Yang pada sedih abis baca Childish, nih gua bagi asupan baru:v
Suara riuh dan dentuman musik terdengar di setiap sudut tempat ini. Banyaknya orang yang berkunjung membuat tempat ini selalu ramai. Tak sedikit orang yang sekedar menghilangkan penatnya di sini. Ataupun untuk bersenang-senang. Lelaki perempuan berbaur menari bersama di depan panggung yang sedang menampilkan musik disko.
"Glug.."
"Glug.."
Tak!
"Satu botol lagi," Pinta seseorang lelaki yang kini terlihat sudah mabuk.
"Bram, kau sudah mabuk gitu. Jangan tambah lagi," Kata Temannya.
"Khekhekhe~ siapa yang mabuk? Aku, tak mabuk aku, masih waras masih seger. Aku minta minum lagi."
"Bro udah mending sekarang kau pulang, kasihan anak mu di rumah sendirian," Kata Temannya lagi.
"Aku tak peduli sama dia, gara-gara anak sialan itu. Istri ku pergi dari rumah, gara gara anak sialan itu istri ku ninggalin aku. Aku bakal bunuh anak itu!" Racau Bram.
"Kau jangan berbicara hal bodoh seperti itu. Mending kau pulang ayo kita antar."
"Aku, gamau! Aku, mau minum HAHAHAH~"
Kedua temannya saling memandang. "Bopong aja, seret bawa pulang," Kata Temannya yang lain.
Salah satu dari temannya meletakkan sejumlah lembaran uang di atas meja. Tanpa basa-basi kedua temannya itu langsung membopong Bram. Meski berkali-kali berontak tetapi mereka tetap menyeret Bram sampai akhirnya dapat masuk ke dalam mobil.
"Biar aku yang nyetir," Ucap salah satu dari teman Bram.
"Terus mobil Bram gimana?"
"Kita anterin besok aja, malam ini cukup sampai sini. Kita harus anterin Bram pulang terus pulang istirahat."
"Oke, aku, setuju."
Mobil putih itu melaju pergi meninggalkan bar. Membelah jalanan yang cukup sepi karna waktu telah menunjukkan pukul satu dini hari. Sang penyetir mobil melihat Bram di belakang dari kaca dalam yang kini sedang meracau tidak jelas. Membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit yang akhirnya bisa sampai di kediaman Bram.
Mereka kembali membopong tubuh Bram menurunkannya dari mobil dan membawanya masuk. Sampai di depan pintu ternyata pintu dalam keadaan tidak ke kunci hal itu memudahkan mereka untuk membawa Bram masuk. Karna mereka bisa dikatakan cukup sering berkunjung di rumah Bram jadi mereka mengetahui dimana letak kamar milik Bram. Mereka membawa Bram ke dalam kamar dan merebahkannya yang kini sudah teler. Dirasa tugas mereka sudah selesai akhirnya memutuskan untuk pulang beristirahat dan akan kembali lagi besok untuk mengantarkan mobil Bram.
Kondisi rumah kini sepi dan hening karna sang anak Bram dan Bram tengah tertidur masing-masing dikamarnya. Sampai waktu menunjukkan pukul setengah tiga dini hari, terlihat pergerakan dari Bram. Ia bangkit dari tidurnya masih dalam keadaan mabuk berjalan dengan sempoyongan menuju kamar sang anak.
Kriett~
Suara pintu kamar terbuka pelan tampak begitu horor di jam dini hari. Bram masuk ke kamar sang anak melihatnya yang kini masih tertidur lelap. Berjalan sempoyongan dengan pelan menuju tepi kasur sang anak. Rasa mabuk masih menggrogotinya. Kedua netranya dengan kabur mengamati sang anak yang tertidur lelap. Tangannya mengepal kuat menyimpan dendam, siap menghajar.
"Kau telah membuat istri ku pergi dariku. Maka dari itu kau Alzee anak sialan harus ikut pergi. Pergi dari dunia ini," Bisik Bram dengan penekanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
INVISIBLE [END]
Horror"Hei," panggil Chika. "Siapa nama kamu?" tanya Chika pada sosok lelaki yang berada tak jauh darinya. Sosok lelaki itu terdiam. "Aku bertanya, siapa nama kamu?" ulang Chika. "Alzee," jawab sosok lelaki itu sambil tersenyum tipis, sangat tipis. "Dia...