8

3.2K 274 9
                                    

Suara grusak-grusuk pluntang-plantung terdengar dari dalam kamar Chika. Sang pemilik kamar kini sedang panik karena bangun kesiangan di hari ke-duanya dalam bersekolah. Dia merutuki dirinya sendiri karena semalam setelah selesai mengerjakan tugas dia malah lanjut menonton film drama sampai larut malam. Alhasil ini lah sekarang dia bangun kesiangan.

"Aaa~ kaos kaki aku kemana sih?" Kesal Chika. Sudah dia kesiangan ingin buru-buru bersiap, tapi kini kaos kakinya malah hilang entah kemana. Ngulur-ngulur waktu saja.

"Udah jam setengah tujuh lebih lagi. Aku gamau kalau nanti telat!" Chika kembali mencari kaos kakinya. Benaknya kini merasa ingin menangis saja. Apa jadinya jika nanti dirinya akan telat datang ke sekolah. Dia tak siap jadi bahan ejekan teman sekelasnya dan mendapat hukuman dari guru.

"Nyari apa Chika?" Tanya Alzee yang menampakkan diri di samping Chika.

"Ah! Alzee ngagetin aja! Kalau mau muncul ngomong dulu dong!" Sensi Chika.

"Maaf. Kamu nyari apa?" Tanya Alzee lagi.

"Kaos kaki aku hilang," jawab Chika.

"Bantu aku cari dong, aku udah mau telat dateng ke skolah nih," lanjut Chika.

"Kaos kaki putih?" Tanya Alzee.

"Iya itu!"

"Ada di bawah tempat tidur." Chika menatap Alzee sejenak, lalu mencoba melihat ke bawah tempat tidur. Dan benar saja kaos kaki yang dia cari ada di sana.

"Kok bisa ada di sini sih? Kamu sembunyiin ya Al?" Tuduh Chika.

"Hei! Jangan asal nuduh dong. Aku udah bantu cariin malah kamu tuduh seenaknya," kata Alzee tak terima.

"Terus kenapa bisa sampai sini?" Tanya Chika sambil berkutat dengan sepatunya.

"Semalem dibawa tikus," jawab Alzee.

"Mana ada tikus ngambil kaos kaki aku. Ga ada gunanya."

"Kata siapa? Tikus suka sama bau yang kurang enak. Siapa tau kaos kaki kamu bau, jadi tikus tertarik buat ngambilnya," balas Alzee.

"Jadi kamu ngira kaos kaki aku bau?! Enak aja, kaos kaki aku wangi ya!" Kata Chika tak terima. Chika baru tau kalau perlahan sikap Alzee ternyata sangat menyebalkan.

Ceklek~

Chika yang mendengar pintu kamarnya terbuka langsung segera berdiri di depan tubuh Alzee berniat memnyembunyikan Alzee, takut-takut kalau keluarganya melihat keberadaan Alzee di sini.

"Chika lama banget kamu bersiap. Udah mau jam tujuh, segeralah turun," kata sang ayah.

"I-iya yah, udah siap kok ini. Chika juga mau turun," kata Chika.

"Kamu ngapain Chik?" Tanya Alzee di belakang.

"Sst, diam lah! Jangan bergerak nanti ayah liat kamu," bisik Chika teramat pelan.

"Buruan," ucap Ayah lalu meninggalkan kamar Chika. Chika menghembuskan napas lega saat ayahnya pergi, lalu Chika mengambil tas ransel miliknya.

"Kamu gausah susah-susah nyembunyiin aku, Chika. Mereka ga bakal bisa liat aku. Kan aku cuma nunjukin wujud aku ke kamu, bukan ke yang lain." Pergerakan Chika terdiam mendengar penjelasan Alzee. Dia baru ingat kalau Alzee ini hantu. Chika menepuk pelan keningnya, lalu pergi keluar kamar untuk berangkat ke sekolah. Meninggalkan Alzee yang terkekeh karena kebodohan Chika.

"Christy mana?" Tanya Chika sambil memasukkan bekal ke dalam tasnya.

"Udah berangkat dari tadi di antar kakak," jawab Ayana.

"Chika berangkat Bun." Chika berpamitan dengan sang bunda dan saling meninggalkan satu kecupan di pipi masing-masing.

~~~

Ting tong neng~ ting tong nong neng~

Suara bel istirahat kini terdengar. Sorakan para pelajar memenuhi ruangan kelas, akhirnya mereka bisa beristirahat dari mapel yang memusingkan kepala.

"Chika ke kantin ga? Aku, Oniel sama Eli mau ke kantin," Tanya Mira.

"Nggak deh, aku makan di kelas aja, soalnya  bawa bekal dari rumah," jawab Chika.

"Oh, oke deh. Kita ke kantin dulu ya Chik," kata Mira.

"Iya."

Kini keadaan kelas sepi. Para murid memilih keluar dari kelas untuk pergi ke kantin ataupun memanjakan mata mereka di luar kelas daripada di dalam kelas terus yang terasa sumpek.

Chika membuka bekal yang bundanya siapkan. Ternyata tumis kangkung dan paha ayam. Chika tersenyum senang melihat paha ayam, karena itu adalah makanan favoritnya.

Tak!

Chika melihat ke arah sumber suara yang ternyata adalah pengapus papan tulis yang sengaja dijatuhkan. Dan yang menjatuhkan adalah Alzee.

"Kamu?! Kenapa bisa di sini?" Tanya Chika.

"Mau ikut belajar, biar pinter kayak kamu," jawab Alzee dengan enteng.

Alzee menghampiri Chika yang duduk dibangkunya. Kemudian duduk di atas meja bangku Chika. "Tidak sopan duduk di atas meja, apalagi ada orang di bawahnya," tegur Chika.

"Maaf." Alzee beralih duduk di kursi sebelah Chika.

"Ngapain pakek segala jatuhin pengapus?"

"Biar kamu ga kaget kalau aku muncul tiba-tiba."

"Kamu gimana bisa tau ada sekolah di sini?" Tanya Chika yang kepo tentang hal ini. Apalagi dulu Chika pernah melihat Alzee yang masuk ke dalam gudang sekolah.

"Dulu, udah sebelum kamu nempatin rumah itu, ada orang yang lebih dulu nempatin. Mereka punya anak seumuran kamu yang sekolah di sini. Karena aku bosan di rumah terus, jadi aku ikutin dia sampai di sini. Dan ya, tidak buruk, aku di sini jadi mempunyai banyak teman dan terkadang juga ikut memperhatikan pelajaran di kelas," jelas Alzee santai sambil memperhatikan Chika makan dengan lahap.

"Anak itu perempuan atau laki-laki?"

"Perempuan."

"Dia juga bisa liat kamu?" Tanya Chika, kini dia menatap Alzee dan tak sengaja menatap tepat di mata Alzee.

"Nggak. Cuma kamu yang aku liatin wujud aku," jawab Alzee. Chika mengangguk paham, lalu kembali pada makananya.

"Berapa banyak teman yang kamu dapat di sini?" Tanya Chika.

"Banyak, sangat banyak. Ada juga yang dari kelas ini."

"Ada yang bisa liat kamu selain aku di sini?" Kaget Chika.

"Bukan orang, tapi semacam ku. Dia perempuan, tempatnya di kursi kosong pojok ruangan itu," ungkap Alzee. Chika melihat ke arah belakang yang memang ada satu kursi yang diletakkan di pojok ruangan. Dia baru tau kalau ada penunggunya di kursi itu.

"Serius?" Tanya Chika, dia jadi parno kalau sudah tau seperti ini.

"Iya. Kamu mau liat?"

"Nggak! Gausah, makasih!"

"Tapi dia jadi pengen kenalan sama kamu."

"Aaa Alzee~" rengek Chika takut. Dia tak mau jika ada makhluk lain yang menganggu hidupnya. Cukup Alzee saja.

Alzee yang melihat Chika merengek takut sontak saja tertawa. "Aku pergi dulu. Temen-temen kamu, udah mau sampai di kelas," pamit Alzee. Alzee tersenyum sebelum akhirnya dia hilang. Benar apa yang dikatakan Alzee, kini teman-teman Chika datang dengan hebohnya.

"Ya Allah Ya Allah, jantung akuh berdegup begitu kencang," kata Eli dengan pipi yang memerah.

"Kenapa sih?" Tanya Chika heran.

"Eli tadi ga sengaja tabrakan sama Crusnya, Jamal. Kakak kelas," jawab Mira.

"Emang lebay anak satu ini," kata Oniel. Tapi Eli tak peduli jika temannya itu mengatakan dia lebay, karena dia sekarang lagi terbunga-bunga hatinya. Mereka lanjut mengobrol hal ringan sampai bel masuk kembali berbunyi.

























Ga ada horor-horornya ni cerita.

Eh belom kali ya🙊

Dah gitu aja, gua mo menikmati pagi di hari libur gua.

Maap buat typo.


INVISIBLE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang