1

5.5K 350 14
                                    

°

°

°

•••

Vroom Vroom...

Sebuah mobil Yamaap membawa sebuah keluarga membelah jalanan yang sisi kanan dan kirinya pepohonan dan tumbuhan lebat.

Suasana sepi karna penumpang yang berada dalam mobil tertidur menyisakan seseorang dibelakang kemudi.

Satu anggota keluarga terbangun dari tidurnya karena merasakan mobil yang bergoyang setelah melewati jalanan yang berlubang.

"Ayah masih lama kah sampainya?" Tanya anak yang terbangun.

"Masih,kamu lanjut tidur lagi saja," jawab sang Ayah yang berada di balik kemudi itu.

Sang anak melihat jam yang ada di tangannya. Jam itu menunjukkan pukul 02.15 pagi. Karena merasa masih mengantuk ia-pun memutuskan untuk kembali tidur.

"Ayah, aku, tidur lagi ya."

"Iya, tidur lagi sana." Jawab sang Ayah sambil melihat sang anak dari kaca dalam mobil. Suasana kembali hening di dalam mobil hanya tersisa kepala keluarga yang melanjutkan mengemudi menuju tujuan.

~~~

Brakk~

Semua anggota keluarga keluar dari mobil setelah sampai di tujuan. Mereka memperhatikan rumah yang baru Ayah mereka beli. Sang anak memperhatikan sekitar yang terdapat rumah tetangga tapi berjarak lumayan Jauh.

Tang tang tang~

"Kok ini pagarnya digembok sih yah?" Tanya anak bungsu kepada sang Ayah.

"Bentar ya, Ayah nelpon Pak Kebon dulu."

Sang Ayah mencoba menelpon Pak Kebon yang ia tugaskan untuk menjaga dan membersihkan rumah sebelum mereka sampai sini .Tak ada jawaban dari Pak Kebon setelah dihubungi.

Tak lama kemudian terdengar suara orang berlari yang membuat satu keluarga itu menoleh.

"Kemana aja sih Pak Udin?"

"Maaf Pak Darto, karna saya bapak dan keluarga harus menunggu. Saya tadi ke warung beli kopi," jelas Pak Udin yang tak lain adalah Pak Kebon, kepada Pak Darto si kepala keluarga.

"Yaudah tidak apa-apa. Tolong buka pintu pagar ini Pak."

~~~

Anggota keluarga yang terdiri dari 5 orang itu sekarang telah berada di dalam rumah. Memperhatikan setiap sudut ruangan yang memiliki nuansa sedikit kuno tapi sudah masuk ke modern.

"Rumah ini terlihat sudah bersih." Ucap sang Bunda yang bernama Ayana.

"Ayah sudah menyuruh orang untuk membersihkan rumah ini sebelum kita pindah ke sini. Makanya rumah ini sudah terlihat bersih." Jelas Darto.

"Ada enam kamar dirumah ini. Tiga di atas dan tiga di bawah. Lima kamar utama dan satu kamar pembantu ada di dekat dapur. Jadi anak-anak kalian bisa memilih kamar mana yang kalian inginkan," jelas Darto.

Ketiga anak mereka langsung bergegas menuju lantai atas untuk memilih kamar.

"Anak-anak jangan berlari nanti jatuh," peringat sang Bunda.

"Biarkanlah, mereka sudah besar," kata Darto sambil memeluk bahu sang Istri dengan satu tangan.

"Kau bisa lihat sendiri, mereka sudah besar tapi masih berebut memilih kamar," balas Ayana sambil menggelengkan kepala. Darto hanya terkekeh menanggapi.

~~~

"Aku, mau kamar yang ini." Ucap anak Bungsu.

"Tidak, aku, yang datang lebih dulu," tolak anak Sulung.

"Kau sebagai kakak tertua dan laki-laki mengalah-lah dengan aku adik perempuan mu ini."

"Tidak mau, kau sebagai adik dan paling kecil harus mengalah dan menurut pada yang tua. Jadi kau pergi cari kamar yang lain."

"Tidak tidak! tidak mau!" Tolak sang adik.

Mereka terus berebut di dalam kamar. Sedangkan si anak tengah hanya menghembuskan nafas lelah melihat kelakuan sang kakak dan adik seperti anak kecil merebutkan sebuah permen. Tak ingin bertambah pusing melihat mereka, dia pun beranjak melihat kamar sebelah.

Kamar yang cukup luas, tak beda jauh dari kamar pertama yang di lihat tadi. Kamar yang dominan warna biru muda. Ada sebuah meja lantai bundar terdapat di balkon.

"Aku akan menempati kamar ini." Putus si anak tengah.

Dia kembali keluar kamar dan melihat sang kakak yang berjalan ke arahnya dengan raut wajah kesal.

"Ini kamar ku," Ucap anak tengah telak setelah melihat sang kakak yang sepertinya ingin kekamarnya.

Si Sulung yang mendengar pun hanya memutar mata malas dan menghembuskan nafas kesal. Ia kemudian memasuki kamar yang tersisa di tengah. Anak tengah kembali turun ke bawah untuk mengambil koper dan barang-barang bawaanya.

"Gimana Chik udah dapat kamar?" Tanya Darto pada anak tengahnya.

"Udah yah, kamar Chika di paling ujung," jawab Chika si anak Tengah.

"Ayah bantu bawa ke atas barang-barang kamu."

Sesampainya kembali di kamar Chika mulai merapikan barang-barang yang ia bawa. Selesai merapikan ia merebahkan badannya di kasur dengan kaki yang menjuntai kelantai. Dia memandang langit-langit kamar, meneliti setiap suduh atap. Rasa kantuk tiba-tiba datang. Perlahan mata Chika mulai tertutup. Tapi sebuah suara ketukan menghilangakn rasa kantuknya.

Tok..tok..tok..

"Chika dipanggil Bunda dibawah disuruh makan," panggil Damar kakak Chika yang tak lain adalah anak sulung dikeluarga ini.

"Iya kak," saut Chika.

Chika bangun dari rebahannya beranjak keluar meninggalkan suasana sunyi di kamar.

Tuk..tuk..tuk..

Muncul sebuah suara ditengah sepinya kamar Chika yang kosong. Suara itu berasal dari sebuah bola bekel kecil yang tiba-tiba keluar dari sela-sela lemari baju Chika yang tak tertutup rapat. Beberapa detik kemudian muncul sebuah tangan putih pucat dari sela-sela lemari sekedar mengambil bola bekel itu dan lalu menghilang.

Kriett..

Dengan perlahan lemari itu kembali tertutup dengan rapat.
















Btw bentar lagi skolah udah mulai masuk, jadi maaf kalau nanti gua ga bisa rajin up ygy, karena klean pasti tau gue klo pulang pasti sore sampe rumah cape.

Jadi sabar sabar ya klean.

Dah gitu aja maap buat typo.

INVISIBLE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang