"Jailangkung-jailangkung, disini ada pesta kecil-kecilan, datang tak dijemput pulang tak diantar."
"Jailangkung-jailangkung, disini ada pesta kecil-kecilan, datang tak dijemput pulang tak diantar."
Empat pemuda itu saling memegang boneka jailangkung yang di bawahnya ada setengah tempurung kelapa berisi bunga tujuh rupa di dalamnya. Di samping tempurung kelapa itu juga ada sebuah lilin yang menyala.
"Cut!"
Para pemuda itu sontak melepes genggamangan mereka pada boneka jailangkung, kecuali Damar.
"Lanjut besok aja. Udah sore, ngeri kalau shoting sore-sore gini apalagi udah mau maghrib," ungkap teman Damar yang menjadi kameramen.
"Yaudah beresin dulu nih barang-barang," ungkap teman Damar yang lain.
Damar dan teman-temannya mulai membereskan barang-barang yang digunakan untuk Shoting. Mereka mendapat tugas untuk membuat sebuah film dan kelompok Damar memilih untuk membuat film horor yang menggunakan boneka jailangkung. Sore ini mereka memilih halaman belakang rumah Damar untuk dijadikan lokasi shoting. Dan cuaca sore ini yang terlihat mendung dan menjadi agak gelap membuat mereka mengambil video walau sebentar. Setelah mengambil take beberapa kali akhirnya mereka memilih menyudahi saja dan melanjutkan besok.
"Ini tempurung kelapa sama kembangnya taruh mana ini?"
"Taruh bawah pohon itu aja. Besok masih dipakai lagi kan?" Kata Damar.
"Masihlah." Temen Damar meletakkan tempurung berisi bunga itu di bawah pohon mangga.
"Bonekanya biar gua aja yang nyimpen. Besok kalian ke sini lagi kan buat take?" kata Damar. Yang lain mengiyakan.
"Udah semua? Gua antar ke depan."
Mereka pergi keluar dengan Damar yang mengantar mereka ke depan. Kebetulan setelah teman-temannya pergi, mobil yang ditumpangi Pak Darto bersama istrinya dan Christy pulang.
"Chika udah kamu jemput?" Tanya Pak Darto.
"Belum yah, ini baru mau aku jemput."
"Kenapa ga bilang, kalau bilang tadi ayah bisa mampir ngejemput dia sekalian," ungkap Pak Darto.
"Maaf yah, tadi Damar lagi ngerjain tugas film," jelas Damar.
"Yaudah, jemput Chika gih," perintah Pak Darto sambil berjalan masuk ke dalam rumah.
"Ih kak Damar ngapain bawa-bawa boneka begituan?" Tanya Christy saat melihat boneka jailangkung yang masih Damar genggam.
"Properti shoting dek," jawab Damar.
"Hii serem," kata Christy lalu masuk ke dalam rumah untuk bersih-bersih.
Damar melihat boneka jailangkung yang dia pegang, lalu mengedikkan bahunya karena tak menemukan keseraman seperti yang adiknya itu katakan.
****
"Hai Chika, mau bareng sama aku?" Chika menatap yang Aran menawarkan diri kepadanya.
"Tidak, terimakasih," jawab Chika cuek.
Aran turun dari motornya, tanpa melepas helm dia menghampiri Chika yang duduk dibangku halte. "Langit mendung, bentar lagi pasti hujan. Dari pada kamu nunggu di sini lama dan kehujanan, kamu pulang sama aku aja."
"Aku udah dijemput kok. Kakak aku perjalanan ke sini." Chika masih tetap menolak ajakan Aran.
"Nungguin kakak kamu nanti kelamaan Chika."
Chika lama-lama merasa kesal dengan kakak kelasnya ini yang terkesan sangat memaksa dirinya untuk ikut bersama. Mood Chik jadi rusak hanya karena lelaki dihadapannya. Rasa kesal itu semakin menjadi, sudah karena Alzee ngambek terhadapnya yang kemungkinan penyebabnya adalah lelaki dihadapannya ini.
"Ayo."
"Eh!" Chika tersentak reflek menepis tangan Aran yang sengaja menarik tangannya.
"Apa-apaan sih? Aku gamau! Jangan paksa!" Chika berkata sambil berdiri dari duduknya.
"Maaf Chik, maaf. Aku reflek," ungkap Aran sambil mengangkat kedua tangannya .
Brummm~
Terlihat kini Damar sudah sampai. Tanpa pamit Chika langsung meninggalkan Aran sendirian. Dia memilih bergegas naik ke atas motor kakaknya, dan segera meninggalkan area sekolah.
"Sial! Aww!" Desis Aran kesakitan karena dengan sengaja malah menendang kaki bangku halte.
"Aku tandain kamu," gumam lelaki yang berdiri di balik pohon, sedari tadi memperhatikan Aran dan Chika.
****
Brum brum brum~
Motor Aran terpakir di dalam garasi rumahnya. Tepat jam maghrib dia sampai di rumah. Dia berjalan masuk ke dalam rumah yang nampak sepi, karena orang tuanya sedang pergi menghadiri sebuah acara kerja. Alhasil hanya ada dia dan pembantu rumah tangganya di rumah.
"Bik! Bikinin gua minum dong! Kayak biasa," Pinta Aran pada bibik pembantu yang terlihat berdiri di depan kompor sedang merebus air.
"Haduhh capeknya," keluh Aran. Dia berjalan ke arah kamarnya untuk menaruh barang-barangnya. Setelah itu dia kembali lagi untuk mengambil minuman yang dia minta pada Bibik.
"Bik! Minum gua mana?! Kan gua suruh buatin minum!" Kesal Aran karena bibik pembantunya itu sedari tadi masih berdiri dengan posisi yang sama, dan tidak ada minuman yang Aran minta tadi.
"Bik! Diajak ngomong tuh jawab jangan diem aja! Nanti gua laporin mama papa mau?!"
Bibik itu masih diam di depan kompor tanpa bergerak sama sekali. Aran yang merasa ada yang tak beres dengan pembantunya itu, berjalan mendekat.
"Bik?" Panggil Aran. Masih tak ada jawaban.
"Bik?" Masih sama tak ada jawaban. Kini dia sudah berdiri tepat di belakang punggung pembantunya.
"Bik." Aran memegang bahu Bibik dan langsung menariknya agar menoleh.
"AAAA!" Aran menjerit dan jatuh terduduk, karena melihat penampakan sang pembantu. Bukan! Itu bukan pembantunya! Karena yang dihadapannya kini wajah bibik penuh dengan darah dan satu matanya menjulur keluar hampir putus.
Aran bergerak mundur, dia ingin berdiri, tapi kakinya itu terasa sangat lemas dan susah untuk menopang tubuhnya. Tangan Aran menghalau tangan sosok itu yang seakan ingin mencekik lehernya.
"PERGI LO! PERGI!" Usir Aran.
Sosok itu berhasil mencekik Aran yang membuat Aran kesusahan bernapas. Tak kuat dengan rasa sakit yang dirasakan, akhirnya Aran jatuh pingsan. Di pojok dapur satu sosok lagi sedang tersenyum miring, dia merasa senang dengan apa yang dia lihat. Dia adalah Alzee.
"Kerja bagus," puji Alzee.
Sosok yang mencekik Aran itu berubah kembali ke wujud aslinya yaitu kuntilanak. Dialah yang Alzee suruh untuk menakut-nakuti Aran. Alzee melakukan itu karena tak terima dengan apa yang Aran tadi lakukan pada Chika.
"Tugas selesai," kata Kuntilanak itu kemudian tertawa cekikikan sambil mengacungkan jempolnya. Mereka membiarkan Aran yang pingsan di dapur itu sendiri.
Si Alzee emang resek tuh.
Gua cape bngt asli dah. Ini sekolah dah kyk kerja. Sekolah pulang jam 3? Tidak!
Sekolah pulang jam 8 malem dong😭Dah gitu aja maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
INVISIBLE [END]
Horror"Hei," panggil Chika. "Siapa nama kamu?" tanya Chika pada sosok lelaki yang berada tak jauh darinya. Sosok lelaki itu terdiam. "Aku bertanya, siapa nama kamu?" ulang Chika. "Alzee," jawab sosok lelaki itu sambil tersenyum tipis, sangat tipis. "Dia...