat.
Juno mencoba mengingat kenapa ia bisa berakhir di ruangan ini.

"Lo sudah sadar?" Juno menoleh ke asal suara, Kian berjalan menghampirinya.

"Kian Hyung," ucapnya bingung.

"Lo tidur apa pingsan sih lama bener sadarnya. Btw, ada yang sakit nggak? Gue panggilin dokter deh?"

"Lucas mana? Adek gue mana?" Juno mengguncang badan Kian dengan air mata yang mengalir, membuat Kian bingung saja.

"Lo... Lo kenapa sih?" kian semakin bingung kala melihat raut Juno yang linglung.

"Gue mau Lucas. Lucas mana Hyung? Hiks..."

Kian menghela nafas pelan kemudian meraih ponselnya dan mendial nomor seseorang. Ketika telepon tersambung, ia berjalan meninggalkan Juno yang masih menangis itu.

Dalam ingatan Juno, terakhir kali ia menonton video Lucas setelah satu bulan Lucas pergi meninggalkannya. Dan ia pun sudah mengucap kata ikhlas. Setelah itu, ia bangun dan berada di rumah sakit dengan luka di tubuhnya yang sama persis seperti lukanya waktu terlibat kecelakaan dulu.

"Kakak..." Pekikan itu berhasil membuat Juno mematung. Badannya sedikit terdorong karena pelukan erat itu, dari seseorang yang sangat dirindukannya.

Juno masih membaca situasi.
"Eunghh..." Juno memijat pelipisnya saat rasa pening menyerangnya.

"Kakak masih sakit? Adek panggilin dokter ya." Juno menggeleng, ia menahan lengan Lucas dan kembali memeluknya.

"Hiks..." Satu isakan lolos dari bibirnya. Sementara Lucas dalam pelukan kakaknya, menatap bingung kepada ayah dan bunda.

"Kakak kenapa heum?" Tanya bunda sembari menghapus air mata sulungnya.

"Ini beneran adek kan Bun? Adek masih bersama kita kan?"

Bunda tersenyum. Ia mengerti sekarang, kenapa Juno bersikap seperti itu.
"Kakak mimpi buruk?" Juno mengangguk.

"Kakak, boleh di lepas dulu pelukannya? Kasihan adeknya tuh." Ayah mengelus surai Juno.

"Ayah, jadi, tadi kakak hanya mimpi kan? Yang ini nyata kan? Adek masih sama kita kan?"

"Adek nggak kemana-mana kok kak," sahut Lucas sembari tersenyum manis.

"Walaupun ayah tidak tau apa yang kakak maksud. Adek masih bersama kita, tadi, adek habis melakukan serangkaian pemeriksaan untuk tlanpatasi jantung."

"Bener yah?"

Ayah mengangguk.

"Syukurlah. Tapi, apa kakak disini karena kecelakaan?"

"Lo mau bunuh diri waktu kabur dari rumah karena kena marah sama kak Tata. Lo ketahuan ngerokok," sahut Kian yang baru memasuki ruang rawat itu.

Juno menunduk, berusaha menyambungkan perkataan Kian dengan mimpinya.
Jadi, ia hanya mimpi dan Lucas masih bersamanya. Kemudian, ia kembali memeluk adiknya.

"Maafin kakak ya dek. Cepet sembuh, nanti kakak akan ajarin kamu naik motor," ucapnya.

"Kakak juga cepet sembuh. Jangan nabrak-nabrak lagi ya."

Juno mengangguk. Sembari memeluk erat adiknya. Ayah, Bunda, dan Kian yang melihatnya, tersenyum gemas melihat mereka.

"Nah, sekarang adek harus kembali ke ruang adek sendiri. Ingat lusa adek ada operasi lho."

Lucas mengangguk. Kemudian ia merentangkan tangannya pada ayah, berniat meminta gendong ayah. Dan dengan senang hati ayah melakukannya.

"Kakak cepet sembuh ya. Adek juga akan berjuang untuk sembuh. Dah.. kakak." Kemudian, ayah membawanya pergi dari ruang rawat Juno.

"Kenapa kakak berbuat seperti ini heum?" Tanya bunda.

"Kakak hanya... Ingin mati dan memberikan jantung kakak untuk adek. Maafin kakak Bun."

Bunda tertegun mendengar jawaban Juno.
"Kak, menjadi pendonor itu ada prosedurnya. Harus tau cocok atau enggaknya."

"Pasti cocok Bun karena adek adalah adek aku."

"Kakak nggak boleh mengakhiri hidup kakak seperti itu. Kakak harus yakin kalau adek bisa sembuh tanpa kakak melakukan hal yang membahayakan seperti itu."

"Maaf Bun." Juno menunduk.

"Lain kali, jangan di ulangi lagi. Bunda akan sangat marah kalau kakak berbuat seperti itu lagi." Juno mengangguk mengerti.

"Sekarang istirahat lagi ya. Nunggu infus habis baru boleh pulang."

Juno menuruti ucapan bunda dan kembali memejamkan mata.


***

Satu tahun kemudian...

Suara sorak penonton semakin riuh kala melihat skor akhir dari pertandingan basket ini. Karena tim sekolah mereka menang dengan selisih yang cukup banyak. Kelima pemain inti itu saling berpelukan untuk merayakan kemenangannya.

Coach Jackson juga berlari untuk bergabung bersama muridnya.
"Good job kapten," ucapnya seraya mengusak rambut penuh keringat itu.

"Thanks coach, ini semua berkat kerja sama kita."

Seseorang dari bangku penonton, menatap mereka dengan bangga. Tak hentinya senyum manis itu tercipta.
"Udah, nanti gigi Lo garing," ucap seseorang di sampingnya yang membuatnya meliriknya sinis.

"Lo nggak di ajak."

"Mau samper mereka nggak?"

"Ayolah. Ini si Juno dah ngomel-ngomel suruh pulang." Yap... Dua orang remaja itu Mark dan Lucas. Mereka datang langsung untuk mensupport teman-temannya.

Lucas memang tidak melanjutkan karirnya sebagai atlet basket. Ia cukup tau batasan tubuhnya. Walaupun ia sudah memiliki jantung baru yang sehat, tetap saja ia tak mau merusaknya lagi dengan kegiatan yang berat seperti basket.

Kedua remaja itu berjalan beriringan di tepi lapangan. Mark sudah sahut-sahutan teriak dengan Derry. Memang dasar ya, nggak bisa di ajak cool.

"Congratulation bro." Lucas tos ala anak muda dengan Gara.

"Thanks Cas." Bereka berdua saling tersenyum kemudian Lucas berjalan menuju coach.

"Om Jackson, kata ayah, di suruh mampir. Katanya mau di kenalin sama teman ayah," ucapan Lucas berhasil membuat kumpulan pemuda itu memusatkan atensinya pada coach mereka, dan itu membuat Jackson malu.

"Ekhem... Oke nanti om mampir."

Lucas tersenyum. Tidak menyadari raut om Jackson yang ingin menggigit pipinya itu.

"Gue pulang dulu ya gaes. Selamat merayakan kemenangan kalian." Kemudian, Lucas dan Mark pergi dari sana.

Setelah satu tahun, mereka memutuskan untuk berteman baik. Tidak memusuhi satu sama lain. Mereka sadar bahwa, dewasa adalah tentang menerima. Tentang melapangkan hati untuk hasil yang tidak sesuai. Tentang tidak larut dalam kekecewaan yang tidak berujung.
Ya... Sampai Jumpa di versi Lucas yang lebih baik lagi.

Happy ending bukan🥰


D
A
N

HAPPY BIRTHDAY YUKHEI❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY BIRTHDAY YUKHEI❤️

Lu(C)AsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang