9

2.9K 247 4
                                    

Suasana kelas cukup senyap, karena para murid sedang mengerjakan ulangan dadakan hari ini—dan dalah satu peraturannya adalah tak boleh bersuara dalam mengerjakan, jika ketauan bersuara atau pun menyontek, jawaban akan langsung diambil oleh guru yang terkenal killer.

Konsentrasi Chika saat ini terganggu. Tangannya bergerak gusar, sesekali dia juga membenarkan posisi duduknya. Mira yang menjadi teman sebangkunya menyadari kegelisahan Chika.

"Kamu kenapa?" Tanya Mira dengan berbisik.

"Kebelet pipis." Chika menyengir sambil tetap menahan rasa kebelet yang semakin terasa.

"Mau aku temenin?" Mira menawarkan diri, sesekali dia melirik ke meja guru.

"Gausah aku sendiri aja," jawab Chika. Dia merasa tak enak jika harus meminta Mira untuk menemaninya—apalagi waktu mengerjakan hanya tersisa lima belas menit. Itu bisa saja mengurangi waktu temannya untuk mengerjakan soal.

"Permisi bu—saya izin ke kamar mandi boleh?" Tanya Chika sambil mengangkat tangan kanannya.

"Ya silahkan."

Mendapat persetujuan, Chika langsung bergegas untuk keluar dan pergi ke kamar mandi. Jujur saja rasanya sudah diujung tanduk. Dia sampai harus berlari agar segera sampai ke toilet sekolah.

Ceklek~

Suara keran air mengucur membasahi tangan Chika. Akhirnya Chika selesai mengeluarkan air seni yang sedari tadi sudah dia tahan. Kini dirinya mencuci tangan di wastafel sambil berkaca memperhatikan wajahnya.

Seorang perempuan memasuki toilet dengan raut wajah yang garang. Perempuan itu mendekati Chika dan tiba-tiba mendorong bahu Chika secara kasar. Chika mendesis sakit saat tubuhnya sampai oleng karena ulah perempuan itu.

"Salah aku apa?" Tanya Chika yang bingung. Chika merasa tak pernah mempunyai masalah dengan wanita dihadapannya ini—bahkan kenal dengan perempuan ini saja tidak. Baru pertama kali ini Chika melihatnya.

"Lo gausah sok polos deh!" Sentak perempuan itu.

"Aku gatau apa-apa serius," jelas Chika.

"Gara-gara elo, gue jadi putus sama pacar gue! Gua ga bakal biarin lo tenang karena udah bikin hubungan asmara gue hancur!" Perempuan itu menunjuk muka Chika dengan raut wajah yang terlihat sangat dendam.

"Aku gatau siapa kamu, pacar kamu aja aku gatau," jelas Chika. Bagaimana bisa Chika menjadi penyebab hubungan asmara orang hancur, tapi Chika saja tidak tau siapa pacar perempuan ini, bahkan perempuan dihadapannya saja tak tau.

"Gue Tari, pacar Aran. Karena adanya lo di sekolah ini, Aran jadi mutusin gue! Lo pakek susuk kan?! Sampe-sampe pacar gue kepincut sama lo."

"Kamu jangan nuduh yang enggak-enggak. Aku gakenal kamu siapa—dan Aran? Siapa, aku ga kenal." Chika masih bingung dengan situasi ini.

"Halah! Awas aja lo, gue ga bakal biarin hidup lo tenang setelah ini," ancam Tari kemudian berbalik meninggalkan Chika sendiri.

Aku jadi penyebab hancurnya hubungan orang?
Batin Chika. Dia tipe orang yang sangat anti membuat masalah dengan orang lain. Dia sudah berusaha meminimalisir agar tak terjadi masalah, tapi kenapa masalah yang kini malah hadir dengan sendirinya.

"Hei." Itu suara Arzee—tapi Chika tak melihat keberadaan hantu itu didekatnya.

"Di kaca." Chika menoleh sesuai intruksi. Benar saja Arzee terlihat di kaca. Chika menoleh kebelakang, mengira Arzee berdiri di belakangnya, tapi tak ada. Saat kembali melihat ke kaca Arzee sudah tak ada.

Chika tersentak saat merasakan tepukan di bahunya. "Ish, kamu jangan gitu dong! Iseng banget," geram Chika. Arzee tertawa menanggapi.

"Kok bisa di sini?" Tanya Chika.

"Bisalah, aku gitu loh." Arzee bersedekap dada sambil bersandar di tembok.

Mata Chika terbelalak, mulai berpikir yang tidak-tidak, "Sejak kapan kamu di sini?" Chika menatap Arzee sengit menunggu jawaban.

"Barusan."

"Kamu ga ngintip aku di toilet kan?" Chika menunjuk Arzee sengit, meminta jawaban yang jujur.

"Enggak lah Chika. Aku bukan hantu mesum, ishh kamu ini."

"Jujur kan?"

"Jujur Chika, sumpah demi Tuhan." Arzee menunjukkan dua jarinya membentuk V.

"Hantu kok bersumpah."

"Emm, perempuan tadi ada ngapa-ngapain kamu ga?" Tanya Arzee.

"Kamu lihat?" Tanya Chika balik.

"E'heum. Harusnya kamu tampar dia aja Chik. Mulut dia sudah seperti tidak bersekolah saja—ngelantur nuduh orang seenak jidatnya," ungkap Arzee kesal dengan perlakuan perempuan yang beranama Tari tadi.

"Aku gamau buat masalah. Udahlah gapapa, lagian aku ga kenal juga dia siapa," jawab Chika mencoba melupakan apa yang tadi terjadi.

"Dia tadi udah dorong kamu Chik. Kalau aku sih ga terima."

"Gapapa, yang penting aku ga luka."

"Gamau membalas apa yang dia lakuin ke kamu?"

"Nggak, buat apa? Ga ada untungnya di aku."

"Kamu terlalu baik," kata Arzee yang mulai mengenal sifat Chika.

"Semua manusia harus baik," balas Chika.

"Aku di sini hantu, jadi kalau aku berbuat jahat gapapa? Kan aku bukan manusia." Arzee tersenyum penuh arti.

"Jangan! aku gamau ya liat kamu kalau sampai berbuat jahat." Chika memberi peringatan pada Arzee. Sosok hantu itu hanya memiringkan kepalanya dan memutar mata malas.

"Iya. Chika, lima menit lagi ulangan selesai." Chika menepuk kening sambil mengeluh. Bisa-bisanya dia lupa kalau saat ini ulangan masih berlangsung.

"Kenapa ga ngingetin dari tadi sih Arzee!" Chika berbalik buru-buru berlari ke kelasnya. Masih ada sekitaran 5 soal yang belum dia kerjakan. Chika berlari dengan kencang agar segera sampai di kelas. Disepanjang perjalanan dia terus saja merutuki dirinya sendiri karena lupa.

































Tari mo ngapain kira kira. Kalian tau?

Gatau?
Sama gue juga gatau.

Dah gitu aja maap buat typo.

Met bobok semuanya. Samangat ya besok hari senin☺

INVISIBLE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang