Chapter 14

54.1K 4.4K 239
                                    

Are benar benar syok dan seakan dunianya berakhir saat salah seorang dokter mengatakan perihal kehamilannya.

Kata dokter bayi Are bener bener kuat bisa bertahan sampai sejauh ini, meski sudah 2 kali mengalami pendarahan. Bayi itu sehat dan terus tumbuh diperut Are.

Are terdiam dikasur pasiennya, ia tak meyangka hal seperti ini menimpa dirinya saat ini.

"Re, ini gue beliin....."

"Gak mau" jawabnya dengan nada tinggi.

Daniel mencoba mengerti bagaimana perasaan Are saat ini, orang dengan sifat seperti itu pasti akan sulit menerima hal mustahil seperti ini.

"Makan dulu Re atau mau aku panggilkan Adya"

"Gak. Gue gak mau lihat wajahnya lagi"

"Re, tapi setidaknya kasih makan bayi lo"

"Lo bilang apa? bayi? siapa yang punya bayi, ini bukan bayi gue tapi bayi sibangsat temen lo itukan"

"Jangan egois Re, bayi itu ada juga karena perbuatan lo juga kan dan sekarang lo gak akuin anak lo sendiri gitu?"

"EGOIS, LO BILANG GUE EGOIS, LO TAU GUE SEDANG HAMILKAN TAPI LO DIEM GOBLOK, LO DAN TEMEN LO YANG EGOIS" emosi Are.

Seketika Daniel ikut merasa bersalah, tapi mereka diam hanya belum siap melihat reaksi seperti Are saat ini.

Adya ingin mengatakan dengan caranya sendiri tapi Are sudah tahu dengan cara seperti ini. Mau bagaimanapun bayi Are dan Adya tidaklah bersalah bukan.

"Maaf Re, aku bukannya tidak mau kasih tahu, tapi....."

"Tapi apa, kalian mau bunuh gue gitu dengan cara kayak gini, sibangsat itu pasti gak mau tanggungjawabkan, dia ngizinin gue balapan dan naik gunung biar gue sama bayi ini matikan, udahlah ngaku aja lo, lo sama dia udah rencanain ini semua"

"Re lo salahpaham"

"Salahpaham? Otak lo dan Adya yang gak beres?"

"Terserah lo mau ngatain gue brengsek, otak gue gak waras, egois. Terserah lo, asal lo tahu, Adya mohon mohon sampe nangis pas acara balap itu, karena takut lo kenapa napa, saat dia kasih tahu orangtuanya ngehamilin lo, Adya dihajar sama orang tuanya sampe gak masuk 2 hari ke sekolah, dia memohon agar mereka nerima lo dan lo tahu, dari atas gunung, siapa yang gendong lo sampe bawah, itu Adya, dia sangat menyayangi lo Re, buka mata lo, jangan mikir dari satu sisi aja Re"



"Re....." panik bang Jack yang sepertinya baru sampai. "Kamu gak apa apakan?"

Are mengangguk "bang bawa gue pulang ya, sekarang" pinta Are.

"Iya, aku akan bawa kamu pulang. Syukurlah kalau kamu tidak apa apa. Aku urus Administrasi dulu" lalu bang Jack menoleh pada Daniel disisi kasur Are "makasih udah jagain Are" ucapnya sambil menepuk pundak Daniel.

Setelah bang Jack keluar Daniel menghembuskan nafas beratnya "lo mau pulang dulu?, gak bareng kita?, Re, Kaki adya....."

"Gak penting, gue mau pulang dan gugurin bayi ini"

Mendengar itu Daniel hampir saja melayangkan tamparannya pada Are, namun tertahan karena ia pasti akan melakukan hal yang sama kalau diposisi Are.

"Lebih baik lo bicarain dulu sama Adya, jangan berpikir pendek Re atau kamu akan menyesal nanti, kalo lo mau pulang duluan, aku ngerti, barang barang kamu biar aku yang bawain"

Setelah Daniel berkata seperti itu, Daniel keluar meninggalkan Are yang sebenarnya masih dikuasai emosi.

Namun menggendongnya dari atas gunung sampai bawah bukanlah hal mudah, apa iya Adya akan bertanggungjawab dan tidak akan membunuhnya. Pikiran itu juga terbesit dibenak Are.





KETUA OSIS BANGSAT (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang