26

2.1K 191 39
                                    

"Huh? Dimana aku?" Chika menyapu pandangannya ke sekitar yang terlihat sepi. Banyak pohon-pohon yang mengelilinginya. Dia seperti berada di sebuah hutan, jauh akan para warga. Pertanyaan mulai muncul di benak Chika, bagaiman dia bisa sampai si sini? Padahal seingatnya tadi masih berada di rumah.

"Ayah! Bunda! Chika takut!" Kata Chika di keheningan yang menyelimuti. Air mata Chika mulai mengalir. Dia tak tahan menahan ketakutan ini. Di sini gelap, meskipun dia masih bisa melihat pohon-pohon di sekitar dengan bantuan sinar bulan yang menemani malam ini. Dia ingin menyusuri tempat ini, tapi kalah dengan rasa takut yang dia miliki, yang membuat dia kini hanya terduduk di tanah sambil menelungkupkan kepalanya di antara kaki yang dia tekuk.

Srek~

Chika menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari dalam semak-semak.

Grrhh~

Suara geraman mulai terdengar. Apa itu hewan buas. Chika perlahan mulai bangkit. Dia mulai waspada jika benar ada hewan di balik semak-semak itu, Chika akan segera melarikan diri dari sini.

Mata Chika melebar disertai dengan air matanya yang tanpa sadar semakin mengalir deras. Rasanya dia ingin berteriak, tapi dia tak bisa. Bibirnya kelu, ingin mengeluarkan suara rasanya sangat amat susah.

Chiak cukup terkejut saat melihat sosok yang muncul di balik semak-semak. Itu bukan hewan buas, tapi entah nama apa yang cocok dengan sosok yang dia lihat saat ini. Karena dari bentuk badannya seperti hewan anjing, namun kepalanya seperti kepala manusia, tapi ada tanduk di kepala bagian atasnya serta mata yang berwarna merah, muka yang berwarna hitam. Sosok yang sangat menakutkan bagi Chika yang pertama kali melihat.

Sosok itu tertawa melihat reaksi Chika. Chika yang sudah mendapatkan kesadarannya dari ke-terkejutannya tadi, kini mulai belari menjauhi tempat itu. Meskipun kakinya terasa sangat lemas hingga sesekali tersandung, namub Chika tak mau menyerah. Sedangkan sosok tadi tetap mengikuti Chika, namun sosok itu tidak bisa berlari, jadi ia berjalan bisa sambil tertawa karena kemanapun Chika pergi, dia taku keberadaan Chika.

~~~

Di rumah Pak Darto, embah dengan warga yang lain, menelusuri setiap sudut ruangan serta barang-barang yang terlihat aneh. Karena dengan itu Embah bisa segera melakukan ritual dan mengembalikan Chika di antara mereka.

"Bagaimana?" Tanya Embah, setelah warga kembali berkumpul di ruang keluarga. Mereka menggeleng sebagai jawaban.

"Aku harus melakukan ini." Embah duduk dan mulai memejamkan matanya. Ia mencoba menerawang benda yang menjadi tempat sosok itu. Sebenarnya cara ini cukup menguras tenaga Embah. Karena usianya yang mulai menua, membuat energinya semakin berkurang, tidak sekuat waktu masih muda dulu.

Kenapa embah tidak mencoba penerawangan ini sedari tadi? Sebenarnya ia sengaja mencari secara manual, karena energi nya ia kumpulkan untuk ritual yang akan dilakukan malam ini untuk menghadapi sosok jahat itu. Demi kelancaran, ia harus mempunyai banyak energi.

Namun, karena waktu makin sore sudah hampir memasuki malam, maka dari itu Embah melakikan cara ini, namun ia tidak melakukan penerawangan secara jelas, hanya tipis-tipis. Hingga kini ia hanya melihat sekelebat bayangan dan potongan-potongan kejadian yang tidak jelas, tapi ini sudah cukup membantu.

Embah menghembuskan napasnya lalu mulai membuka matanya. Kini tatapannya tertuju pada Damar yang berdiri di belakang Bundanya yang terduduk lemas.

"Anak muda, apa kamu pernah mendapatkan sesuatu barang dari seseorang?" Tanya Embah pada Damar.

"Barang? Saya kira tidak. Saya tidak pernah mendapat barang apa pun," jawab Damar.

"Coba ingat-ingat kembali. Barang yang berbau kuno, dengan ukuran kecil."

Damar mulai mengingat hari-hari belakang. Apa pernah dia menerima barang pemberian orang? Tak lama kemudian dia mengingat kejadian pada waktu temannya kerasukan dulu. Dia sempat mendapatkan keris dari seorang lelaki yang katanya keris itu bisa melindungi rumahnya agar sosok jahat tak bisa masuk.

"Saya ingat. Saya pernah menerima sebuah keris dari seseorang mbah," jawab Damar.

"Apa masih kamu simpan?"

"Masih."

"Tolong ambilkan dan berikan pada embah." Damar mengangguk lalu pergi ke atas untuk mengambil barang itu.

"Kemungkinan keris itulah yang menjadi tempat sosok jahat itu sehingga bisa menganggu orang rumah sini," jelas Embah.

"Semoga benar. Agar selanjutnya kita bisa melakukan ritual. Boleh saya minta tolong? Belikan tiga buah dupa dan kembang 7 rupa, segera," pinta embah. Pak Darto dengan segera mengeluarkan uang dan meminta tolong kepada seseorang untuk membelikan apa yang embah minta.

"Apa ada kendi di sini?" Tanya embah lagi.

"Ada mbah," jawab Ayana.

"Tolong setelah anak muda kembali dengan barang yang dimaksudkan, siapkan kendi dan air di hangat di dalamnya," pinta embah.

"Aaaa....! Tolong!"

Itu teriakan Damar. Semua buru-buru berlari ke atas memeriksa apa yang terjadi dengan Damar di atas. Saat ingin membuka pintu kamat Damar, ternyata terkunci dari dalam. Pak Darto beberapa kali mendobrak pintu itu, tapi gagal.

"Saya akan mengambil kunci cadangan sebentar," kata Pak Darto. Warga yang lain masih berusaha mendobrak pintu itu, karena dari dalam suara Damar masih berteriak minta tolong.

Pak Darto sudah kembali dengan membawa kunci cadangan. Tapi kunci itu malah patah saat tak sengaja terjatuh ke lantai. "Badjingan!" Geram Pak Darto.

"Damar, kamu kenapa nak?!" Tanya Pak Darto khawatir.

"Tolongin Damar ayah! Damar ga mau mati!"

"Dobrak saja dobrak!" Dengan kekuatan beberapa orang, mereka mendobrak pintu dan akhirnya berhasil.

Mereka terkejut saat melihat keadaan Damar yang terjatuh di lantai, dengan tangan yang menahan sebuah keris kecil yang seperti bergerak ingin melukai Damar di bawahnya.

"Tolongin Damar!" Pinta Damar dengan berteriak.

Para warga segera mebantu Damar. Merek ingin menarik keris itu, tapi berat. Keris itu seperti tertahan, bahkan malah ingin melawan dan tetap tertuju pada Damar.

"Susah sekali!" Keluh salah satu bapak-bapak.

Embah datang dengan membawa segelas air, lalu mulai membacakan mantra dan meniupkan pada air itu, setelah itu menyiramkan ke keris itu, sehingga membuat keris itu terjatuh di atas dada Damar.































Makin makin aja nih, setannya.

Udah up nih.

Oh iya.

Mbak Taylor, aku sedih. Sikap dia ke aku mulai berubah🥺

Sialan, ajg.

Dah gitu aja maap buat typo.

INVISIBLE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang