obsesi

650 56 13
                                    

Chingu Annyeong
Klik Bintang di pojok kiri bawah gratis loh...
고마워용~

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••


Hari ini setelah beberapa tahun ia memilih untuk menjauh dari keluarga besar ayahnya, berkat rayuan jisoo yang tidak bisa ia tolak berhasil mempertemukan lagi keluarga Yu di acara peringatan kematian setelah sekian lama.

Enggan rasanya kaki melangkah masuk mendekati tempat persemayaman, teringat bayangan neneknya, peristiwa itu, dan perlakuan neneknya kepada orangtuanya. Dan jelas Christian tidak ada pilihan lain selain masuk sekarang.

Tentu saja ia bertemu Jinyoung bersama beberapa sepupu lainnya, juga dengan ketiga saudaara ayahnya. Paman Ahn, bibi Tina dan paham Seno yang tidak lain adalah ayah Jinyoung.

"Kau datang" Sambut bibi Rui, ibu Jinyoung sambil mengelus pundak yang di jawab anggukan oleh Christian. Ia duduk seorang diri tidak jauh dari makam setelah memberi penghormatan pada mendiang neneknya tanpa sepatah kata pun.

"Ku kira kau tidak akan datang kesini" Christian tidak bereaksi apapun, dan memilih untuk tetap idak berucap apapaun

"Kalau saja dia masih hidup dan tau kau datang, ku pikir dia pasti senang"

"Bukankah ini semua karena mu?"

"Kau masih membenci ku?" Jawab Jinyoung sembari memasukkan ponsel ke saku jasnya dan meletakkan bunga di depan nisan.

"Ku pikir kita memang sudah saling benci sejak awal. Sejak kejadian itu bagaimana rasanya merasakan perasaan bersalah dan menyedihkan. Ku dengar kau insomnia karena itu?" Christian kembali mengingatkan kejadian dimasa lalu yang membuat Jinyoung menjadi terdiam seketika.

Ponselnya berdering untuk kedua kalinya, nama Jisoo berkedip-kedip dilayarnya begitu jelas. Setelah telepon tersebut di matikan, Jinyoung terlihat sangat panik dan gusar. Ia segera bergegas pergi meninggalkan acara keluarga dan Christian.

"Shit, angkat please" Ucapnya penuh amarah

Di sepanjang jalan Jinyoung terus saja mencoba menghubungi Jisoo namun nihil, tak ada respon semua panggilannya. Jinyoung kembali menghubungi nomor Jisoo entah sudah yang keberapa kalinya dan kali ini teleponnya terangkat.

"Aku ada di tempat kencan rahasia kalian, teganya kau menghianati ku selama ini" Suara dari balik benda pipih di telinganya membuat Jinyoung kaget, ia tidak begitu dekat dengan pemilik suara itu namun cukup kenal baik selama ini.

"Kau!" Suara Jinyoung tertahan ia menggertakan giginya kesal menahan amarahan "siapa sebenarnya kau ini. Di mana pemilik ponsel ini?" Jinyoung memastikan kecurigaannya.

"Kenapa? Kau mencemaskan kekasih mu? Oh tidak, mantan kekasih. Bukankah kau sudah di campakan olehnya.. Atau ternyata kalian sebenarnya belum putus" Suara wanita itu tiba-tiba saja terhenti tergantikan benturan keras benda dengan besi.

"Berani sekali kau melakukan itu pada Jinyoung ku, memangnya kau siapa menyakiti hatinya" Suara wanita itu terdengar jauh, membentak keras dan kini suara teriakan Jisoo terdengar.

"Siapapun kau, aku tidak akan melepaskan mu kalau sampai Jisoo terluka" Jinyoung meluapkan amarahnya yang sudah tidak bisa ia kendalikan setelah mendengar teriakan Jisoo.

Ia semakin panik dan khawatir pada Jisoo. "Aku tanya kau di mana?" Kehabisan kesabarannya, Jinyoung membentak keras lawan bicaranya di telepon "Bajingan!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CALL ME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang