Daniel baru saja keluar dari rumah sakit. Ia langsung menuju rumah Ezra, ia begitu merindukan manusia yang otaknya 99% hanya tentang makanan itu.
Namun meminta maaf dengan kedua orang tua Ezra akan ia lakukan lebih dulu.
Namun kesibukan kedua orang tua Ezra tak mau mengurus hal hal sepele seperti Daniel.
Mereka langsung melaporkan Daniel kepolisi tanpa memikirkan efek kedepannya pada orang yang dilaporkannya.
Mereka orang sibuk dan terpandang jelas semua akan diserahkan tim hukumkeluarga mereka.
Bahkan Daniel hanya sempat bertemu ayah Ezra sore itu. Tak lama Daniel kaget karena dijemput polisi.
Kabar itupun langsung didengar Ezra yang sedang menikmati ice cream bersama Bagas.
Ezra panik, ia tahu karena sang ayah yang mengabarinya.
"Om, anter gue kekantor polisi, buruan" panik Ezra.
"Om! Kantor polisi?" Jelas Bagas 2 kali kaget dengan ucapan Ezra tersebut.
"Iya, hiks papa laporin temen gue kepolisi, ayo om anter gue" Ezra bahkan sudah berlari kecil menandakan kini dia sedang panik.
Melihat air mata yang keluar sari sudut mata Ezra, sepertinya teman pacar adiknya (anjir kyk De E Be eM) ini benar benar sedang panik.
"Ya udah ayok, tapi jangan manggil om"
"Iya om enggak manggil om, hiks ayo om cepetan"
Mendengar itu Bagas memilih pasrah dan mengantarkan orang yang baru diketahui namanya Ezra ini kekantor polisi.
Namun yang jadi masalah, Ezra tidak tahu kantor polisi yang mana, Bagas menyuruh telpon papanya tapi papanya sudah berangkat ke Singapura jelas panggilan Ezra diabaikan begitu saja.
Bagas sungguh ingin membenturkan kepalanya sendiri, melihat Ezra menangis meraung dan ia yang harus menghampiri kantor polisi satu persatu.
"Om, Daniel nanti ditembak mati ya, gue sayang Daniel om, gue gak mau Daniel mati, hiks"
"Gak semua orang yang masuk kantor polisi itu ditembak Zra"
"Tapi difilm film-"
"Beda Zra, itu-" dering hp Bagas menghentikan perdebatan keduanya.
*Adya*
Bagas buru buru mengangkat telfon itu. Bagas langsung mengadu soal Ezra.
Dan akhirnya mereka kekantor polisi terdekat dari rumah Ezra dan benar saja.
Daniel yang hanya tinggal dengan ibunya tak bisa melawan pengacara keluarga Ezra.
Meski ibunya memohon untuk melepaskan purta satu satunya itu, Daniel tetap harus menajani proses hukum.
Sampai rombongan Adya, Are, Bagas juga Ezra datang.
Ezra langsung mengecek kondisi Daniel "Niel lo gak apa apakan, hiks" panik Ezra.
Melihat Ezra begitu peduli dengannya Daniel semakin merasa bersalah, kenapa waktu itu dia bisa meninggalkan Ezra sendirian.
"Aku gak apa apa, jangan nangis oke" ucap Daniel.
"Tapi papaku laporin kamu kepolisi Niel"
"Udah gak apa apa, itu memang pantas buat aku Zra" ucap Daniel.
Mendengar itu ibunya sedikit tak terima dan langsung bersujud dikaki Ezra untuk mencabut laporannya.
Dari situlah kehebohan terjadi, Ezra yang pada dasarnya berhati lembut, tak tega melihat wanita paruh baya itu menangis dikakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETUA OSIS BANGSAT (End)
General Fiction"Sial, ketua osis itu ngehamilin gue" kesal Are sambil menendang tempat tidurnya. "Gue harus membuat perhitungan dengannya" Are adalah siswa barbar. Tidak peduli dengan sekitarnya. Dan harus berurusan dengan ketua osis yang mempunyai paras tampan da...